Sebutkan perbedaan yang kalian rasakan ketika belajar di lingkungan SMP dan smk

Sebutkan perbedaan yang kalian rasakan ketika belajar di lingkungan SMP dan smk

Era digital telah membawa dampak yang cukup besar dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat seolah-olah dipaksa untuk “bermigrasi” dari cara manual ke media digital dalam menjalani kehidupan mereka, salah satunya adalah dalam sektor pendidikan. Pembelajaran berbasis digital atau lebih dikenal dengan e-learning semakin banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Jika infrastrukturnya memadai, penerapan e-learning dapat menjadi suatu metode pembelajaran yang hemat sumber daya. Selain itu, penerapan e-learning juga dapat membangun rasa percaya diri dan kemandirian masyarakat.

Di tengah merebaknya wabah COVID-19 belakangan ini, menerapkan pembelajaran berbasis digital atau e-learning sangat bermanfaat untuk melindungi peserta didik dari penyebaran virus COVID-19. Apalagi pemerintah sudah mengimbau agar masyarakat dapat beraktivitas di rumah sebagai upaya physical distancing atau menjaga jarak fisik untuk menekan penyebaran virus. Namun, tidak seperti namanya yang terdengar canggih, penerapan e-learning juga mempunyai kelebihan dan kekurangan lho.

Kelebihan penerapan e-learning:

1. Dapat diakses dengan mudah

Cukup menggunakan smartphone atau perangkat teknologi lain seperti laptop yang terhubung dengan internet Anda sudah bisa mengakses materi yang ingin dipelajari. Dengan menerapkan e-learning Anda dapat melakukan kegiatan pembelajaran di mana saja, kapan saja.

2. Biaya lebih terjangkau

Tentunya, kita semua ingin menambah ilmu pengetahuan tanpa kendala keuangan. Dengan bermodalkan paket data internet, Anda dapat mengakses berbagai materi pembelajaran tanpa khawatir ketinggalan pelajaran apabila tidak hadir. Disarankan Anda mendaftar member dalam e-learning karena biaya member lebih murah dibandingkan mengikuti les atau kursus di lembaga pembelajaran.

3. Waktu belajar fleksibel

Biasanya kebanyakan orang yang ingin belajar lagi tidak memiliki waktu yang cukup. Salah satu alasannya mungkin karena waktu Anda sudah digunakan untuk bekerja. Pembelajaran berbasis digital atau e-learning ini adalah solusinya. Waktu untuk belajar bisa dilakukan kapan saja tanpa terikat dengan jam belajar.

4.  Wawasan yang luas

Dengan menerapkan e-learning, tentunya Anda akan menemukan banyak hal yang semula belum Anda ketahui. Hal ini disebabkan beberapa materi pelajaran yang tersedia pada e-learning belum tersedia dalam media cetak seperti buku yang sering digunakan dalam metode belajar-mengajar konvensional. Berbeda dengan pembelajaran melalui tatap muka yang dilakukan dengan membaca buku.

Kekurangan penerapan e-learning:

1. Keterbatasan akses internet

Salah satu kekurangan metode pembelajaran e-learning adalah terbatasnya akses internet. Jika Anda berada di daerah yang tidak mendapatkan jangkauan internet stabil, maka akan sulit bagi Anda untuk mengakses layanan e-learning. Hal ini tentunya masih banyak terjadi di Indonesia mengingat beberapa daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) masih belum terjangkau akses internet. Selain itu, harga pemakaian data internet juga masih dirasa cukup mahal untuk beberapa kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini menyebabkan kemampuan untuk memanfaatkan e-learning masih dianggap sebagai suatu keistimewaan.

2. Berkurangnya interaksi dengan pengajar

Beberapa metode pembelajaran e-learning bersifat satu arah. Hal tersebut menyebabkan interaksi pengajar dan siswa menjadi berkurang sehingga akan sulit bagi Anda untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut mengenai materi yang sukar dipahami.

3. Pemahaman terhadap materi

Materi yang diajarkan dalam e-learning direspon berdasarkan tingkat pemahaman yang berbeda-beda, tergantung kepada kemampuan si pengguna. Beberapa orang mungkin dapat menangkap materi dengan lebih cepat hanya dengan membaca, namun ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama sampai benar-benar paham. Bahkan ada juga yang membutuhkan penjelasan dari orang lain agar dapat memahami materi yang dipelajari.

4. Minimnya Pengawasan dalam Belajar

Kurangnya pengawasan dalam melakukan pembelajaran secara daring membuat pengguna e-learning kadang kehilangan fokus. Dengan adanya kemudahan akses, beberapa pengguna cenderung menunda-nunda waktu belajar. Perlu kesadaran diri sendiri agar proses belajar dengan metode daring menjadi terarah dan mencapai tujuan. Stay healthy and always keep our spirit up!

Pendapat Positif

  1. Dapat mengatur waktu. Dengan pembelajaran di rumah, saya dapat fleksibel mengatur waktu, seperti kapan mengerjakan tugas sekolah, membantu orang tua, istirahat, beribadah, dan lain-lain.
  1. Menambah wawasan dan kemampuan menggunakan berbagai aplikasi dalam proses pembelajaran. Awalnya saya tidak tahu apa itu aplikasi Zoom. Melalui pembelajaran Jarak Jauh,  saya akhirnya mengetahui dan terbiasa menggunakan apikasi Zoom untuk belajar. Aplikasi ini memungkinkan kita untuk berkomunikasi  dengan beberapa orang tanpa bertemu secara langsung. Senang bisa berjumpa dengan para guru dan teman-teman sekelas, misalnya saat memulai aktivitas pembelajaran dengan tadarus bersama teman sekelas yang dipimpin Pak Agus,  wali kelas kami. Pemberian tugas yang menggunakan aplikasi pembuatan video pun menambah wawasan dan memotivasi saya untuk kreatif dalam mengerjakan tugas. Pembelajaran Jarak jauh menjadi lebih happy dan enjoy….
  1. Menambah kedekatan dengan keluarga.  Salah satu yang saya suka dari Pembelajaran Jarak Jauh ini adalah saya mempunyai waktu lebih banyak untuk berkumpul bersama keluarga. Biasanya Ummi dan Abi saya bekerja di luar rumah. Selama wabah Covid-19 ini, Ummi dan Abi tidak bekerja di kantor. Alhamdulillah, ada kebijakan dari kantor mereka agar pegawai bekerja dari rumah (Work from Home). Saya senang sekali karena sepanjang hari bisa bertemu mereka di rumah. Ummi mendadak jadi koki tapi teteup kerja di depan laptop. Kadang Ummi dan Abi ikutan rempong ngajarin saya dan adik saya belajar. Seruuuu….!

Pendapat Negatif

  1. Ribet.  Semuanya serba online, mulai dari mempelajari modul pelajaran, latihan soal, mengumpulkan tugas, diskusi dengan teman, sampai ulangan.  Walau pun sistem online memudahkan banyak pekerjaan, namun dalam proses pembelajaran, kami jadi mendapatkan tambahan pekerjaan, yaitu membuat dan mengirimkan foto, video, download materi, dan upload tugas yang telah dikerjakan. Semua itu cukup membutuhkan waktu lama dalam pengerjaannya. Memory HP saya sampai penuh.
  1. Batas pengumpulan tugas yang terlalu cepat. Ini yang paling saya tidak suka dari kegiatan  pembelajaran online. Hampir setiap hari saya mendapat tugas yang harus dikerjakan dan dikumpulkan hari itu juga. Saya sampai pusing dan stres jika masih mengerjakan tugas lalu ada lagi tugas lain yang harus dikumpulkan pada jam yang sama. Alhasil, ada tugas yang terlambat saya kumpulkan.

Alhamdulillah, kami berlangganan internet di rumah. Ini cukup membantu saya selama pembelajaran online. Saya terpikir bagaimana siswa yang tidak memiliki laptop atau HP. Begitu juga dengan  siswa yang  keluarganya hanya mempunyai satu HP dan dipakai untuk belajar oleh beberapa anak.  Belum lagi masalah pemakaian kuota internetnya. Pasti mereka terkendala sekali dalam pengiriman  beberapa  tugas yang harus diselesaikan dalam satu hari itu. Mungkin perlu dipikirkan solusi agar proses pembelajaran secara online ini dapat dengan mudah dilakukan semua siswa, utamanya yang terkendala dalam ketersediaan perangkat pembelajaran online tersebut.

Alhamdulillah, sekarang ini tenggat waktu pengumpulan tugasnya lebih panjang sehingga memudahkan siswa dalam mengerjakan tugas, misalnya tenggat waktu pengumpulan selama seminggu. Di awal pembelajaran online, tugas yang harus dikumpulkan terasa banyak sekali sampai beberapa kali saya telat makan. Menurut saya, jika tugas yang diberikan terlalu banyak, hal ini dapat menimbulkan kelelahan dan stres pada siswa yang dapat menyebabkan siswa jatuh sakit karena kurang istirahat.

Walau pun belajar di rumah itu menyenangkan, tapi tidak ada yang bisa menggantikan senangnya belajar dengan bertatap muka dengan guru dan teman-teman di kelas. Itulah pendapat saya tentang pembelajaran online.

Terima kasih Bapak dan Ibu guru yang tiada lelah mengajar kami  walau dilakukan dari rumah. Tetap semangat belajar ya buat semua murid, khususnya SMAN 29 kelas X IPS-1. Semoga pandemi Covid 19 ini segera usai dan kita dapat beraktivitas seperti semula.

Sebutkan perbedaan yang kalian rasakan ketika belajar di lingkungan SMP dan smk
Umar Abdul Aziz, siswa SMAN 29 Jakarta. Alumni SMPN 111 Jakarta dan SDIT Al Furqon Jakarta yang hobi membaca , menulis, dan icip-icip makanan halalan thoyyiban…

TUGAS MATA KULIAH

PENDIDIKAN KOMPARATIF

“Perbandingan Pendidikan TK, SD, SMP, SMA, dan SMK”

Oleh:

Isna Muslikhah                        (12101241019)

Isga Alda Saputri                    (12101241023)

Yona Febria                           (12101241028)

Deti Setianingsih                     (12101241030)

Wanodya Harum                     (12101241034)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2013

PENDIDIKAN TINGKAT SD

Suharjo (2006: 8) mengemukakan tujuan pendidikan sekolah dasar sebagai berikut:

  1. Menuntun pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, bakat dan

minat siswa.

  1. Meberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar yang

bermanfaat bagi siswa.

  1. Membentuk warga negara yang baik
  2. Melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan di SLTP
  3. Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar bekerja di masyarakat
  4. Terampil untuk hidup di masyarakat dan dapat mengembangkan diri sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup.

Tujuan pendidikan dasar pada pokoknya adalah mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar bagi anak yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat. Selain itu, pendidikan sekolah dasar bertujuan mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan tingkat menengah.

  1. Karakteristik Peserta Didik

Karakteristik anak usia SD adalah sebagai berikut:

Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang

bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya

merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di

dalamnya.

Orang dewasa dapat duduk berjam‐jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan

tenang paling lama sekitar 30 menit. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak

sebagai siksaan.

  1. Senang bekerja dalam kelompok

Anak usia SD dalam pergaulannya dengan kelompok sebaya, mereka belajar aspekaspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturanaturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), dan mempelajarai olah raga.

  1. Senang merasakan/ melakukan sesuatu secara langsung.

Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsepkonsep baru dengan konsep‐konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsep‐konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi‐fungsi badan, moral, dan sebagainya.

Oleh karena itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.

Kurikulum baru 2013 di SD menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik. Dalam kurikulum ini juga terdapat penyederhanaan dalam jumlah mata pelajaran. Jika selama ini siswa SD harus mempelajari 11 mata pelajaran, dalam kurikulum pendidikan yang baru disederhakan hanya tinggal tujuh. Ketujuh mata pelajaran dalam kurikulum pendidikan baru di SD tersebut adalah Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN), Bahasa Indonesia, Matematika, Pengetahuan Umum, Kesenian, dan Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan (PJOK).

Selain perubahan dalam jumlah mata pelajaran, kurikulum ini juga menyebabkan pembelajaran secara tematik bukan hanya dilakukan pada kelas rendah saja namun juga pada kelas tinggi. Untuk kurikulum baru, anak-anak SD tidak lagi mempelajari masing-masing mata pelajaran secara terpisah. Pembelajaran berbasis tematik integratif yang diterapkan pada tingkatan pendidikan dasar ini menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema untuk kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran yang ada.

  1. Peralatan yang Diperlukan di SD

Fathurrohman (2009) memberi gambaran manfaat penggunaan media/ peralatan dalam proses pembelajaran:

  1. Menarik perhatian siswa
  2. Membantu untuk mempercepat pemahaman
  3. Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis (dalam bentuk kata – kata tertulis atau lisan)
  4. Mengatasi keterbatasan ruang
  5. Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif
  6. Menghilangkan kebosanan pada siswa dan meningkatkan motivasi siswa.

Peralatan yang biasa digunakan di SD antara lain globe, bentuk- bentuk bangun ruang misalnya tabung, kubus, prisma dan limas, buku paket, LKS, miniature tata surya, peta dan LKS.

  1. Pengajar yang Diharapkan di SD

Guru adalah panutan dan sumber ilmu bagi peserta didik. Keberhasilan pendidikanpun tak terlepas dari peran serta guru untuk mendampingi dan mengajrkan berbagai ilmu pengetahuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Oleh karena itu, guru yang mengajar pada tingkat SD diharapkan sebagai berikut:

  1. Memiliki ilmu pengetahuan yang diajarkan
  2. Guru harus mampu membangun kedekatan emosial yang baik dengan siswa
  3. Guru memiliki kepribadian yang baik
  4. Guru harus mampu menggunakan metode- metode mengajar yang sesuai dengan karakteristik siswa SD

Pelaksanaan semua aktivitas pembelajaran di SD melibatkan banyak komponen, tidak saja komponen manusia melainkan juga komponen bukan manusia. Komponen manusia di sekolah dasar cukup banyak. Dalam kondisi normal komponen manusia sekolah dasar terdiri dari seorang kepala sekolah, enam orang guru kelas, seorang guru mata pelajaran Pendidikan Agama, seorang guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, dan seorang pesuruh sekolah. Jadi secara keseluruhan terdapat sepuluh personil sekolah dasar. Sedangkan komponen bukan manusia di sekolah dasar terdiri dari enam ruang kelas, satu ruang kepala sekolah yang juga difungsikan sebagai ruang administrasi, buku teks, buku penunjang, buku bacaan, berbagai alat peraga, dan uang. Agar dapat didayagunakan secara optimal dalam mencapai tujuan institusional sekolah dasar, semua komponen tersebut dikelola dengan sebaik-baiknya. Semakin banyak personil dan fasilitas yang didayagunakan semakin menuntut adanya manajemen sekolah dasar yang baik.

Sumber:

Sugiyanto, Karakteristik Anak Usia SD. Staff.uny.ac.id

http://eprints.uny.ac.id/9397/3/bab%202%20-10712251005.pdf#page=1&zoom=auto,0,51

http://cahayalaili.blogspot.com/2011/05/media-pembelajaran-di-sd.html

http://www.sekolahdasar.net/2012/11/inilah-isi-draf-perubahan-kurikulum.html

PENDIDIKAN TINGKAT SMP

  1. Tujuan pendidikan tingkat SMP sederajat:
  2. Meningkatkan kompetensi dasar siswa di bidang akademis, sesuai dengan tuntutan kurikulum.
  3. Mengembangkan potensi intelektual, moral, dan spiritual siswa.
  4. Menumbuhkembangkan potensi sosial dan kebangsaan siswa.
  5. Mempersiapkan siswa secara mantap untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya.
  6. Karakteristik Peserta Didik tingkat SMP

Pada masa sekolah menengah pertama (SMP) peserta didiknya berkisar antara usia 12-15 tahun. Pada masa inilah seseorang dikatakan sedang memasuki usia remaja. Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Masa remaja ini sering dianggap sebagai masa peralihan, dimana saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang dewasa. Menurut Anna Freud (dalam Yusuf. S, 2004) masa remaja juga dikenal dengan masa strom and stress dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan psikis yang bervariasi. Pada masa ini remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan dan sebagai akibatnya akan muncul kekecewaan dan penderitaan, meningkatnya konflik dan pertentangan, impian dan khayalan, pacaran dan percintaan, keterasingan dari kehidupan dewasa dan norma kebudayaan (Gunarsa, 1986).
Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/jati diri. Individu ingin mendapat pengakuan tentang apa yang dapat ia hasilkan bagi orang lain. Apabila individu berhasil dalam masa ini maka akan diperoleh suatu kondisi yang disebut identity reputation (memperoleh identitas). Apabila mengalami kegagalan, akan mengalami Identity Diffusion (kekaburan identitas).

Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya.
Fase-fase masa remaja (pubertas) menurut Monks dkk (2004) yaitu antara umur 12 – 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir.

Karakteristik anak remaja bisa dilihat dalam beberapa aspek, yaitu dari Pertumbuhan fisik, perkembangan seksual, cara berfikir kausalitas, emosi yang meluap-luap, perkembangan sosial, perkembangan moral dan perkembangan kepribadian.

  1. Pertumbuhan fisik: Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Pada fase ini remaja memerlukan asupan gizi yang lebih, agar pertumbuhan bisa berjalan secara optimal. Perkembangan fisik remaja jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, serta otot-otot tubuh berkembang pesat.
  2. Perkembangan seksual: Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada remaja. Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan, bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi yang pertama. Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki pada lehernya menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah; didaerah wajah, ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau rambut; kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya meluas. Pada anak perempuan, diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi hormon dalam tubuhnya meningkat. Pinggul membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit. Payudara membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar kemaluan. Suara menjadi lebih penuh dan merdu. Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk bereproduksi.
  3. Cara berfikir kausalitas: Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang logis. Misalnya, remaja makan didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya sambil berkata “pantang”. Sebagai remaja mereka akan menanyakan mengapa hal itu tidak boleh dilakukan dan jika orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan maka dia akan tetap melakukannya. Apabila guru/pendidik dan oarang tua tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan menimbulkan kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar.
  4. Emosi yang meluap–luap: Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu mereka akan kelihatan sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa menjadi sedih atau marah. Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis. Saat melakukan sesuatu mereka hanya menuruti ego dalam diri tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.
  5. Perkembangan sosial:

Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan.

  1. Perkembangan moral: adanya perkembangan moral karena para remaja mulai mengetahui dunia luar yang sebenarnya dan kemudian membandingkannya dengan apa yang mereka percayai dulu. Dari sinilah para remaja ini menemui kejanggalan adanya perbedaan dan ingin mencari kebenarannya. Ia melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
  2. perkembangan kepribadian: secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.

Struktur Kurikulum tingkat SMP/MTs meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas VII sampai dengan IX. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan:

  1. Kurikulum SMP/MTs memuat 10 mata pelajaran, muatuan lokal dan pengembangan diri. Muatan lokal merupakan kegiatan kuriuler untu mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
  2. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP/MTs merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”
  3. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empa jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
  4. Alokasi waktu satu pembelajaran adalah 40 menit.
  5. Minggu fektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu.

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten atau mata pelajaran dala kurikulum, dostribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untu setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam system belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam system pembelajaran/ pengorganisasian konten dalam system belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan dating adalah system semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam system pembelajara berdasarkan jam pelajaran per semester. Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satauan atau jenjang pendidikan. Dalam struktur kurikulum menggambarkan ide kurikulum mengenai posisi belajar seorang siswa yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum member kesempatan kepada siswa untuk berbagai pilihan.

  1. Peralatan yang diperlukan dalam pembelajaran di tingkat SMP sederajat.

Sebuah SMP/MTs sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:

  1. ruang kelas,
  2. ruang perpustakaan,
  3. ruang laboratorium IPA,
  4. ruang pimpinan,
  5. ruang guru,
  6. ruang tata usaha,
  7. tempat beribadah,
  8. ruang konseling,
  9. ruang UKS,
  10. ruang organisasi kesiswaan,
  11. jamban,
  12. gudang,
  13. ruang sirkulasi,
  14. tempat bermain/berolahraga.
  1. Pengajar yang diharapkan di tingkat SMP sederajat:

Karakteristik guru yang ideal untuk mengajar di tingkat SMP sederajat adalah orang yang mempunyai kompetensi tinggi dengan banyak membaca, menulis dan meneliti. Ia adalah figur yang senang dengan pengembangan diri terus menerus, tidak merasa cukup dengan apa yang sudah dimiliki.Mempunyai moral yang baik, bisa menjadi teladan, dan memberi contoh perbuatan, tidak sekedar menyuruh dan berorasi.Mempunyai skills yang memadai untuk berkompetisi dengan elemen bangsa lain dan sebagai sumber inspirasi dan motivasi kepada anak didik.Mempunyai kreatifitas dan inovasi tinggi dalam mengajar sehingga menarik dan memuaskan anak didik.Mempunyai tanggung jawab sosial dengan ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan problem-problem sosial kemasyarakatan.Saat ini, guru di Indonesia yang memiliki lima kriteria ideal di atas masih sangat sedikit. Kebanyakan guru-guru bangsa ini masih mengandalkan gelar kesarjanaan tanpa mengevaluasi kemampuan dan tanggung jawab besar yang sebenarnya ia emban. Sebagai figur pengubah sejarah, dituntut mempunyai kemampuan terbaik untuk dipersembahkan kepada murid-muridnya.

  1. Manajemen Pendidikan di SMP sederajat

Manajemen pendidikan di tingkat SMP sederajat meliputi beberapa aspek diantaranya:

  1. Manajemen personalia: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan penerimaan pegawai baru, mutasi, surat keputusan, surat tugas, berkas-berkas tenaga kependidikan, daftar umum kepegawaian, upaya peningkatan SDM serta kinerja pegawai, dan sebagainya.
  2. Manajemen fasilitas (sarana dan prasaranya): meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan pengadaan barang pembagian dan penggunaan barang (inventaris), perbaikan barang, dan tukar tambah maupun penghapusan barang.
  3. Manajemen peserta didik: meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan penggalangan penerimaan siswa baru, pelaksanaan tes penerimaan siswa baru, penempatan dan pembagian kelas, kegiatan-kegiatan kesiswaan, motivasi dan upaya peningkatan kualitas lulusan.
  4. Manajemen penunjang pendidikan: melipiti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan ddan evaluasi kegiatan unit-unit penunjang, misalnya bimbingan dan penyuluhan (BP), perpustakaan, UKS, pramuka, olahraga, kesenian, dan sebagainya.
  5. Manajemen administrasi perkantoran: meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan kantor agar memberikan pelayanan yang terbaik kepada semua orang yang membutuhkan serta berhubungan dengan kegiatan lembaga.
  6. Kurikulum: meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan tentang pendataan mata pelajaran/mata kuliah yang diajarkan/dipasarkan, waktu jam yang tesedia, jumlag guru beserta pembagian jam pelajaran, jumlah kelas, penjadwalan, kegiatan belajar-mengajar, buku-buku yang dibutuhkan, program semester, evaluasi, program tahunan, kelender pendidikan, perubahan kurikulum maupun inovasi-inovasi dalam pengembangan kurikulum.
  7. Manajemen keuangan: meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan masuk dan keluarnya dana, usaha-usaha menggali sumber pendanaan sekolah seperti kegiatan koperasi serta penggunaan dana secara efisien.
  8. Penyelenggaran kegiatan ekstrakulikuler sekolah tingkat SMP misalnya kegiatan OSIS, palang merah remaja, pramuka, mading sekolah, olah raga dan kesenian sekolah, dll.
  9. Manajemen tata lingkungan dan keamanan sekolah meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi tata ruang pertamanan sekolah, kebersihan dan ketertiban sekolah, serta keamanan dan kenyamanan lingkungan sekolah. Manejemen hubungan dengan masyarakat, meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan hubungan masyarakat, misalnya pendataan alamat kantor/orang yang dianggap perlu, hasil kerjasama, program-progran humas, dan sebagainya.

Sumber:

http://www.smpn1singaraja.sch.id/index.php?option=com_content&task=view&Itemid=39&id=52

http://pppkpetra.or.id/tujuan-pendidikan-smp.html

http://smpn3tpi.webs.com/apps/blog/show/5816575-kriteria-guru-ideal

http://jagad-ilmu.blogspot.com/2009/08/karakteristik-anak-usia-smp-remaja-bab.html

http://r-vai.blogspot.com/2010/02/ruang-lingkup-manajemen-pendidikan.html

Permendiknas no 24 Tahun 2007

PENDIDIKAN TINGKAT SMA

  1. Tujuan Pendidikan SMA adalah:
  2. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
  3. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbale balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya.
  4. Karakteristik peserta didik SMA
  5. Memiliki STTB/IJAZAH SMP/SLTP/Mts atau yang sederajat
  6. Memiliki SKHUN/SKYBS/STK/STL ASLI
  7. Umur setinggi-tingginya pada saat masuk dikelas sepuluh adalah 21 tahun dan  belum MENIKAH
  8. Kurikulum di SMA merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan menengah. Secara khusus pendidikan menengah umum mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Umumnya berusia sekitar 15 – 19 tahun.
  9. Peralatan yang diperlukan

1) Bangunan dan perabut sekolah

2) Alat pelajaran yang terdiri dari pembukauan dan alat-alat peraga dan labolatarium

3) Media pendidikan yang dapat dikelompokan menjadi audiovisual yang menguanakan alat penampil dan media yang tidak menggunakan alat penampil.

Yang mampu membimbing, mengarahkan, mengajar, menilai, mendidik, melatih, dan mengevaluasi peserta didik dengan ikhlas dari hati karena keprofesionalannya, dan mampu mengetahui apa yang dibutuhkan peserta didik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, serta dapat memberikan solusi bagi peserta didiknya yang sedang memiliki masalah.

  1. Pengelolaan/ Manajemen Pendidiknya
  2. Perencanaan Program sekolah, yang meliputi : Visi, misi, tujuan, rencana kerja,
  3. Pelaksanaan Rencana Kerja

Pedoman, Struktur Organisasi, Pelaksanaan Kegiatan, Bidang kesiswaan, Bidang kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran, Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan, bidang Sarana dan Prasarana, Bidang keuangan dan Pembiayaan, Budaya Lingkungan, Peran Serta masyarkat dan Kemitraan.

3 Pengawasan dan Evaluasi

Meliputi : Program pengawasan, Evaluasi Diri, Evaluasi Pengembangan KTSP, Evaluasi Pendayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Akreditasi,

4 Kepemimpinan

5 Sistem Informasi Manajemen, meliputi : Pengelolaan, porinsip, dll

TUJUAN

                Tujuan pendidikan SMK adalah sebagai sarana pengembangan kemampuan siswa usia setara SMA (16 tahun-20 tahun). Pendidikan SMK lebih spesifik dan mengarah pada kemampuan berbasis keterampilan. Tujuan SMK antara lain:

  1. Mewujudkan Lembaga Pendidikan Kejuruan yang akuntabe sebagai pusat membudayaan kompetensi bersandar nasional.
  2. Mendidik sumber daya manusia yang mempunyai etos kerja dan kompetensi berstandar internasional
  3. Memberikan berbagai layanan pendidikan kejuruan yang permeabel dan fleksibel secara terintegrasi antara jalur dan jenjang pendidikan.
  4. Memperluas layanan dan pemerataan mutu pendidikan kejuruan.
  5. Mengangkat keunggulan lokal sebagai daya saing bangsa.

PESERTA DIDIK

                Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan disetiap jenjang, terutama SMK harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal ini berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik. Sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun, dan berinteraksi dengan masyarakat.

SMK memang tidak bisa disamakan dengan SMA pada umumnya. Gaya belajar, kbutuhandan karakteristik siswa SMK dan SMA memang sangat berbeda. Sisw SMK dituntut memiliki kedisplinan yang lebih kuat dari siswa SMA biasa. Dunia yang akan dihadapi dan digelluti siswa maupun alumni SMK adalah dunia kejuruan yang mengharuskan seorang siswa SMK (lulusan SMK) memiliki sesuatu keahlian yag siap pakai di duia kerja. Tuntutan seperti ini mengharuskan siswa SMK memunyai karakteristik kepribadian da mental yang kuat, seta disipin daam bekerja. Bahkan standar ISO yang digunakan di SM pun melatih mereka untuk bekerja secara terstruktur dan rapi.

KURIKULUM

KurikulumSMK tidak sama dengan kurikulum SMA. Meskipun ada beberapa mata pelajaran yang sama seperti pengukur kemampuan kognitif, afektif, akademik, dan non akademik. Kurikulum di SMK mnunjuk pada kejuruan yang diambil. Kemudian terdapat dua tahap yang harus dilalui siswa SMK, yaitu teori dan praktek. Pada akhir pertengahan masa studi siswa mengikuti prgram PKL (Praktek Kerja Lapangan) yang menerjunkan siswanya langsung ke dunia kerja.

PENDIDIK/PENGAJAR

                Pendidik atau pengajar siswa SMK adalah guru terlatih dan profesional di bidangnya. Minimal lulusan S1 bidang keahlian. Untuk mata pelajaran umum diampu oleh guru lulusan bidang studinya.

PENGELOLAAN

  1. Manajemen organisasi
  2. Manajemen kurikulum
  3. Manajemen pembelajaran
  4. Manajemen pendidik
  5. Manajmen kesiswaan
  6. Manajemen sarana prasarana
  7. Manajemen keuangan dan pembiayaan
  8. Manajemen admisistrasi
  9. Manajemen regulasi
  10. Manajemen lingkungan dan budaya kerja
  11. Manajemen kerja sama dan pemeliharaan