Sebutkan tiga pemahaman yang benar tentang KEJADIAN 11 1 9

Pertanyaan

Sebutkan tiga pemahaman yang benar tentang KEJADIAN 11 1 9

Jawaban

Menara Babel dijelaskan di kitab Kejadian 11:1-9. Setelah peristiwa air bah, Allah memerintahkan manusia untuk "bertambah banyaklah serta penuhilah bumi" (Kej 9:1). Manusia justru melakukan hal yang sebaliknya. "Juga kata mereka: 'Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi'" (Kej 11:4). Manusia memutuskan untuk membangun sebuah kota besar dan berkumpul di sana. Mereka memutuskan untuk membangun sebuah menara raksasa sebagai simbol kekuasaan mereka, untuk mencari kemuliaan dirinya (Kej 11:4). Menara ini kemudian diingat sebagai Menara Babel. Sebagai respon, Allah mengacaukan bahasa manusia sehingga mereka tidak lagi bisa berkomunikasi satu sama lainnya (Kej 11:7). Akibatnya, mereka yang berbicara dengan bahasa yang sama segera pergi bersama-sama dan menetap di bagian dunia lainnya (Kej 11:8-9). Allah mengacaukan bahasa di Menara Babel supaya perintah-Nya bagi umat manusia agar menyebar ke seluruh dunia bisa terlaksana. Beberapa ahli Alkitab juga percaya bahwa Allah menciptakan berbagai ras manusia di peristiwa Menara Babel ini. Hal ini mungkin saja benar, tetapi tidak dinyatakan secara eksplisit di Alkitab. Tampaknya, soal variasi ras ini, memang sudah ada sebelum peristiwa Menara Babel. Allah mengacaukan bahasa, setidaknya sebagian darinya, berdasarkan ras mereka. Sejak peristiwa Menara Babel, manusia dibagi berdasarkan berbagai bahasa (dan mungkin ras) dan menetap di berbagai belahan dunia. Kejadian 10:5, 20 dan 31 menjelaskan keturunan Nuh menyebar atas bumi "dengan bahasanya sendiri, menurut kaum dan bangsa mereka." Bagaimana ini mungkin terjadi, karena Allah belum mengacaukan bahasa hingga peristiwa Menara Babel di Kejadian pasal 11? Kejadian pasal 10 berisi rincian keturunan dari ketiga putra Nuh: Sem, Ham, dan Yafet. Pasal ini merinci silsilah keluarga mereka selama beberapa generasi. Dengan masa hidup mereka saat itu (lihat Kej 11:10-25), silsilah di kitab Kejadian pasal 10 kemungkinan mencakup ratusan tahun. Peristiwa Menara Babel, dikisahkan dalam Kejadian 11:1-9, memberikan rincian lebih mendetail ketika peristiwa bahasa manusia dikacaubalaukan Allah. Kejadian pasal 10 memang merujuk soal adanya bahasa yang berbeda. Sementara Kejadian pasal 11 mengisahkan bagaimana berbagai bahasa yang berbeda itu berasal.

English


Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia

Apakah yang terjadi di Menara Babel?

Cerita Menara Babel (Menara Kekacauan) dapat dipahami sebagai  pengakuan iman bangsa Israel pada kekuasaan Tuhan yang mengatur dan mengarahkan dunia  sesuai kehendakNya. Sebagai Kisah Iman maka kita diingatkan betapa rancangan Allah selalu melampaui rencana manusia yang mudah gagal dan hanya mendatangkan bencana bagi kehidupan mereka sendiri.

Manusia dengan kehebatannya pada akhirnya dapat terhenti sebab campur tangan Allah yang memandang segala yang diperbuat manusia tidak lagi sebagaimana yang diperintahkan bagi mereka untuk beranak cucu dan memenuhi bumi. Manusia mulai memikirkan apa yang menjadi penting dan menarik untuk reputasi dan pemuasan diri sendiri.

Nimrod dapat disebut sebagai orang yang pertama kali mulai merintis pembangunan kota-kota besar (10:9-11). Kecakapan dan ketrampilan teknis manusia dengan teknologinya, memungkinkan mereka mendirikan kota dengan menara yang puncaknya sampai ke langit (11:4). Mereka juga berhasrat untuk mencari nama khusus sebagai pembuktian keberhasilan membangun sesuatu yang tidak ada duanya (Ingat: Menara Kembar Petronas di Kuala Lumpur atau Menara Pisa di Italy).

Kemampuan manusia tidak dapat dihentikan. Usaha mereka membangun didukung dengan potensi sumber daya alam (batu bata dan semen/ter) serta sumber daya manusia (satu bahasa dengan kecerdasan dan ambisinya) yang luar biasa sehingga rencana dan proyek pembangunan mereka pasti berhasil sebab tujuannya adalah untuk kepentingan bersama (11:4, termasyur dan tidak tercerai berai).

Meskipun demikian apa yang menjadi rencana dan ambisi manusia, mendapat perhatian Allah dan jelas tidak sesuai dengan mandat yang ditugaskan atas hidup manusia. Manusia melawan apa yang menjadi ketetapan Allah bagi masa depan populasi manusia. Alam yang diciptakan Allah sedemikian luas dan sanggup menampung seluruh kegiatan manusia dengan segala peradabannya.

Manusia yang diciptakan Allah berlaku selaras dengan kehendak Sang Pencipta. Allah yang berdaulat atas kehidupan berdaulat pula atas apa yang dimiliki manusia. Pikiran manusia sudah bertolak belakang dengan pikiran Allah. 

Tidak ada lagi masa di mana manusia dihukum karena dosanya dengan air bah. Allah menggagalkan rancangan manusia dengan mengacaubalaukan bahasa yang mereka gunakan sebagai alat pemersatu. Kekacauan itu menyebabkan kerusakan yang luar biasa di mana proyek membangun kota dengan menara yang tinggi menjadi berhenti. Manusia tidak dapat berkomunikasi satu dengan lainnya. Kekuatan bahasa yang mereka sombongkan dihancurkan Allah. 

Bencana yang diakibatkan ketidakmengertian dalam berkomunikasi menjadikan kumpulan manusia itu tercerai berai. Mereka tidak dapat menyamakan pengertian saat mereka tidak dapat lagi berbicara dengan pengertian yang sama. Akhirnya, manusia terpisah dan menyebar ke berbagai tempat. Allah yang merancang semuanya.

Kisah Menara Babel merupakan kisah tentang kesombongan manusia yang bertujuan melawan kehendak Allah dan menyamakan diri dengan Yang Mahakuasa. Kemampuan dan kecerdasan manusia ada batasnya. Kegagalan manusia membangun menara Babel mengajar kita untuk selalu membawa rencana dan agenda besar kita kepada Allah yang dapat mengatur dan mengarahkan berkatNya kepada kita.

Kita tidak boleh terjebak pada pikiran manusia yang selalu merasa diri hebat dengan kemampuannya yang justru mendatangkan bencana bagi kehidupan manusia itu sendiri. Kita ingat Bom Hiroshima dan Nagasaki yang mematikan dan mendatangkan penderitaan bagi rakyat Jepang.

Kemampuan manusia untuk berbahasa bukan untuk merancang yang jahat dan menyampaikan ujaran kebencian di tengah masyarakat luas. Tuhan Allah tidak menghukum manusia pada titik lemahnya, tetapi pada titik kekuatannya. Kekacauan dalam berbahasa sudah cukup menggagalkan rancangan jahat manusia. Kita akan mengalami yang sama jika kita membanggakan kekuatan diri kita. Tuhan dapat membuat kita gagal dan jatuh jika kita sombong supaya kita hidup dalam kehendakNya.


Sebutkan tiga pemahaman yang benar tentang KEJADIAN 11 1 9

Lihat Sosbud Selengkapnya


Page 2

Cerita Menara Babel (Menara Kekacauan) dapat dipahami sebagai  pengakuan iman bangsa Israel pada kekuasaan Tuhan yang mengatur dan mengarahkan dunia  sesuai kehendakNya. Sebagai Kisah Iman maka kita diingatkan betapa rancangan Allah selalu melampaui rencana manusia yang mudah gagal dan hanya mendatangkan bencana bagi kehidupan mereka sendiri.

Manusia dengan kehebatannya pada akhirnya dapat terhenti sebab campur tangan Allah yang memandang segala yang diperbuat manusia tidak lagi sebagaimana yang diperintahkan bagi mereka untuk beranak cucu dan memenuhi bumi. Manusia mulai memikirkan apa yang menjadi penting dan menarik untuk reputasi dan pemuasan diri sendiri.

Nimrod dapat disebut sebagai orang yang pertama kali mulai merintis pembangunan kota-kota besar (10:9-11). Kecakapan dan ketrampilan teknis manusia dengan teknologinya, memungkinkan mereka mendirikan kota dengan menara yang puncaknya sampai ke langit (11:4). Mereka juga berhasrat untuk mencari nama khusus sebagai pembuktian keberhasilan membangun sesuatu yang tidak ada duanya (Ingat: Menara Kembar Petronas di Kuala Lumpur atau Menara Pisa di Italy).

Kemampuan manusia tidak dapat dihentikan. Usaha mereka membangun didukung dengan potensi sumber daya alam (batu bata dan semen/ter) serta sumber daya manusia (satu bahasa dengan kecerdasan dan ambisinya) yang luar biasa sehingga rencana dan proyek pembangunan mereka pasti berhasil sebab tujuannya adalah untuk kepentingan bersama (11:4, termasyur dan tidak tercerai berai).

Meskipun demikian apa yang menjadi rencana dan ambisi manusia, mendapat perhatian Allah dan jelas tidak sesuai dengan mandat yang ditugaskan atas hidup manusia. Manusia melawan apa yang menjadi ketetapan Allah bagi masa depan populasi manusia. Alam yang diciptakan Allah sedemikian luas dan sanggup menampung seluruh kegiatan manusia dengan segala peradabannya.

Manusia yang diciptakan Allah berlaku selaras dengan kehendak Sang Pencipta. Allah yang berdaulat atas kehidupan berdaulat pula atas apa yang dimiliki manusia. Pikiran manusia sudah bertolak belakang dengan pikiran Allah. 

Tidak ada lagi masa di mana manusia dihukum karena dosanya dengan air bah. Allah menggagalkan rancangan manusia dengan mengacaubalaukan bahasa yang mereka gunakan sebagai alat pemersatu. Kekacauan itu menyebabkan kerusakan yang luar biasa di mana proyek membangun kota dengan menara yang tinggi menjadi berhenti. Manusia tidak dapat berkomunikasi satu dengan lainnya. Kekuatan bahasa yang mereka sombongkan dihancurkan Allah. 

Bencana yang diakibatkan ketidakmengertian dalam berkomunikasi menjadikan kumpulan manusia itu tercerai berai. Mereka tidak dapat menyamakan pengertian saat mereka tidak dapat lagi berbicara dengan pengertian yang sama. Akhirnya, manusia terpisah dan menyebar ke berbagai tempat. Allah yang merancang semuanya.

Kisah Menara Babel merupakan kisah tentang kesombongan manusia yang bertujuan melawan kehendak Allah dan menyamakan diri dengan Yang Mahakuasa. Kemampuan dan kecerdasan manusia ada batasnya. Kegagalan manusia membangun menara Babel mengajar kita untuk selalu membawa rencana dan agenda besar kita kepada Allah yang dapat mengatur dan mengarahkan berkatNya kepada kita.

Kita tidak boleh terjebak pada pikiran manusia yang selalu merasa diri hebat dengan kemampuannya yang justru mendatangkan bencana bagi kehidupan manusia itu sendiri. Kita ingat Bom Hiroshima dan Nagasaki yang mematikan dan mendatangkan penderitaan bagi rakyat Jepang.

Kemampuan manusia untuk berbahasa bukan untuk merancang yang jahat dan menyampaikan ujaran kebencian di tengah masyarakat luas. Tuhan Allah tidak menghukum manusia pada titik lemahnya, tetapi pada titik kekuatannya. Kekacauan dalam berbahasa sudah cukup menggagalkan rancangan jahat manusia. Kita akan mengalami yang sama jika kita membanggakan kekuatan diri kita. Tuhan dapat membuat kita gagal dan jatuh jika kita sombong supaya kita hidup dalam kehendakNya.


Sebutkan tiga pemahaman yang benar tentang KEJADIAN 11 1 9

Lihat Sosbud Selengkapnya


Page 3

Cerita Menara Babel (Menara Kekacauan) dapat dipahami sebagai  pengakuan iman bangsa Israel pada kekuasaan Tuhan yang mengatur dan mengarahkan dunia  sesuai kehendakNya. Sebagai Kisah Iman maka kita diingatkan betapa rancangan Allah selalu melampaui rencana manusia yang mudah gagal dan hanya mendatangkan bencana bagi kehidupan mereka sendiri.

Manusia dengan kehebatannya pada akhirnya dapat terhenti sebab campur tangan Allah yang memandang segala yang diperbuat manusia tidak lagi sebagaimana yang diperintahkan bagi mereka untuk beranak cucu dan memenuhi bumi. Manusia mulai memikirkan apa yang menjadi penting dan menarik untuk reputasi dan pemuasan diri sendiri.

Nimrod dapat disebut sebagai orang yang pertama kali mulai merintis pembangunan kota-kota besar (10:9-11). Kecakapan dan ketrampilan teknis manusia dengan teknologinya, memungkinkan mereka mendirikan kota dengan menara yang puncaknya sampai ke langit (11:4). Mereka juga berhasrat untuk mencari nama khusus sebagai pembuktian keberhasilan membangun sesuatu yang tidak ada duanya (Ingat: Menara Kembar Petronas di Kuala Lumpur atau Menara Pisa di Italy).

Kemampuan manusia tidak dapat dihentikan. Usaha mereka membangun didukung dengan potensi sumber daya alam (batu bata dan semen/ter) serta sumber daya manusia (satu bahasa dengan kecerdasan dan ambisinya) yang luar biasa sehingga rencana dan proyek pembangunan mereka pasti berhasil sebab tujuannya adalah untuk kepentingan bersama (11:4, termasyur dan tidak tercerai berai).

Meskipun demikian apa yang menjadi rencana dan ambisi manusia, mendapat perhatian Allah dan jelas tidak sesuai dengan mandat yang ditugaskan atas hidup manusia. Manusia melawan apa yang menjadi ketetapan Allah bagi masa depan populasi manusia. Alam yang diciptakan Allah sedemikian luas dan sanggup menampung seluruh kegiatan manusia dengan segala peradabannya.

Manusia yang diciptakan Allah berlaku selaras dengan kehendak Sang Pencipta. Allah yang berdaulat atas kehidupan berdaulat pula atas apa yang dimiliki manusia. Pikiran manusia sudah bertolak belakang dengan pikiran Allah. 

Tidak ada lagi masa di mana manusia dihukum karena dosanya dengan air bah. Allah menggagalkan rancangan manusia dengan mengacaubalaukan bahasa yang mereka gunakan sebagai alat pemersatu. Kekacauan itu menyebabkan kerusakan yang luar biasa di mana proyek membangun kota dengan menara yang tinggi menjadi berhenti. Manusia tidak dapat berkomunikasi satu dengan lainnya. Kekuatan bahasa yang mereka sombongkan dihancurkan Allah. 

Bencana yang diakibatkan ketidakmengertian dalam berkomunikasi menjadikan kumpulan manusia itu tercerai berai. Mereka tidak dapat menyamakan pengertian saat mereka tidak dapat lagi berbicara dengan pengertian yang sama. Akhirnya, manusia terpisah dan menyebar ke berbagai tempat. Allah yang merancang semuanya.

Kisah Menara Babel merupakan kisah tentang kesombongan manusia yang bertujuan melawan kehendak Allah dan menyamakan diri dengan Yang Mahakuasa. Kemampuan dan kecerdasan manusia ada batasnya. Kegagalan manusia membangun menara Babel mengajar kita untuk selalu membawa rencana dan agenda besar kita kepada Allah yang dapat mengatur dan mengarahkan berkatNya kepada kita.

Kita tidak boleh terjebak pada pikiran manusia yang selalu merasa diri hebat dengan kemampuannya yang justru mendatangkan bencana bagi kehidupan manusia itu sendiri. Kita ingat Bom Hiroshima dan Nagasaki yang mematikan dan mendatangkan penderitaan bagi rakyat Jepang.

Kemampuan manusia untuk berbahasa bukan untuk merancang yang jahat dan menyampaikan ujaran kebencian di tengah masyarakat luas. Tuhan Allah tidak menghukum manusia pada titik lemahnya, tetapi pada titik kekuatannya. Kekacauan dalam berbahasa sudah cukup menggagalkan rancangan jahat manusia. Kita akan mengalami yang sama jika kita membanggakan kekuatan diri kita. Tuhan dapat membuat kita gagal dan jatuh jika kita sombong supaya kita hidup dalam kehendakNya.


Sebutkan tiga pemahaman yang benar tentang KEJADIAN 11 1 9

Lihat Sosbud Selengkapnya