Sebutkan tujuan tentara indonesia dan masyarakat bandung membumihanguskan kota bandung

Sebutkan tujuan tentara indonesia dan masyarakat bandung membumihanguskan kota bandung

Sebutkan tujuan tentara indonesia dan masyarakat bandung membumihanguskan kota bandung
Lihat Foto

IPPHOS

Bandung Lautan Api akibat pemboman oleh pesawat perang Inggris.

KOMPAS.com - Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup lama dijajah oleh bangsa Barat, terutama Belanda.

Bahkan, setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, bangsa Barat masih ingin menanamkan kekuasaannya di Indonesia.

Untuk mengusir para musuh atau menggagalkan serangan mereka, salah satu strategi yang diterapkan Indonesia adalah politik bumi hangus.

Politik bumi hangus adalah strategi militer yang bertujuan untuk menghancurkan apa pun yang mungkin berguna untuk musuh.

Taktik ini pernah dipraktikkan dalam peristiwa Bandung Lautan Api oleh Tentara Republik Indonesia (TRI) dan para pemuda.

Lantas, mengapa TRI membumihanguskan Kota Bandung saat meninggalkan kota tersebut?

Baca juga: Politik Bumi Hangus: Sejarah, Larangan, dan Praktiknya di Indonesia

Mencegah Sekutu memanfaatkan aset Kota Bandung

Pada 23 Maret 1946, terjadi kebakaran besar di Bandung, Jawa Barat, yang dikenal sebagai Peristiwa Bandung Lautan Api.

Dalam kurun waktu tujuh jam, sebanyak 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka, sebelum akhirnya pergi ke Bandung Selatan.

Tindakan ini sengaja dilakukan demi mencegah Sekutu dan NICA memanfaatkan aset Kota Bandung sebagai markas strategi militer dalam perang kemerdekaan Indonesia.

Para pemuda mulai menerapkan taktik bumi hangus saat tentara Sekutu yang diboncengi oleh NICA, KNIL, dan RAPWI, datang guna mengoyak kemerdekaan Indonesia.

Skip to content

Peristiwa Bandung Lautan Api terjadi pada 24 Maret 1946. Peristiwa tersebut melibatkan tentara Indonesia, laskar pejuang, dan rakyat Bandung. Mereka membakar bangunan dan rumah mereka sendiri karena tidak rela daerahnya diduduki tentara Sekutu.

Sebutkan tujuan tentara indonesia dan masyarakat bandung membumihanguskan kota bandung

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO Puluhan siswa SMP bermain di lingkungan Monumen Bandung Lautan Api, Tegallega, Bandung, Jawa Barat, Rabu (11/6/2008). Hal itu dilakukan karena jenuh menunggu Peluncuran Sekolah Gratis Program Bantuan [...]

This entry was posted in Paparan Topik and tagged AH Nasution, Bandung Lautan Api, BLA, bumi hangus Bandung, Halo-Halo Bandung, Mohammad Toha, Monumen Bandung Lautan Api, NICA, pasukan Inggris di Bandung, pasukan inggris di Indonesia, pasukan Sekutu di Indonesia, perlawanan rakyat Bandung, sejarah bandung lautan api.

Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di Bandung, provinsi Jawa Barat, Indonesia pada 23 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung[1] membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda untuk dapat menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.

Sebutkan tujuan tentara indonesia dan masyarakat bandung membumihanguskan kota bandung
Bandung Lautan ApiBagian dari Revolusi Nasional Indonesia
Bagian selatan Bandung dibakar oleh TRI
Tanggal23 Maret 1946
LokasiBandung, Jawa Barat, Indonesia
Hasil TRI mundur dari Bandung
Pihak terlibat
Sebutkan tujuan tentara indonesia dan masyarakat bandung membumihanguskan kota bandung
Republik Indonesia Sekutu:
Sebutkan tujuan tentara indonesia dan masyarakat bandung membumihanguskan kota bandung
 
Britania Raya
Sebutkan tujuan tentara indonesia dan masyarakat bandung membumihanguskan kota bandung
NICATokoh dan pemimpin

Sebutkan tujuan tentara indonesia dan masyarakat bandung membumihanguskan kota bandung
MayJen.Abdoel Haris Nasoetion(Komandan Divisi III TRI)
Sebutkan tujuan tentara indonesia dan masyarakat bandung membumihanguskan kota bandung
Komandan Muhammad Toha  
Sebutkan tujuan tentara indonesia dan masyarakat bandung membumihanguskan kota bandung
Komandan Muhammad Ramdan  .

(Toha dan ramdan tewas saat misi meledak gudang amunisi di Dayeuh Kolot(23 Maret 1946))
Sebutkan tujuan tentara indonesia dan masyarakat bandung membumihanguskan kota bandung
Brig.MacDonald

Pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada tanggal 12 Oktober 1945. Sejak semula hubungan mereka dengan pemerintah RI sudah tegang. Mereka menuntut agar semua senjata api yang ada di tangan penduduk, kecuali TKR (Tentara Keamanan Rakyat), diserahkan kepada mereka. Orang-orang Belanda yang baru dibebaskan dari kamp tawanan mulai melakukan tindakan-tindakan yang mulai mengganggu keamanan. Akibatnya, bentrokan bersenjata antara Inggris dan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) tidak dapat dihindari. Malam tanggal 21 November 1945, TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan badan-badan perjuangan melancarkan serangan terhadap kedudukan-kedudukan Inggris di bagian utara, termasuk Hotel Homann dan Hotel Preanger yang mereka gunakan sebagai markas. Tiga hari kemudian, MacDonald menyampaikan ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat agar Bandung Utara dikosongkan oleh penduduk Indonesia, termasuk pasukan bersenjata.

Ultimatum Tentara Sekutu agar Tentara Republik Indonesia (TRI, sebutan bagi TNI pada saat itu) meninggalkan Bandung mendorong TRI untuk melakukan operasi "bumi-hangus". Para pejuang pihak Republik Indonesia tidak rela bila Bandung dimanfaatkan oleh pihak Sekutu dan NICA. Keputusan untuk membumi-hanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia, pada tanggal 23 Maret 1946.[2] Kolonel Abdoel Haris Nasoetion selaku Komandan Divisi III TRI mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan evakuasi Kota Bandung.[3] Hari itu juga, rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota Bandung dan malam itu pembakaran kota berlangsung.

Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer. Di mana-mana asap hitam mengepul membubung tinggi di udara dan semua listrik mati. Tentara Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling besar terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu. Dalam pertempuran ini Muhammad Toha dan Muhammad Ramdan, dua anggota milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia) terjun dalam misi untuk menghancurkan gudang amunisi tersebut. Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang tersebut dengan dinamit. Gudang besar itu meledak dan terbakar bersama kedua milisi tersebut di dalamnya. Staf pemerintahan kota Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan mereka, maka pada pukul 21.00 itu juga ikut dalam rombongan yang mengevakuasi dari Bandung. Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI. Namun, api masih membubung membakar kota, sehingga Bandung pun menjadi lautan api.

Pembumi-hangusan Bandung tersebut dianggap merupakan strategi yang tepat dalam Perang Kemerdekaan Indonesia karena kekuatan TRI dan milisi rakyat tidak sebanding dengan kekuatan pihak Sekutu dan NICA yang berjumlah besar. Setelah peristiwa tersebut, TRI bersama milisi rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung. Peristiwa ini mengilhami Ismail Marzuki beserta para pejuang Indonesia saat itu untuk mengubah dua baris terakhir dari lirik lagu Halo, Halo Bandung menjadi lebih patriotis dan membakar semangat perjuangan. Beberapa tahun kemudian, lagu Halo, Halo Bandung menjadi kenangan akan emosi yang para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia alami saat itu, menunggu untuk kembali ke kota tercinta mereka yang telah menjadi lautan api.

Istilah Bandung Lautan Api menjadi istilah yang terkenal setelah peristiwa pembumi-hangusan tersebut. Jenderal A.H Nasution adalah Jenderal TRI yang dalam pertemuan di Regentsweg (sekarang Jalan Dewi Sartika), setelah kembali dari pertemuannya dengan Sutan Sjahrir di Jakarta, memutuskan strategi yang akan dilakukan terhadap Kota Bandung setelah menerima ultimatum Inggris tersebut.

"Jadi saya kembali dari Jakarta, setelah bicara dengan Sjahrir itu. Memang dalam pembicaraan itu di Regentsweg, di pertemuan itu, berbicaralah semua orang. Nah, disitu timbul pendapat dari Rukana, Komandan Polisi Militer di Bandung. Dia berpendapat, “Mari kita bikin Bandung Selatan menjadi lautan api.” Yang dia sebut lautan api, tetapi sebenarnya lautan air."-A.H Nasution, 1 Mei 1997

Istilah Bandung Lautan Api muncul pula di harian Suara Merdeka tanggal 26 Maret 1946. Seorang wartawan muda saat itu, yaitu Atje Bastaman, menyaksikan pemandangan pembakaran Bandung dari bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut. Dari puncak itu Atje Bastaman melihat Bandung yang memerah dari Cicadas sampai dengan Cimindi.

Setelah tiba di Tasikmalaya, Atje Bastaman dengan bersemangat segera menulis berita dan memberi judul "Bandoeng Djadi Laoetan Api". Namun karena kurangnya ruang untuk tulisan judulnya, maka judul berita diperpendek menjadi "Bandoeng Laoetan Api".

  • Halo, Halo Bandung
  • Muhammad Toha

  1. ^ http://nationalgeographic.co.id/[pranala nonaktif permanen]
  2. ^ "Bandung Lautan Api | Web Sejarah". 14 Februari 2014. Diakses tanggal 26 Maret 2021. 
  3. ^ "BLA, A.H. Nasution, dan Ujungberung". Humas.Bandung.go.id. 22 Maret 2021. Diakses tanggal 26 Maret 2021. [pranala nonaktif permanen]

4. sejarah Bandung Lautan Api versi website resmi pemerintahan kota Bandung.

 

Artikel bertopik sejarah Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bandung_Lautan_Api&oldid=21152792"