Sedangakn pada permain bulu tangkis nasional terjadi ducce pada angka / point

tirto.id - Permainan bulu tangkis atau badminton dapat dimainkan dengan format tunggal dan ganda. Dalam praktiknya, terdapat perbedaan antara tunggal dan ganda, terutama pada penentuan posisi servis dan penghitungan skor. Bagaimana penghitungan skor, format, interval, dan nilai deuce dalam olahraga bulu tangkis?

Disarikan dari The Laws of Badminton and Competition Regulations, pemenang pertandingan bulu tangkis adalah pihak yang lebih dahulu mendapatkan 2 set. Dengan demikian, sebuah pertandingan, baik di nomor tunggal maupun ganda, dapat berakhir dalam 2 set langsung (2-0) atau maksimal dalam 3 set dengan skor 2-1.

Advertising

Advertising

Penentuan pemenang tiap set adalah pihak yang terlebih dahulu mendapatkan 21 poin. Namun demikian, ketika skor kedua pihak yang bertanding sama-sama 20, maka kondisi itu disebut dengan deuce.

Ketika terjadi deuce, maka pihak yang memimpin dengan selisih 2 poin terlebih dahulu dianggap sebagai pemenang satu set pertandingan. Skor dalam set yang berakhir deuce misalnya 20-22, 21-23, 23-25, atau 25-27.

Akan tetapi, jika kondisi deuce berlangsung hingga skor 29-29 (sama kuat), maka pihak yang lebih dahulu mendapatkan skor 30 dianggap sebagai pemenang set tersebut.

Baca juga: Peraturan Permainan Bulu Tangkis Nomor Tunggal dan Ganda

Interval dan Pergantian Posisi

Dalam sebuah pertandingan bulu tangkis, ketika satu pihak telah memimpin dengan skor 11 dalam satu set, maka ada kesempatan untuk istirahat atau jeda selama 1 menit. Ini berlaku untuk semua rentang skor, baik 11-0 maupun 11-10.

Saat satu set telah berakhir, kedua pihak yang bertanding akan bertukar posisi lapangan. Dalam kesempatan itu, pemain diberi jeda waktu antar set maksimal selama 2 menit.

Apabila pertandingan berlanjut sampai set ketiga, maka ketika salah satu pihak memimpin dengan 11 poin, maka kedua pihak yang bertanding akan bertukar posisi lapangan.

Baca juga: Gambar Raket & Kok Bulu Tangkis Beserta Aturan dan Ukuran Resmi BWF

Posisi Servis dalam Permainan Tunggal

Saat mengawali pertandingan dengan skor 0-0, maka pemain melakukan servis dari sisi kanan lapangan. Setelah melakukan servis, lawan akan berusaha mengembalikan kok.

Kondisi saat kedua pihak saling mengembalikan kok ke daerah lawan disebut dengan reli. Pemain di anggap memenangkan reli apabila kok menyentuh lantai area lawan. Dengan demikian, pemain tersebut berhak mendapatkan 1 poin.

Selanjutnya, pemain yang mendapatkan poin akan melakukan servis. Saat poin yang dimilikinya ganjil, maka pemain melakukan servis dari sisi kiri lapangan. Sebaliknya, saat pemain memiliki skor genap, maka pemain melakukan servis dari sisi kanan lapangan.

Saat melakukan servis, pemain wajib mengarahkan kok ke sisi berlawanan di daerah lawan. Sebagai contoh, ketika servis dilakukan dari sisi kanan lapangan, maka kok harus diarahkan sisi kiri dari sudut pandang pemain yang melakukan servis.

Begitu pun sebaliknya, jika servis dilakukan dari sisi kiri lapangan, maka kok harus diarahkan sisi kanan dari sudut pandang pemain yang melakukan servis. Kesalahan mengarahkan kok saat melakukan servis dapat membuahkan poin bagi pihak lawan.

Posisi Servis dalam Permainan Ganda

Saat memulai pertandingan dengan skor 0-0, servis dilakukan oleh pemain yang berada di sisi kanan lapangan. Sebagaimana permainan tunggal, dalam permainan ganda, ketika poin yang dimiliki adalah ganjil, maka servis dilakukan dari sisi kiri lapangan. Sementara itu, saat poin yang dimiliki genap, maka servis dilakukan dari sisi kanan lapangan.

Setelah melakukan servis, apabila pemain yang melakukan servis memenangkan reli, maka skor akan berubah menjadi genap atau ganjil. Dalam kondisi tersebut pemain kembali melakukan servis lagi dari sisi lapangan yang berbeda dari sebelumnya. Sementara itu, pasangan yang kalah dalam reli tidak melakukan perpindahan posisi.

Berikut skenario untuk memperjelas aturan posisi servis dalam pertandingan ganda:

Skenario Skor Servis Penerima Ilustrasi
Semisal, pasangan AB bermain melawan pasangan CD. 0-0 Pemain B melakukan servis Pemain C menerima servis C D
A B
Pasangan AB memenangkan reli. 1-0 Pemain B melakukan servis Pemain D menerima servis C D
B A
Pasangan CD memenangkan reli. 1-1 Pemain D melakukan servis Pemain B menerima servis C D
B A
Pemain AB memenangkan reli. 2-1 Pemain A melakukan servis Pemain C menerima servis C D
B A
Pasangan CD memenangkan reli. 2-2 Pemain C melakukan servis Pemain A menerima servis C D
B A
Pasangan CD memenangkan reli. 2-3 Pemain C melakukan servis Pemain D menerima servis D C
B A
Pemain AB memenangkan reli 3-3 Pemain B melakukan servis Pemain C menerima servis D C
B A
Pemain AB menenangkan reli 4-3 Pemain B melakukan servis Pemain D menerima servis D C
A B

Baca juga artikel terkait PENJASKES atau tulisan menarik lainnya Rofi Ali Majid
(tirto.id - rof/fds)

Penulis: Rofi Ali Majid Editor: Fitra Firdaus Kontributor: Rofi Ali Majid

  • Usulan mengubah sistem poin pertandingan bulu tangkis belakangan menjadi omongan hangat jelang Rapat Umum Tahunan BWF pada 22 Mei 2021.
  • Sistem 11 poin x 5 gim disiapkan untuk menggantikan sistem 21 poin x 3 gim yang sudah dipakai secara resmi sejak Agustus 2006.
  • Sebelumya, permainan bulu tangkis juga sempat menggunakan sistem 15 poin x 3 gim dan 7 poin x 5 gim.

SKOR.id - Dalam sepekan terakhir, rencana terkait perubahan sistem poin pertandingan bulu tangkis menjadi bahan perbincangan hangat.

Pada Sabtu (3/4/2021), Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) mengumumkan sejumlah agenda yang akan dibahas dalam rapat umum tahunan pada 22 Mei 2021.

Selain pemilihan anggota dewan eksekutif BWF, rapat umum tahunan ke-82 itu juga digelar untuk membahas rencana perubahan sistem poin pertandingan bulu tangkis.

Asosiasi bulu tangkis Indonesia dan Maladewa, didukung oleh Badminton Asia, mengusulkan perubahan sistem dari 21 poin x 3 gim menjadi 11 poin x 5 gim.

Perubahan sistem penghitungan poin dalam pertandingan bulu tangkis sebenarnya bukanlah hal yang aneh. Setidaknya ada beberapa metode yang pernah dipakai.

Sistem 15 Poin x 3 Gim (1877-2005)

Dalam sejarah olahraga tepok bulu, sistem poin pertama diperkenalkan di British India pada 1877 dan tercatat resmi dalam buku aturan permainan.

Kala itu, permainan bulu tangkis menggunakan sistem 15 poin untuk nomor tunggal putra dan semua nomor ganda. Sedangkan nomor tunggal putri memakai sistem 11 poin.

Permainan juga masih memakai sistem pindah bola. Jadi, pemain baru bisa menambah angka setelah memenangi rally dengan kondisi memegang servis.

Dalam nomor ganda, pindah bola terjadi jika suatu pasangan kalah reli pada jatah servis pemain kedua atau second serve.

Sedangakn pada permain bulu tangkis nasional terjadi ducce pada angka / point

Pasangan ganda putra Tjun Tjun dan Johan Wahjudi jadi wakil Indonesia pertama yang meraih gelar dalam Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis. (Dok. Badminton Talk)

Sementara itu, jika dalam suatu gim kedudukan imbang 14-14 (atau 10-10 untuk tunggal putri), maka deuce akan diberlakukan.

Pemain yang pertama kali mencapai game point berhak menentukan kelanjutan permainan dalam gim tersebut.

Pemenang bisa ditentukan dengan pemain pertama yang bisa mencetak angka 17 (13 untuk nomor tunggal putri) atau dilanjutkan hanya sampai angka ke-15 (11 untuk tunggal putri).

Sistem best of three pun ditetapkan untuk menentukan pemenang laga. Jadi, pemain dinyatakan menang jika sudah merebut dua dari tiga gim yang dijadwalkan.

Sistem 7 Poin x 5 Gim (2002)

Memasuki 2002, otoritas bulu tangkis dunia mengubah sistem poin 15x3 karena dianggap memakan durasi yang sangat lama dan tak terprediksi. 

Maka digagaslah sistem 7 poin x 5 gim. Pemain dinyatakan memenangi laga jika telah merebut tiga dari lima gim yang ada.

Kala imbang 6-6 dalam sebuah gim, pemain yang pertama kali menyentuh angka enam dapat menentukan permainan bakal berakhir pada poin ketujuh atau kedelapan.

Sedangkan saat pertandingan pada kedudukan sama kuat 2-2, pemenang bakal ditentukan pada gim kelima.

Saat gim pamungkas berlangsung, pemain bakal bertukar tempat ketika salah satu dari mereka mencapai angka empat.

Pada setiap akhir gim, ada waktu jeda selama 90 detik yang bisa dimanfaatkan pelatih untuk memberi instruksi kepada pemain.

Meski demikian, sistem ini tak berlangsung lama mengingat masalah durasi tak sepenuhnya teratasi karena masih menetapkan pindah bola.

Sistem 7x5 ini terakhir kali dipakai saat bulu tangkis dimainkan pada ajang Commonwealth Games 2002 di Manchester, Inggris.

Sistem 21 Poin x 3 Gim (2006-Sekarang)

Setelah sistem 7x5 dianggap gagal menyederhanakan sistem 15x3, otoritas bulu tangkis dunia kembali bereksperimen.

Sistem 21 poin x 3 gim pun digagas dan diuji coba untuk semua nomor mulai Desember 2005. Durasi laga bisa terpangkas banyak lantaran pola pindah bola tak lagi dipakai.

Dalam sistem ini, pemain/pasangan dapat terus mencetak angka setelah memenangi reli tanpa harus pindah bola atau dalam istilah bulu tangkis dikenal dengan rally point.

Pemain harus mencapai angka 21 terlebih dahulu untuk memenangi sebuah gim. Jika skor imbang 20-20, maka gim dilanjutkan ke setting (istilah untuk deuce).

Setting berakhir jika salah satu pemain/pasangan sudah unggul dua angka dari sang lawan atau lebih dulu mencapai angka 30 saat kedudukan sama kuat 29-29.

Sedangakn pada permain bulu tangkis nasional terjadi ducce pada angka / point

Pebulu tangkis putri asal Mauritius, Kate Foo Kune. (instagram.com/katefookune)

Dalam sistem 21x3 ini juga dikenalkan interval, yakni masa jeda 60 detik saat salah satu pemain mencapai angka 11 dalam satu gim. Sedangkan jeda antargim bergulir 120 detik.

Pada gim ketiga, masa interval juga menjadi tanda untuk kedua pemain bertukar sisi lapangan.

Setelah diuji coba , sistem 21x3 akhirnya ditetapkan sebagai metode penghitungan poin pertandingan bulu tangkis resmi mulai Agustus 2006 dan terus dipakai hingga saat ini.

Sistem 11 Poin x 5 Gim (Rencana Terbaru)

Sistem ini pertama kali digagas BWF pada 2014 dan sudah diuji coba dalam sejumlah kesempatan termasuk level Grand Prix Gold maupun Premier Badminton League.

Sistem 11x5 dipercaya dapat membuat laga bulu tangkis jadi lebih intens dan menarik. Meski begitu, gagasan ini tak begitu saja diterima dan bisa diaplikasikan.

Pada 2018, penolakan disuarakan PBSI lantaran saat itu mepet dengan dimulainya periode kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 sehingga terlalu riskan melakukan perubahan sistem.

Menariknya, Indonesia pula yang membangkitkan ide sistem 11x5 untuk dibahas penerapannya pada rapat umum tahunan pada 22 Mei 2021.

Jika disetujui, sistem 11x5 ini akan diterapkan pada 2022 atau setelah Olimpiade Tokyo 2020 selesai digelar pada musim panas 2021 (tertunda setahun karena Covid-19). 

Dalam pemaparan pada laman BWF, sistem 11x5 ini diklaim memiliki sejumlah kelebihan dan pemangkasan durasi laga menjadi sorotan utama.

Sedangakn pada permain bulu tangkis nasional terjadi ducce pada angka / point

Pemaparan singkat BWF soal sistem poin 11x5 yang bisa saja diterapka setelah Olimpiade Tokyo 2020. (BWFBadminton.com)

BWF belum menerangkan secara rinci soal sistem 11x5. Yang jelas, setiap gim bisa dimenangi dengan 11 poin dan memakai sistem best of five atau menang setelah merebut tiga gim.

Sistem rally point tampaknya juga masih akan diterapkan untuk menghemat durasi laga. Selain itu, masa setting akan terjadi saat kedudukan sama kuat 10-10.  

Setting berakhir jika salah satu pemain/pasangan mampu unggul dua angka dari sang lawan atau lebih dulu mencapai angka 15 saat kedudukan sama kuat 14-14.

Masa jeda interval pada setiap gim tampaknya bakal ditiadakan kecuali pada gim kelima saat pemain berpindah sisi lapangan ketika ada salah satu yang lebih dulu meraih angka enam.

Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.

Berita Bulu Tangkis Lainnya:

BWF Singgung Perubahan Skor 11x5, Ternyata Usulan dari Indonesia

Susy Susanti Menilai Format Perhitungan Poin 11x5 Tidak Menarik