Selain SKSD Palapa sekarang ini kita mengenal satelit komunikasi yang lain yaitu

Lewat teknologi informasi dan komunikasi, Satelit Palapa mampu menjadi wahana yang memperkuat dan meningkatkan persatuan dengan memangkas jarak komunikasi antarwilayah Indonesia yang amat luas.

Jakarta [01/06/2021] Sobat Revmen, persatuan bisa diciptakan melalui berbagai cara. Tak terkecuali melalui kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Seperti keberadaan satelit palapa yang berhasil menyatukan Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau lewat pancaran sinyalnya. Di samping memiliki arti yang sangat penting dalam menyatukan bangsa sekaligus menjadi tonggak pembangunan nasional, keberadaan Satelit Palapa juga mengantarkan nama Indonesia diperhitungkan di kancah internasional, lho! Yuk sobat Revmen, kita cari tahu lebih jauh tentang satelit kebanggaan bangsa Indonesia ini!

44 tahun lalu tepatnya pada 8 Juli 1976, untuk pertama kalinya Indonesia memiliki satelit nasionalnya sendiri yakni Satelit Palapa. Satelit Palapa berhasil mengangkasa pada 83 derajat Bujur Timur dan ketinggian 30.500 kilometer, setelah diluncurkan dengan roket NASA Delta 2914 dari Kennedy Space Center, Tanjung Canaveral, Amerika Serikat [AS]. Satelit Palapa generasi A memiliki 12 transponder [alat untuk memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah] dengan kapasitas 6000 sambungan pembicaraan atau 12 kanal televisi. Palapa memiliki tinggi 3,7 meter, serta berdiameter 1,9 meter dan bobot 574 kg. Satelit Palapa dirancang untuk mengoptimalkan pancaran sinyal komunikasi di wilayah kepulauan Indonesia, bahkan mampu menjangkau negara-negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.

Keberadaan Satelit Palapa melambungkan nama Indonesia di kancah dunia dan menjadikan Indonesia sebagai negara ketiga di dunia sekaligus negara berkembang pertama yang berhasil mengoperasikan Sistem Komunikasi Satelit Domestik [SKSD]. Indonesia bahkan mendahului bangsa-bangsa Eropa atau Asia lainnya, di mana pada masa itu hanya ada dua negara yaitu Amerika Serikat dan Kanada yang memiliki sistem satelit domestiknya sendiri. Hal tersebut tak pelak membawa Indonesia sebagai pionir di kawasan ASEAN, sehingga negara-negara di kawasan Asia Tenggara pun turut memanfaatkan pancaran sinyal Satelit Palapa.

Satelit Palapa tersebut dioperasikan oleh Perusahaan Umum Telekomunikasi [Perumtel] atau sekarang PT Telkom Indonesia, adapun pembuatannya dilakukan oleh Boeing Satellite Systems [dahulu Hughes Space and Communication Company]. Saat itu, Satelit Palapa yang diluncurkan merupakan generasi A1 dengan jangka waktu mengorbit selama tujuh tahun. Setelahnya, muncul generasi-generasi Satelit Palapa lainnya yang sebagian sudah tidak beroperasi dan digantikan oleh satelit lainnya karena tiap satelit memiliki jangka waktu yang terbatas. Mengutip Kumparan.com, sampai dengan tahun 2020, tercatat ada 11 satelit Palapa yaitu, Palapa A1 [1976], Palapa A2 [1977], Palapa B1 [1983], Palapa B2 [1984], Palapa B2P [1987], Palapa B2R [1990], Palapa B4 [1992], Palapa C1 [1996], Palapa C2 [1996], Palapa D [2009], serta Palapa N1 ___ yang gagal mengorbit setelah diluncurkan dari Xichang Satellite Launch Center [XLSC] di Xichang, China, pada 2020 lalu dan rencananya akan dioperasikan oleh PT Palapa Satelit Nusa Sejahtera [PSNS].

Nama Palapa sendiri diambil dari sumpah Palapa oleh Patih Gajah Mada dari Majapahit pada 1336, yang bertekad tak akan menghentikan mati raga atau puasanya sebelum mempersatukan wilayah-wilayah Nusantara. Sebagaimana sumpah Gajah Mada tersebut, Satelit Palapa diharapkan mampu menjadi sarana mumpuni yang menyatukan wilayah Nusantara yang amat luas dengan memangkas jarak komunikasi antardaerah demi mendukung pembangunan nasional. Dengan dekatnya 'jarak' tersebut, maka Satelit Palapa memfasilitasi gerbang informasi bagi pemerintah. Di mana jika setiap ada persoalan, tak perlu menunggu waktu lama untuk mendapatkan informasi yang valid sehingga langkah-langkah penyelesaian pun dapat lebih cepat diambil.

Proyek Satelit Palapa yang menelan biaya Rp 561 miliar kala itu pun membawa manfaat signifikan dalam bidang komunikasi dan penyiaran bagi masyarakat Indonesia. Tak hanya mendukung layanan telepon, telex, telegram, dan faksimili antarkota di Indonesia, Satelit Palapa juga menjadi infrastruktur utama pendistribusian program televisi nasional sehingga dapat disaksikan oleh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Di samping Televisi Republik Indonesia [TVRI], satelit Palapa berperan pula pada lahirnya televisi-televisi swasta di Indonesia. Begitu pula dengan jaringan radio, selain Radio Republik Indonesia [RRI], radio-radio swasta pun dapat menjangkau jaringan ke banyak kota dalam satu naungan berkat Satelit Palapa.

Mengutip Lipi.go.id, Palapa generasi dahulu kini telah digantikan generasi satelit komunikasi yang lebih hebat, seperti Satelit Telkom-2 yang diluncurkan pada 2005 lalu. Di mana selain mampu menjadi tulang punggung transmisi untuk Sambungan Langsung Jarak Jauh [SLJJ], Sambungan Langsung Internasional [SLI], internet, dan komunikasi militer, juga mampu dimanfaatkan untuk siaran baik itu TV, radio, telekonferensi. Termasuk, akses internet, distant learning, serta bisnis Very Small Aparture Terminal [VSAT] untuk perbankan dan pertambangan.

Wah, keren banget enggak sih sobat Revmen? Mengorbitnya Satelit Palapa A1 menjadi tonggak yang mampu memperkuat dan meningkatkan persatuan, khususnya dengan teknologi informasi dan komunikasi yang tergambar lewat penyiaran televisi dan radio di seluruh Indonesia. Satelit Palapa juga memfasilitasi akses informasi global yang dapat mendukung pada meningkatnya kecerdasan bangsa, lho! Seiring perkembangan zaman, kita pun dapat mencontoh semangat diinisiasinya Satelit Palapa untuk terus mengupayakan dan merawat persatuan Indonesia lewat berbagai cara ataupun medium lainnya! #AyoBerubah #IndonesiaBersatu

Sumber Foto:

//www.liputan6.com/news/read/4007876/palapa-a1-satelit-pertama-indonesia-mengorbit-43-tahun-silam

Referensi:

Lipi.go.id, 29/08/07

Infoastronomy.org, 07/07/15

Historia.id, 09/07/18

Republika.co.id, 04/08/19

Liputan6.com, 09/07/19

Tekno.kompas.com, 10/04/20

Kompas.com, 08/07/20

Tirto.id, 09/07/20

Kumparan.com, 09/07/20

Reporter: Melalusa Susthira K.

Editor: Harod Novandi

Diunggah oleh:

Administrator Sekertariat Revolusi Mental

Satker Revolusi Mental

gambar komunikasi satelit

penjelasan :

-, Pengertian satelit sebenarnya adalah benda angkasa yang mengelilingi sebuah planet, misalnya planit bumi mempunyai satelit alam yaitu Bulan. Dalam sistem telekomunikasi maka manusia menempatkan sebuah benda angkasa buatan yang diisi dengan perangkat radio. Benda ini digunakan sebagai repeater di angkasa. Satelit buatan, yang diluncurkan manusia, akan bergerak mengelilingi bumi dengan perioda putar T sesuai dengan hukum Kepler. Orbit satelit adalah garis lengkung berderajat dua dengan salah satu fokusnya adalah pusat bumi. Kecepatan tempuh luas juring konstan. Pangkat dua perioda putar sebanding dengan pangkat tiga setengah sumbu panjang. Dari hukum kepler ketiga didapat : T2 = 4 π 2 a3 / μ Dimana μ = 400.000 km3/s2 Jika dipaksakan bentuk orbit harus lingkaran maka : T2 = 4 π 2 [R+h]3 /μ dimana R = jari2=6370 km. bumi sedangkan h = jarak satelit muka bumi. Dengan mengambil T = 24 jam maka diperoleh harga h = 36.000 km, dan R+h=42.400 km Untuk harga R + h yang lain dan orbit berbentuk lingkaran maka dapat diperoleh harga T sebagai berikut: Hubungan ketinggian satelit dan perioda putar Satelit [geostasionary orbit] GSO dengan ketinggian 35780 km telah lama digunakan sebagai repeater komunikasi di angkasa. Satelit ini bergerak dibidang khatulistiwa dengan perioda putar 24 jam, sinkron dengan rotasi bumi. Dengan demikian maka satelit ini akan terlihat tetap dari satu titik dibumi. Tiap satelit GSO sebenarnya dapat meliput 1/3 bagian bumi. Pada prakteknya daerah liputan ini dipengaruhi oleh jenis antena yang dipakai di satelit. Kita mengenal liputan global [ 1/3 bumi] atau liputan spot [hanya sebagian kecil saja dari bumi yang diliputnya]. besarnya liputan ini juga mempengaruhi power yang dipancarkan dan diterima oleh bumi. Jika liputannya global maka power yang diterima terbagi rata atas luas liputan. Masalah utama dari GSO ini adalah jaraknya yang jauh hingga dibutuhkan power pancar yang besar dan penerima yang mempunyai kepekaan yang tinggi, Di samping itu jarak yang besar juga menimbulkan masalah delay perjalanan gelombang. Untuk mengatasi masalah tersebut, sekarang ini telah dioperasikan satelit Low Earth Orbit [LEO] ataupun Medium Earth Orbit [MEO] yang berjarak kecil dan delay kecil. Kesulitan utamanya LEO atau MEO adalah perioda putarnya yang tidak sinkron dengan perioda rotasi bumi. Kekurangan perioda putar ini diatasi dengan menempatkan satelir LEO/MEO dalam suatu bentuk konstelasi yang terus bergerak dan meliput secara bergantian. Di samping itu ada komunikasi antara satelit untuk dapat terus melayani pemakainya. Harga satelit GSO cukup mahal karena kapasitasnya besar dan kualitasnya harus sangat tinggi untuk menghadapi lingkungan di angkasa luar. Tetapi untuk menempatkan satelit tersebut maka kendaraan peluncurnya akan lebih mahal lagi dari pada harga satelitnya. Sebaliknya satelit LEO kapasitasnya tidak terlalu besar tetapi harus bekerja bersama dalam konstelasi banyak satelit. Umumnya, satelit LEO digunakan untuk komunikasi satelit bergerak.

cara kerja satelit :

-.  VSAT [Very Small Aperture Terminal] adalah stasiun penerima sinyal dari satelit dengan antena penerima berbentuk piringan dengan diameter kurang dari tiga meter. Fungsi utama dari VSAT adalah untuk menerima dan mengirim data ke satelit. Satelit berfungsi sebagai penerus sinyal untuk dikirimkan ke titik lainnya di atas bumi. Sebenarnya piringan VSAT tersebut menghadap ke sebuah satelit geostasioner. Satelit geostasioner merupakan satelit yang selalu berada di tempat yang sama sejalan dengan perputaran bumi pada sumbunya yang dimungkinkan karena mengorbit pada titik yang sama di atas permukaan bumi, dan mengikuti perputaran bumi pada sumbunya.

gambar cara pengirman data dan menerima data :

penjelasan :

Mendapatkan data Internet dari Satelit sama dengan mendapatkan sinyal Televisi dari satelit. Data dikirimkan oleh satelit dan diterima oleh sebuah alat decoder pada sisi pelanggan. Data yang diterima dan yang hendak dikirimkan melalui VSAT harus di-encode dan di-decode terlebih dahulu. Satelit Telkom-1 menggunakan C-Band [4-6 GHz]. Selain C-Band ada juga KU-Band. Namun C-Band lebih tahan terhadap cuaca dibandingkan dengan KU-Band. Satelit ini menggunakan frekuensi yang berbeda antara menerima dan mengirim data. Intinya, frekuensi yang tinggi digunakan untuk uplink [5,925 sampai 6,425 GHz], frekuensi yang lebih rendah digunakan untuk downlink [3,7 sampai 4.2 GHz]. Sistem ini mengadopsi teknologi TDM dan TDMA. Umumnya konfigurasi VSAT adalah seperti bintang. Piringan yang di tengah disebut hub dan melayani banyak piringan lainnya yang berlokasi di tempat yang jauh. Hub berkomunikasi dengan piringan lainnya menggunakan kanal TDM dan diterima oleh semua piringan lainnya. Piringan lainnya mengirimkan data ke hub menggunakan kanal TDMA. Dengan cara ini diharapkan dapat memberikan konektifitas yang baik untuk hubungan data, suara dan Fax. Semua lalu lintas data harus melalui hub ini, bahkan jika suatu piringan lain hendak berhubungan dengan piringan lainnya. Hub ini mengatur semua rute data pada jaringan VSAT. Frame TDM selalu berukuran 5.760 byte. Setiap frame memiliki 240 sub-frame. Setiap sub-frame adalah 24 byte. Panjang waktu frame tergantung pada data rate outbound yang dipilih. TDMA selalu pada 180 ms. TDMA disinkronisasi untuk memastikan bahwa kiriman data yang berasal dari stasiun yang berbeda tidak bertabrakan satu dengan yang lainnya. Pendapat umum mengatakan bahwa koneksi dengan satelit adalah koneksi yang paling cepat. Kenyataanya adalah tidak. Waktu yang dibutuhkan dari satu titik di atas bumi ke titik lainnya melalui satelit adalah sekitar 700 milisecond, sementara leased line hanya butuh waktu sekitar 40 milisecond. Hal ini disebabkan oleh jarak yang harus ditempuh oleh data yaitu dari bumi ke satelit dan kembali ke bumi. Satelit geostasioner sendiri berketinggian sekitar 36.000 kilometer di atas permukaan bumi. Perangkat :
Terminal Antena Sangat Kecil adalah alat di Stasiun Bumi dan digunakan untuk mengirim serta menerima pancaran frekuensi daripada satelit. Antena VSAT berukuran lebih kurang 2 hingga 10 kaki [0.55-2.75 m] dipasang di atap ,dinding atau atas tanah dan pemilihan besar kecilnya antena sangat tergantung pada jenis frekuensi [misalnya C band atau Ku band] yang akan digunakan. Komponen Komponen VSAT, terdiri dari: Kedudukan Satelit Jenis-jenis satelit bergantung kepada kedudukannya dengan permukaan bumi. Ada 4 jenis satelit : Keunggulan dan kekurangan Keunggulan VSAT: Kekurangan VSAT:  cara kerja VSAT :

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề