Tari topeng ronggeng berasal dari daerah..

Jawa Barat merupakan provinsi yang menyimpan banyak cerita sejarah. Sejarah itu muncul dengan berdirinya beberapa kerajaan di tanah sunda ini. Namun, Jawa Barat juga memiliki kesenian yang beragam dan unik.

Salah satu kesenian yang lahir di tanah sunda ini yakni tari ronggeng. Nama tari ini mungkin sudah tak asing. Namun, bagaimana dengan sejarah dan maknanya? Simak, selengkapnya akan dibahas di bawah ini.

Makna Tari Ronggeng

Tari topeng ronggeng berasal dari daerah..
Tari topeng ronggeng berasal dari daerah..

Nama tari ronggeng berasal dari bahasa sunda yakni “rwang” yang memiliki arti rongga atau lubang. Ada pula yang mengatakan ronggeng berasal dari kata renggana yang dalam bahasa sanskerta memiliki arti perempuan pujaan. Tari ini kerap diidentikkan dengan stigma negatif. Padahal, sebenarnya tari ini memiliki makna yang mendalam loh. Untuk menjadi seorang penari ronggeng tidaklah mudah. Selain harus mampu menari dan merias wajah, penari ini harus juga bisa menyanyi dan memiliki kemampuan bela diri.

Kemampuan bela diri ini berguna untuk menepis tangan nakal saat si penari sedang menari. Sebab, tak jarang banyak sekali penonton yang melakukan tindakan tak senonoh. Maka dari itu, penari harus dibekali dengan kemampuan bela diri. Terlepas dari semua itu, pada zaman dulu, konon penari ronggeng ini dianggap dapat membawa keberuntungan. Maka dari itu, banyak orang yang menghargai para penari ronggeng.

Sejarah Tari Ronggeng

Tari ronggeng memiliki sejarah yang menarik. Rupanya tarian ini muncul dari keinginan balas dendam yang dilakukan oleh Dewi Siti Semboja yang berasal dari keraton Galuh Pakuan Pajajaran. Dia tak terima dengan kematjan Raden Anggalang tepat di hadapan matanya sendiri. Raden Anggalang sendiri merupakan kekasih dari Dewi Siti Semboja yang tewas di tangan kelompok perampok. Kejadian ini terjadi saat dirinya dan sang kekasih sedang melakukan perjalan ke Pananjung, Pangandaran.

Atas hal itu, Dewi Siti Semboja berniat membalas dendam dengan cara menyamar menjadi penari keliling bersama dayangnya. Penyamaran itu dilakukan untuk menemukan siapa pembunuh atau dalang di balik kematian suaminya. Dia juga berniat untuk membalas dendamnya. Cerita itulah yang kemudian menjadi cikal bakal munculnya tari ronggeng.

Keberadaan tarian ini dibuktikan dengan adanya temuan arkeolog pada tahun 1977 berupa candi di dasrah Sukaweming, Desa Sukajaya, Ciamis. Candi ini dikenal dengan nama candi ronggeng. Namun, ada pula yang menyebutnya dengan candi Pamarican sesuai tempat ditemukannya.

Fungsi Tari Ronggeng

Dahulu, tari ronggeng dicap negatif oleh masyarakat karena tarian ini yang terkesan erotis dan intim dari segi gerakannya. Orang-orang menganggap bahwa tarian ini memiliki tujuan prostitusi terselubung. Namun, terlepas dari stigma negatif tersebut tarian menjadi sarana hiburan bagi masyarakat.

Tarian ini dilakukan secara berkeliling. Seiring berjalannya zaman, tarian ini kerap ditampilkan dalam berbagai acara seperti pernikahan dan acara khitanan. Namun, dari segi penampilannya sudah lebih disesuaikan. Bahkan tarian ini menjadi sarana menyambut tamu.

Gerakan Tari Ronggeng

Tari ronggeng memiliki gerakan yang dinilai erotis. Gerakan tersebut seperti gerakan geol, goyang pinggul, tapal tindik, selamcar tindak, tapat tindak, dan gerakan lainnya. Gerakan tersebut merupakan gerakan yang menggoda. Sehingga, banyak orang yang menganggap tari ronggeng merupakan prostitusi terselubung.

Pola Lantai Tari Ronggeng

Tarian ini menerapkan pola lantai berbentuk diagonal. Di mana penari memainkan gerakannya secara lincah, luwes dan juga berenergi. Gerakan yang biasa ada dalam tarian ini adapaj tindak, memutar goyang, tapat tindak, selancar tindak, geol dan gerakan lain yang terkesam sensual. Namun, berubahnya zaman berubah pula gerakan dari tarian ini. Tarian ini lebih disesuaikan sehingga dapat dinikmati berbagai jenjang usia.

Properti Tari Ronggeng

Properti yang digunakan penari dalam memainkan tarian ini adalah selendang, ronce atau golok, topeng dan keris. Selendang dijadikan alat penarik perhatian penonton. Biasanya penari mengajak penonton laki-laki untuk menari bersama-sama. Sementara itu, ronce atau yang kita kenal golok akan diselipkan di bagian pinggang.

Iringan Musik Tari Ronggeng

Irama musik pada tarian ini dapat menggetarkan jiwa pada pertunjukkan ini. Irima musik pada tarian ini hasil kombinasi dari berbagai alat musik seperti gong, tabuhan kendang dan boning. Selain alat musik terdapat juga nyanyian yang jika ditotal ada 18 lagu. Nyanyian ini akan mengiringi penari. Adapun nyanyian yang biasa dipakai adalah ladrang, parut, ondai, trondol, tunggul kawung, raja pulang cacar burung, liring, manangis dan lainnya. Selain penari, tarian ini juga diikuti daru sinden, penabuh gamelan serta sekelompok lelaki yang menggunakan sarung.

Busana dan Tata Rias Tari Ronggeng

Tari topeng ronggeng berasal dari daerah..
Tari topeng ronggeng berasal dari daerah..

Busana yang digunakan oleh penari ini adalah pakaian adat jawa seperti kebaya, kain batik serta kebat dan selendang. Selain itu, penari juga akan ditemani sekawanan lelaki yang menggunakan busana berupa ikat kepala, sarung serta sebilah golok yang nantinya diselipkan di pinggang.

Keunikan Tari Ronggeng

Tarian ini memiliki beberapa keunikan sebagai berikut.

  • Tarian Khas Tanah Pasundan
    Tarian ronggeng merupakan tarian yang berasal dari tanah Pasundan, Jawa Barat. Tarian ini juga menjadi tarian khas dari tanah sunda.
  • Sejarah yang Unik
    Tarian ini memiliki sejarah asal muasal yang unik. Tari ronggeng berasal dari dendam seorang Dewi Siti Semboja. Saat itu, Dewi Siti Semboja kehilangan kekasih yang dibunuh oleh sekelompok perampok. Maka, dari itu dia berniat untuk membalas dendam. Untuk membalas karena kematian kekasihnya, Dewi Siti Semboja rela menyamar menjadi seorang penari. Aksi nyamarnya ini ditemani dengan dayangnya.
  • Memiliki Unsur Magis
    Tari ronggeng bukan hanya sebagai tarian yang digunakan untuk hiburan. Tarian ini memiliki unsur magis yang di mana di dalamnya memiliki doa pengasih atau semacam mantra khusus. Mantra ini digunakan untuk menarik perhatian penonton agar banyak yang menonton. Maka tak heran jika ada beberapa penonton yang sampai tergila-gila dengan si penari. Untuk mantra sendiri biasanya menggunakan bahasa Jawa Kuno atau Sunda Kuno. Penggunaan ini dimaksudkan agar saat mengucapkan mantra ini tidak ada yang mengetahuinya.
  • Stigma Negatif yang Melekat
    Tari ronggeng kerap mendapatkan stigma negatif karena unsur gerakannya yang dikenal sensual. Banyak masyarakat yang menganggap bahwa tarian ini merupakan prostitusi secara terselubung. Namun, seiring perkembangan zaman dan pengalihan fungsi, gerakan dalam tarian mengalami beberapa penyesuaian. Sehingga tak terkesan erotis atau tak senonoh.

Kesimpulan Pembahasan

Tari ronggeng berasal dari provinsi Jawa Barat. Awal munculnya tarian ini dikarena dendam seorang Dewi Siti Semboja. Dia merasa sakit hati karena kekasihnya tewas terbunuh oleh sekawanan kelompok. Untuk mengetahui dalang atas kematian kekasihnya, dia menyamar menjadi penari bersama dengan dayangnya. Tari ronggeng biasa dipertunjukkan sebagai hiburan bagi masyarakat. Tari ini dilakukan secara berkeliling untuk menghibur masyarakat. Namun, dengan berubahnya waktu fungsi tarian ini pum berubah. Tarian ini kerap ditunjukkan dalam berbagai kegiatan seperti pernikahan dan khitanan.

Gerakan tari ronggeng dinilai erotis dan sensual. Hal ini dikarenakan beberapa dari gerakan ini seperti geol dan putar goyang dinilai tak senonoh. Tari ronggeng juga ternyata memiliki unsur magis. Di mana untuk menarik perhatian penonton mereka menggunakan mantra tertentu.

Kesenian teater masyarakat Betawi, yang pertunjukannya hampir sama dengan lenong dan tumbuh di lingkungan masyarakat pinggiran Kota Jakarta. Kesenian Topeng Betawi ini terdiri atas Topeng Blantek dan Topeng Jantuk. Pertunjukkan topeng biasanya dimaksudkan sebagai kritik sosial atau untuk menyampaikan nasehat-nasehat tertentu kepada masyarakat lewat banyolan-banyolan yang halus dan lucu, agar tidak dirasakan sebagai suatu ejekan atau sindiran. Teater Topeng Betawi mulai tumbuh pada awal abad ke-20. Karena tumbuhnya di daerah pinggiran Jakarta sehingga dipengaruhi oleh kesenian Sunda. Saat itu masyarakat Betawi mengenal topeng melalui pertunjukan ngamen keliling kampung. Pada awalnya pementasan atau pertunjukan topeng tidak menggunakan panggung tetapi hanya tanah biasa dengan properti lampu minyak bercabang tiga dan gerobak kostum yang diletakkan ditengah arena. Tahun 1970-an baru dilakukan di atas panggung dengan properti sebuah meja dan dua buah kursi. Pertunjukkannya diiringi dengan tabuhan seperti, rebab, kromong tiga, gendang besar, kulanter, kempul, kecrek dan gong buyung. Lagu yang dimainkan lagu Sunda Gunung namun khas daerah pinggir Jakarta seperti; Kang Aji, Enjat-enjatan, Ngelantang, atau Lipet Gandes. Dahulu terdapat sebutan bagi pecandu-pecandu Topeng Betawi yang ikut menari (ngibing) bersama Kembang Topeng, "buaya ngibing". Para pemain Topeng Betawi sebagian memakai pakaian khusus sesuai dengan peranannya dan sebagian lainnya memakai pakaian biasa yang dipakai sehari-hari. Bagi para pemain laki-laki unsur pakaian yang harus ada biasanya, kemeja putih, baju hitam, kaos oblong, celana, sarung, peci atau tutup kepala, serta kedok. Sedangkan untuk wanita unsur yang ada biasanya kain panjang atau kain batik, kebaya, selendang, "mahkota" warna-warni yang terletak di kepala yang biasanya disebut "kembang topeng". Selain itu ada bagian hiasan yang disebut ampak-ampak, andung, taka-taka, selendang (ampreng) yaitu semacam lidah pada bagian depan pinggang yang terbuat dari kain yang dihias, bagian ini biasanya di pakai oleh Topeng Kembang atau Ronggeng Topeng sebagai primadona tokoh yang menonjol. Sesuai dengan perannya, para pemain menggunakan pakaian yang khas. Pertunjukan topeng Betawi dengan tarian lazim disebut tari topeng Betawi. Merupakan salah satu jenis tarian tradisional masyarakat Betawi yang disebut juga Ronggeng Topeng. Tari Topeng sendiri terdiri dari beberapa jenis tari, yaitu Tari Lipet Gandes (merupakan sebuah tari yang dijalin dengan nyanyian, lawakan dan kadang-kadang dengan sindiran-sindiran tajam menggigit tetapi lucu), Tari Topeng Tunggal, Tari Enjot-enjotan, Tari Gregot, Tari Topeng Cantik, Tari Topeng putri, Tari Topeng Ekspresi, Tari Kang Aji, dll. Pada perkembangannya, muncul Tari Topeng kreasi baru seperri Tari Ngarojeng, Tari Dagor Amprok, dan Tari Gitek Balen. Alat musik pengiring yang dipergunakan dalam pertunjukan ini adalah gendang besar, kulanter, rebab, keromong berpencon tiga, kecrek, kempul, dan Gong Buyung. Pada pertunjukannya, didahului dengan lagu-lagu instrumental, kemudian menyusul Tari Kedok, yaitu Tari Ronggeng Topeng yang menggunakan tiga buah kedok secara bergantian. Dahulu tarian ini dilakukan pada penutup acara, tetapi sekarang dijadikan acara pertama. Pertunjukan kemudian dilanjutkan dengan Tari Kembang Topeng yang selanjutnya dibarengi bodor dengan diiringi lagu Aileu, Lipet Gandes, Enjot-enjotan, dan lain sebagainya. Kemudian dilanjutkan dengan lakon pendek yang bersifat banyolan. DI antara banyolan-banyolan ini terdapat cerita Bapak Jantuk. Lakon-lakon pendek ini antara lain Benguk, Pucung, Lurah Karsih, Mursidin dari Pondok Pinang, Samiun Buang Anak, Murtasik, dsb. Pada perkembangan selanjutnya rombongan topeng juga membawakan lakon panjang untuk dimainkan semalam suntuk. Lakon panjang ini antara lain Jurjana, Dul Salam, Lurah Barni dari Rawa Katong, Asan Usin, Lurah Murja, Rojali AnemerKodok, Waru Doyong, Daan Dain, Kucing Item, Aki-aki Ganjen, dan sebagainya. Sebelum memulai pertunjukan Topeng, biasanya didahului dengan pembakaran kemenyan dan disediakan sesajen lengkap yang terdiri dari beras, kelapa muda, berbagai minuman, rujak tujuh macam, panggang ayam, telur ayam mentah, nasi dengan lauk-pauk, dan cerutu atau rokok.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2016