Tarian yang menceritakan tentang pergaulan muda-mudi yang sedang bekerja di sawah adalah

Lihat Foto

KBRI HARARE

Tari piring ditampilkan dalan pentas kesenian di Harare, Zimbabwe, 24-25 Mei 2016.

KOMPAS.com - Tari piring merupakan merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Sumatera Barat. Tari ini menyajikan gerakan tarian sekelompok orang yang yang menyangga piring dengan telapak tangan yang diayun ke depan dan ke belakang dengan gerakan yang cepat.

Tari Piring adalah tarian khas bagi masyarakat Minangkabau yang mendiami provinsi Sumatera Barat.

Hampir dalam setiap acara tari piring selalu ditampilkan seperti pada pernikahan, penyambutan tamu agung, pagelaran seni dan upacara-upacara adat lainnya.

Dikutip dari buku Keanekaragaman Seni Tari Nusantara [2012] karya Resi Septiana Dewi, salah satu seni tari yang asal Mingkabau, Sumatera Barat yang masih sering dipentaskan adalah tari Piring [tari piriang].

Sejarah tari Piring

Tari Piring identik dengan penari cantik yang menggunakan piring. Di mana tarian tersebut telah ada sejak 800 tahun lalu dan terus berkembang dalam budaya Minangkau.

Baca juga: Tari Saman, Tarian Tradisional Khas Aceh

Tari Piring terus berkembang hingga zaman Kerajaan Sri Vijaya [Kerajaan Sriwijaya] dan runtuhnya kerajaan tersebuh oleh Kerajaan Majapahit pada abad ke-16 tidak menghentikan perkembangan seni tari tersebut.

Bahkan dengan runtuhnya Kerajaan Sriwijaya, membuat tari Piring semakin dikenal oleh negara Melayu lainnya seperti Malaysia.

Di mana perkembangan ke negara-negara Melayu dipicu oleh pelarian orang-orang Sriwijaya ke negara-negara tersebut.

Menurut sejarah tari Piring diciptakan untuk menunjukkan rasa syukur masyarakat kepada para dewa dengan menyajikan sesajian berupa makanan lezat yang dibawakan oleh gadis-gadis cantik.

Namun, seiring masuknya Islam di daerah Malayu fungsi tarian Piring pun tidak lagi ditujukan untuk sesembahan bagi pada dewa tapi untuk parta raja dan pejabat.

Seiring perkembangan zaman, tari Piring tidak hanya ditujukkan untuk raja tapi juga pada raja ratu sehari alias pengantin. Tari Piring biasanya ditampilkan pada saat pengantin sedang bersanding dalam pelaminan.

Baca juga: Contoh Tari Kontemporer dan Penciptanya

Lihat Foto

Kompas.com/Yosia

Member gathering KGVC, di BBJ, Jakarta, Sabtu [3/9/2016], dibuka dengan tari piring

Urutan tari Piring

Tidak banyak perbedaan dari tari Piring yang dilakukan dari satu tempat dengan tempat yang lain, khususnya mengenai konsep, pendekatan, dan gaya persembahan.

Secara keseluruhan merupakan urutan atau susunan sebuah persembahan:

Persiapan awal

Sudah menjadi kebiasaan bahwa sebuah persembahan kesenian harus dimulai dengan persediaan yang rapi.

Sebelum persembahan diadakan, selain latihan untuk mewujudkan kecakapan, para penari juga harus mempunyai latihan pernapasan yang baik agar kacau sewaktu pentas.

Menjelang hari atau masa persembahan, para penari harus memastikan agar piring-piring yang mereka akan digunakan berada dalam keadaan baik.

Piring yang retak atau sumbing harus digantikan dengan yang lain, agar tidak membahayakan diri sendiri atau orang lain.

Pada saat bersamaan penari juga telah memutuskan jumlahpiring yang akan digunakan.

Baca juga: Level Gerak Tari dalam Seni Tari

Mengawali tarian

Tari Piring akan diawali dengan raban dan gong yang dimainkan oleh para pemusik.

Penari akan memulai tarian dengan sembah pengantin sebanyak tiga kali sebagai tanda hormat kepada pengantin.

Saat menari

Selesai dengan tiga peringkat sembah pengantin, penari akan memulai tariannya dengan mencapai piring yang diletakkan di hadapannya serta mengayunkan-ayunkan tangan ke kanan dan kiri mengikuti rentak musik yang dimainkan.

Penari kemudian akan bediri dan mula bertapak atau memijak satu per satu piring-piring yeng telah disusun lebih awal tadi sambil menuju ke arah pasangan pengantin.

Pada umumnya penari akan memastikan bahwa semua piring yang telah diatur dipijak.

Setelah semua piring selesai dipijak, penari akan mengundurkan langkahnya dengan memijak semua piring yang telah disusun tadi. Pengantin tidak boleh membelakangi pengantin.

Baca juga: Pengertian dan Jenis Iringan Tari Modern

Mengakhiri tarian

Sebuah sajian tari berakhir apabila semua piring telah dipijak dan panri menutup sajiannya dengan melakukan sembah penutup atau sembah pengantin sekali lagi.

Sembah penutup juga diakhiri dengan tiga sembah pengantin dengan susunan berikut, sembah pengantin tangan sebelah kanan, sembah pengantin tangan sebelah kiri, sembah pengantin tangan berhadapan.

Gerakan tari Piring

Pada umumnya gerakan tari Piring adalah meletakkan dua piring di atas dua telapak tangan.

Dikutip dari situs Kementerian Luar Negeri [kemlu], penari mengayunkan piring dalam gerakan-gerakan yang cepat, diselingi dengan mendentingkan piring atau dua cincin di jari penari terhadap piring yang di bawanya.

Pada akhir tarian biasanya piring-piring yang dibawakan oleh penari dilemparkan ke lantai dan para penari akan menari di atas pecahan-pecahan piring.

Baca juga: Fungsi Iringan Tari Modern

Mereka menari, melompat-lompat, dan berguling-guling sembari membawa piring di atas pecahan kaca. Uniknya, para penari tersebut tidak terluka sedikitpun dan piring yang mereka bawa tidak jatuh.

Jumlah penari biasanya ganjil yang terdiri dari tiga sampai tujuh orang. Para penari mengenakan pakaian berwarna cerah dengan nuansa warna merah dan kuning keemasan serta tutup kepala.

Tarian tersebut diiringi kombinasi alat musik talempong dan saluang. Tempo alunan musik awalnya lembut dan teratur, kemudian lama-kelamaan berubah menjadi lebih cepat.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tari Payuang yang ditampilkan pada Pagelaran Budaya Minangkabau di Gelanggang Mahasiswa USU, Jumat [29/4/2018].

Laporan Wartawan Tribun Medan/ Liska Rahayu

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Masyarakat Minangkabau telah lama berada di Tanah Deli, Medan, Sumatera Utara. Keberadaan mereka juga memperkaya kebudayaan dan kesenian yang ada di Kota Medan. Satu di antara kesenian masyarakat Minangkabau yang menarik untuk diulas adalah tariannya, misalnya Tari Payuang.

Tari Payuang merupakan tarian pergaulan muda-mudi masyarakat Minangkabau yang populer. Musik penggiringnya berciri khas hitungan ketukan pada gendangnya.

Penari pria memakai kostum taluak balango, berkopiah, bercelana panjang dan sesamping dari kain sarung. Sedangkan wanita memakai sunting kecil, baju kurung, sarung songket dan selendang.

Disebut Tari Payuang, karena tarian ini menggunakan payung sebagai propertinya. Selain payung, Tari Payuang juga menggunakan selendang.

Ditarikan oleh sepasang muda-mudi, Tarian ini menggambarkan suasana kegembiraan antara sepasang kekasih. Bisa dikatakan, Tari Payuang merupakan tarian cinta muda-mudi masyarakat Minangkabau.

"Jadi kalau Tari Payuang ini asalnya dari seluruh wilayah Minangkabau. Semua daerah Minangkabau ada tarian itu. Tapi dulu tarian ini hanya ada di kerajaan untuk acara adat atau menyambut tamu raja," ujar Datuak angkatan 2015 Ikatan Mahasiswa Imam Bonjol [IMIB] Universitas Sumatera Utara, Songsang Bimantara Kukuh, Senin [30/4/2018].

Bima yang merupakan keturunan datok mulai dari buyut, kakek, ayah dan akan meneruskan poros pemerintahan kedatukan suku Koto di kampung halamannya ini juga menjelaskan, tarian ini menceritakan tentang sepasang manusia, yakni laki-laki dan perempuan.

Setiap gerakan tarian menceritakan bagaimana sepasang anak manusia ini saling mencari pasangan, kemudian bertemu dan bersama. Payung dan selendang juga memiliki arti sebagai simbol cinta.

Saat ini, tarian ini sering ditampilkan di pagelaran budaya Minangkabau, seperti Pagelaran Budaya Minangkabau di Gelanggang Mahasiswa USU, Jumat [29/4/2018] lalu. Namun sebelum itu, Bima menuturkan, tarian ini tak boleh ditampilkan selain di wilayah kerajaan.

"Dulu tarian ini enggak boleh dilakukan di luar wilayah kerajaan. Namun seiring berkembangnya zaman, tarian ini sudah menyebar luas ke masyarakat dan ditetapkan sebagai nilai budaya masyarakat Minangkabau," katanya.

Bima pun menjelaskan, di wilayah Minangkabau, tarian ini dulunya ditampilkan di acara pernikahan. Namun sekarang hal tersebut sudah berkurang. Pada umumnya saat pernikahan hanya memutar lagunya saja.

"Sekarang ini Tari Payuang lebih sering ditampilkan di acara pagelaran," tuturnya. [cr5/tribun-medan.com]

Sumber: Tribun Medan

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề