Teknik pembuatan motif timbul yang digunakan dalam pembuatan ragam hias pada bahan kayu adalah

A.   Ragam Hias Ukiran Pada Kayu

       Kayu umumnya diolah terlebih dahulu menjadi benda-benda seni eksklusif lalu diberikan sentuhan ragam hias. Ragam hias yang digunakan tidak selaras dengan bahan-bahan lain. Ragam hias yg dipergunakan biasanya diambil dari unsur tanaman, fauna, geometris, dan bentuk-bentuk figuratif.

       Beberapa teknik yg dapat digunakan dalam menerapkan ragam hias di bahan kayu mirip mengukir serta menggambar. Mengukir berarti ragam hias dibuat menggunakan cara permukaan kayu dipahat serta dibuat seperti relief. Teknik menggambar dirancang setelah benda atau barang seni terbentuk. Ragam hias di kayu seringkali dijumpai di pintu, ventilasi, bagian rumah eksklusif, serta bagian tiang tempat tinggal.

       Beberapa wilayah di Indonesia seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, dan Papua memiliki karakteristik dan ciri khas sendiri dalam membuat ragam hias pada bahan kayu. Penempatan ragam hias pada bahan kayu bisa dilakukan pada bidang 2 serta tiga dimensi. Pada bidang 2 dimensi, ragam hias dapat dilakukan dengan menggambar atau melukis bagian atas bidangnya. Penerapan ragam hias pada bidang 2 dimensi mirip ragam hias di ukiran kayu, ditinjau pada sisi-sisi bangunan tempat tinggal adat  istiadat.

       Gambar di atas merupakan ragam hias dengan motif Majapahit berupa lung uket dengan daun angkup yang menelungkup pada lung pokok. Bagian kanan kiri serta bagian atas tumbuh daun terubusan atau semen.

       Penyusunannya secara berulang berderet mengikal ke kanan atau ke kiri dan sering simetris dalam mengisi bidang hiasnya. Penerapan ragam hias pada bahan kayu dibuat dengan cara mengukir. Penerapan ragam hias pada bahan kayu bisa dikembangkan di benda atau barang-barang kerajinan daerah mirip tameng dan  topeng. Ragam hias dikerjakan dengan  cara digambar diberi warna.

B.   Teknik Berkarya Dengan Bahan Kayu

       Berkarya menggunakan bahan kayu bisa dilakukan dengan cara mengukir serta menggambar atau melukis. Mengukir berarti membuat sayatan pada bagian atas kayu menggunakan alat pahat. Aktivitas melukis berarti menghasilkan gambar ragam hias dan  kemudian diberi warna. Ke 2 teknik ini memiliki mekanisme kerja yang tidak sama.

1.    Menggambar Ragam Hias ukiran kayu

Bentuk kayu ada yang berupa batangan dan  ada juga juga yang berbentuk papan. Kayu banyak jenisnya. Ada kayu yang mempunyai serat halus dan  ada yang kasar. Mengukir kayu harus memperhatkan alur seratnya. Sebelum kayu diukir, terlebih dahulu harus dibuatkan gambar ragam hiasnya.

       Bahan kayu menjadi media pada melukis ragam hias mempunyai sifat yang banyak menyerap cat. Penggunaan cat usahakan diulang-ulang supaya warna yang diinginkan terlihat lebih tepat. Pengulangan pengecatan bisa dilakukan sesudah cat sebelumnya telah kering. Beberapa prosedur dalam melukis bahan kayu sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat lukis (kuas, palet, cat) 2. Menyiapkan bahan kayu (papan atau btg kayu) 3. Membuat sketsa ragam hias pada bahan kayu 4. Menggambar dengan pola ragam hias 5. Memberi warna pada ragam hias

6. Memberi cat pelapis (vernis)

                       Pemanfaatan hasil pembuatan motif hias pada bahan kayu dapat untuk menghias  pada dinding rumah kita, sehingga akan memberikan nuansa etnis yang kuat. Ragam hias dari ukuran yang sama, kemudian kita susun menjadi bentuk ragam hias yang bervariatif memberikan kesan yang estetis dan menambah nilai keindahan pada setiap ruangan di rumah. Sehingga siswa diharapkan dapat berlatih untuk membuat beragam motif hias untuk menghias ruangan.

2.    Mengukir kayu membentuk ragam hias

       Membentuk torehan pada kayu dengan gambar ragam hias tertentu adalah kegiatan pada saat mengukir. Sebelum mengukir, usahakan siswa wajib  mengenal terlebih dahulu alat dan bahan serta mekanisme kerjanya. Aktivitas mengukir di bahan kayu memiliki prosedur sebagai berikut:

a.    Menyiapkan alat dan  bahan

b.    Menentukan bentuk ragam hias sebagai  objek

c.     Membuat sketsa ragam hias pada bahan kayu

d.    Proses penyayatan/membentuk relief pada kayu menggunakan alat pahat

e.    Memberi  warna pada kayu

C.   Alat Utama Untuk Mengukir Kayu

       Alat primer untuk mengukir ada dua jenis mata pahat. Pertama yaitu, mata pahat mendatar dan  mata pahat melengkung. Penggunaan pahat wajib  disesuaikan dengan bentuk ragam hias yang akan diukir. Sedangkan alat pemukul yang dipergunakan pada kegiatan mengukir umumnya terbuat dari kayu.

 1. Jenis Pahat Ukir

a.    Penguku (pahat kuku) Istilah penguku muncul karena matanya yang melengkung meyerupai kuku manusia. Jenis pahat ini digunakan untuk bagian yang lengkung, melingkar, membentuk cekung, dan cembung.

b.    Penyilat (pahat lurus) Penyilat adalah pahat mata lurus. Jenis pahat ini digunakan untuk memahat bagian-bagian yang lurus, rata, datar, membuat dasaran, membuat siku-siku pada tepi ukiran dengan ukuran mata 2 mm hingga 3 cm.

c.   Pahat kol (1/2 bulatan) Pahat kol adalah jenis pahat yang mempunyai bentuk melengkung belahan V2 bulatan, digunakan untuk mengerjakan bagian-bagian cekung, yang tidak dapat dikerjakan dengan memakai pahat kuku. Pahat kol terbagi menjadi dua macam, antara lain pahat kol datar yang permukaannya datar dan punggungnya cembung dan pahat kol suru yang permukaannya cekung seperti suru dan punggungnya cembung dengan ukuran bervariasi dari 0,5 cm - 1,5 cm.

d.  Pangot (pahat miring) Jenis pahat ini berbentuk miring meruncing dan tajam sebelah. Pahat ini cocok digunakan untuk membersihkan sudut dan sela-sela ukiran untuk menyempurnakan bentuk-bentuk ukiran sehingga kelihatan rapi dan bagus dengan lebar antara 0,8 cm sampai 1,5 cm.

e.    Alat Bantu /Penunjang yaitu Paludari Kayu

f.    Peralatan yang dapat digunakan untuk membuat benda pakai maupun benda hias banyak ragamnya, seperti peralatan dasar pertukangan, serut (planner), gergaji, pahat, meteran, pensil, penggaris siku. Sementara alat untuk mengukir di antaranya, aneka jenis pahat ukir, serta palu kayu. 

D.   Teknik Berkarya

1.    Tahapan Mengukir Kayu

Sebelum mulai mengukir kayu, dibutuhkan pola atau rancangan yang ingin kita pindahkan ke atas kayu. Pola merupakan merupakan gambaran awal atau rencana benda yang akan kita kerjakan dalam bentuk gambar kerja. Gambar kerja yang baik harus menampilkan gambar tampak atas, tampak depan, tampak samping, dan tampak perspektif. Setelah kita dapatkan pola, langkah selanjutnya yang harus kita kerjakan, yaitu sebagai berikut.

a.    Ngethaki (memahat garis-garis ukiran) yaitu memahat garis bertujuan untuk memindahkan gambar pola ke benda kerja dan menyamakan gambar di atas kertas dengan gambar yang ada di permukaan kayu. Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti karena keterikatan ukurannya.

b.   Ndasari yaitu membentuk pola ukiran dengan menyesuaikan ciri-ciri dari masing-masing motif atau bentuk yang cekung dibuat cekung dan yang cembung dibuat cembung. Pada tahap ini, pemahat harus tahu dengan pasti bentuk dan karakter dari motif yang diinginkan pada gambar.

c.    Membuka permukaan kayu (mbukaki)

Proses ini adalah membentuk pahatan pada motif batang, daun, dan bunganya. Memahat dengan tujuan menurunkan bagian-bagian gambar ukiran yang dikehendaki menurut besar-kecilnya gambar dan tebal-tipisnya kayu.

d.    Nggrabahi yaitu melanjutkan pekerjaan membuka permukaan kayu (mbukaki) dengan membentuk ukiran yang belum sempurna, sekaligus menentukan dangkal serta timbul dan cekungan daun ukiran

e.    Menghaluskan dan menyempurnakan

Setelah pekerjaan selesai, pada dasarnya untuk menjadikan barang tersebut menjadi barang yang menarik pengukir harus mengecek masing-masing motif, apakah terjadi kejanggalan atau tidak. Jika terjadi kejanggalan, maka perlu diperbaiki sehingga hasil pahatan atau ukiran akan kelihatan bersih dari kotoran dan bersih dari sisa pahatan.

f.      Matuti yaitu untuk memperoleh hasil ukiran yang baik,.tidak bisa terlepas dari rancangan desain atau gambar awal. Kesamaan bentuk dan ketepatan dari masing-masing motif harus dibuat luwes dengan memperhatikan karakter serta gambar pada ukirannya.

g.    Mbenangi adalah proses membentuk benangan atau garis pada motif batang, daun, dan bunga, serta membentuk garis pada sekukan daun dan bunga. Disebut mbenangi karena besar pahatannya sebesar benang sehingga tinggal menyesuaikan besar-kecilnya ukiran yang kita buat. Memberi hiasan atau memberi aksen pada daun ukiran, mencoret dengan menggunakan pahat "V" agar hasil pahatan lebih indah.

h.    Mecahi dilakukan jika pola gambar menuntut detail dengan tujuan agar daun ukiran lebih hidup atau lebih indah.

i.      Finishing (penyelesaian akhir)

Penyelesaian akhir merupakan pekerjaan akhir dari tahapan pengerjaan ukir kayu. Finishing bertujuan untuk meningkatkan nilai produk suatu barang, baik nilai keawetan, nilai keindahan, maupun nilai ekonomis. Secara umum, manfaat dari finishing adalah untuk meningkatkan nilai keindahan, meningkatkan keawetan, meningkatkan nilai kekuatan terhadap gesekan dan pukulan, meningkatkan nilai guna bahan baku kayu, dan meningkatkan nilai ekonomis suatu produk. Teknik finishing yang biasa diterapkan pada ukir kayu yaitu politur.

Politur merupakan penyelesaian akhir dengan menggunakan bahan yang terdiri atas seriak spiritus dan bahan pewarna. Bahan pewarna yang digunakan adalah bahan yang larut dalam air, misalnya oker, warna emasan dalam bentuk serbuk halus, naptol, jelaga, dan lain-lain. Akan tetapi, sekarang sudah banyak bahan finishing yang siap digunakan seperti aqua politur. 

Sumber : Modul Seni Budaya SMP Semester 2. Wijayakusuma. Cilacap. 2018