KOMPAS.com - Kebanyakan wanita merasa senang saat melihat dua garis biru pada alat tes kehamilan. Sebagian dari mereka mungkin sudah siap akan tanda-tanda awal kehamilan yang menyertai hasil positif di testpack.
Sebagian wanita mungkin sudah hafal akan tanda-tanda klasik kehamilan, seperti telat haid, payudara lembut, hingga muntah-muntah.
Kendati demikian, di luar tanda-tanda yang sudah disebutkan di atas, seorang wanita yang sedang hamil juga dapat mengalami sejumlah gejala lain.
Baca juga: 6 Tips Meningkatkan Kesehatan Ibu Hamil, Termasuk Minum Vitamin
Berikut 7 gejala lain pada awal kehamilan yang perlu kita ketahui:
Ada beberapa makanan yang pantang dikonsumsi ibu hamil, seperti beberapa seafood yang mengandung merkuri tinggi.
1. Keputihan
Keputihan merupakan kondisi normal yang terjadi pada wanita di usia subur. Keputihan pada wanita hamil akan menunjukkan ciri yang berbeda yaitu lebih lengket dan berwarna putih atau kuning pucat.
Keputihan ini biasanya muncul di awal trimester pertama atau sepanjang usia kehamilan.
Peningkatan hormon dan aliran darah vagina menyebabkan keluarnya cairan. Volume keputihan dapat meningkat selama kehamilan untuk mencegah infeksi saat serviks dan dinding vagina Anda melunak.
2. Suhu tubuh meningkat [panas]
Ovulasi menyebabkan suhu tubuh wanita sedikit mengalami peningkatan. Biasanya suhu tubuh akan kembali normal setelah wanita mendapatkan haid pada periode berikutnya.
Namun, apabila suhu tubuh tetap meningkat selama lebih dari dua minggu dan bukan karena demam, besar kemungkinan Anda positif hamil.
Dilansir dari Health, peningkatan suhu tubuh [basal] selama kehamilan bisa mencapai lebih dari 0,15 derajat celcius.
Baca juga: 8 Tanda-tanda Waktu Kesuburan Wanita Tiba yang Memudahkan untuk Hamil
3. Sakit kepala dan kram perut
Perubahan hormon dan volume darah selama kehamilan dapat menyebabkan sakit kepala pada trimester pertama. Hal ini karena kehamilan menyebabkan tekanan darah turun dan pembuluh darah melebar.
Beberapa wanita juga mengalami kram seperti menstruasi di kedua sisi perut bagian bawah.
4. Susah BAB
Bumil mungkin merasa kembung, seperti ingin buang angin namun tak berhasil melakukannya. Kondisi ini ternyata disebabkan karena perubahan hormonal.
Selain susah kentut, ibu hamil juga sering mengalami sembelit atau susah buang air besar [BAB]. Hal ini karena kerja sistem pencernaan melambat selama kehamilan.
Anda dapat mengatasi hal ini dengan menambahkan asupan serat ke dalam makanan, minum banyak cairan, dan olahraga teratur.
Jika perlu, Anda juga dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan untuk mendapatkan rekomendasi obat pelunak feses yang aman digunakan ibu hamil.
Baca juga: 7 Tips Joging yang Aman Bagi Ibu Hamil
5. Kondisi seperti gejala flu
Kehamilan dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh seorang wanita. Tidak jarang wanita hamil mengalami gejala seperti pilek atau flu di trimester pertama.
Kunjungi dokter dan tanyakan perawatan aman untuk ibu hamil, jika memang didiagnosis tertular flu. Perlu digarisbawahi, wanita hamil lebih rentan terhadap penyakit parah akibat flu.
Ibu hamil yang terkena flu dapat berada dalam kondisi yang harus segera ditangani, seperti bronkitis hingga pneumonia.
Flu pada ibu hamil juga dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius bagi bayi, seperti persalinan prematur dan lahir mati.
6. Dada terasa terbakar
Hormon mengubah segalanya selama kehamilan, termasuk katup antara perut dan kerongkongan.
Saat hamil, area tersebut menjadi rileks sehingga menyebabkan asam lambung bocor ke kerongkongan Anda.
Cara mengatasi kondisi ini yaitu dengan mengurangi porsi makan. Namun, Anda dapat lebih sering menyantap makanan untuk memenuhi nutrisi bumil dan janin.
Baca juga: 6 Penyebab Ibu Hamil Kekurangan Cairan Ketuban
7. Ledakan emosi
Hormon yang mengalami perubahan secara mendadak selama kehamilan dapat menyebabkan emosi bumil meledak.
Siklus haid yang tidak teratur setiap periode merupakan hal yang wajar pada sebagian orang. Namun, jika biasanya siklus Anda teratur, lalu tiba-tiba berantakan, perlu mendapat perhatian. Ada beberapa faktor yang menyebabkan telat haid, salah satunya stres. Apa ciri-ciri telat haid karena stres?
Stres yang cukup parah dapat memengaruhi siklus haid, bahkan membuat telat haid yang berkepanjangan. Mengapa stres menyebabkan telat haid dan apa saja ciri-ciri telat haid karena stres? Simak penjelasan berikut.
Mengapa Stres Menyebabkan Telat Haid?
Stres dapat membuat telat haid, karena saat stres, fungsi hormon akan terganggu. Begitu juga dengan hormon pemicu haid, seperti estrogen dan progesteron yang jumlahnya menjadi tidak seimbang. Jika Anda telat haid, namun tidak merasakan gejala hamil, stres bisa menjadi salah satu penyebabnya.
Stres dianggap dapat menekan fungsi hipotalamus, yaitu bagian otak yang mengontrol kelenjar utama tubuh yang disebut pituitari. Kelenjar ini bisa merangsang ovarium untuk menghasilkan hormon estrogen dan progesteron yang akan memicu haid. Saat stres, tubuh juga memproduksi hormon kortisol yang bisa mengganggu fungsi hormon lainnya, termasuk hormon pemicu haid.
Jika tubuh Anda tidak bisa menoleransi stres dengan baik, maka bisa memicu telat haid, atau bahkan tidak haid sama sekali selama beberapa periode atau amenore. Kondisi ini bisa terus terjadi selama stres masih berlanjut dan tidak teratasi.
Ciri-Ciri Telat Haid karena Stres
Siklus haid yang normal adalah 21-35 hari, namun rata-rata wanita memiliki siklus haid selama 28 hari. Siklus haid dihitung dari hari pertama haid periode terakhir dengan hari pertama haid periode berikutnya. Sebagian wanita dapat memiliki siklus haid yang teratur, sedangkan sebagian lainnya mungkin tidak.
Saat siklus haid berlangsung lebih dari 35 hari, maka bisa dikatakan bahwa Anda mengalami telat haid. Penyebabnya bisa beragam, salah satunya stres. Ciri-ciri telat haid yang disebabkan stres, yaitu:
- Haid berlangsung lebih lama atau lebih singkat.
- Siklus haid lebih panjang dari biasanya.
- Mungkin tidak haid sama sekali selama beberapa bulan.
- Haid mungkin terasa lebih nyeri.
Selain itu, berikut beberapa gejala telat haid karena stres:
- Diare.
- Sakit perut.
- Bernapas lebih cepat.
- Sering buang air kecil.
Untuk meredakan ciri-ciri telat haid karena stres, Anda perlu menghindari pemicu stres dan melakukan berbagai aktivitas yang bisa membantu Anda menjadi lebih rileks.
Cara Mengatasi Siklus Haid yang Berantakan karena Stres
Untuk mengatasi siklus haid yang berantakan karena stres, maka Anda perlu melakukan beberapa cara yang dapat menghilangkan stres dan menurunkan kadar kortisol berikut:
- Menerapkan pola hidup sehat, misalnya mengonsumsi makanan bergizi.
- Berolahraga secara teratur.
- Latihan pernapasan.
- Teknik relaksasi, seperti meditasi dan yoga.
- Melakukan aktivitas yang menyenangkan.
- Tidur yang berkualitas.
Terapi perilaku kognitif mungkin juga bisa direkomendasikan jika Anda kesulitan dalam mengatasi stres. Terapi ini bertujuan untuk mengelola stres dengan mengubah cara berpikir dan perilaku seseorang. Pemicu kortisol bagi setiap individu bisa berbeda, maka penting untuk mengetahui apa yang menjadi pemicu stres Anda, dan lakukan usaha yang diperlukan untuk mengurangi atau menghindarinya.