Tokoh yang menyarankan tempat untuk perumusan naskah proklamasi dirumah Laksamana Maeda adalah?

Bangunan Museum Perumusan Naskah Proklamasi Jakarta di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Jakarta, Rabu [16/8/2017]. Bangunan dua lantai bergaya arsitektur art deco tersebut dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama J.F.L Blankenberg. Dulunya, bangunan seluas 1.138 meter persegi yang berdiri di tanah seluas 3.914 meter persegi.

JAKARTA, KOMPAS.com - Dini hari sekitar pukul 02.00 pada tanggal 17 Agustus 1945, suasana ramai di rumah Laksamana Tadashi Maeda, Jakarta, masih belum sirna.

Tokoh-tokoh Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Ahmad Soebardjo, Sukarni, Burhanuddin Muhammad Diah berkumpul di ruang makan rumah Maeda.

Iklan Artikel dilanjutkan di bawah

Mereka duduk membicarakan ikhwal kemerdekaan Indonesia yang bakal diproklamirkan pada pagi hari.

Baca juga: Mengenal Djiauw Kie Siong, Pemilik Rumah di Rengasdengklok yang Disinggahi Bung Karno

Soekarno menuliskan teks proklamasi menggunakan tangan dan Hatta mendiktekan kata-kata untuk naskah.

Iklan Artikel dilanjutkan di bawah

Waktu itu, naskah proklamasi diketik ulang oleh Sayuti Malik berdasarkan tulisan tangan Soekarno.

Setelah naskah proklamasi selesai diketik, Soekarno dan Hatta lantas pergi ke Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta.

Tepat pukul 10.00 WIB, proklamasi kemerdekaan didengungkan oleh Soekarno sebagai tanda lepasnya Indonesia dari tangan penjajah.

Iklan Artikel dilanjutkan di bawah

Alasan rumah Laksamana Maeda bernomor 1

Laksamana Maeda merupakan seorang Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dengan Angkatan Darat Jepang.

Rumah miliknya menyisakan cerita sejarah kemerdekaan Indonesia.

Rumah inilah tempat naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia diketik menggunakan mesin tik hasil pinjaman.

Baca juga: Unik, Berbekal Tenda Pasangan Suami Istri Ini Menginap di Museum

Bekas rumah Laksamana Maeda saat ini menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi terletak di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Lokasinya terletak di Jalan Imam Bonjol Nomor 1.

"Bangunan ini tiga tahun ditempati Maeda. Bangunan ini berdiri sejak tahun 1927," kata kata Edukator Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Ari Suryanto kepada Kompas.com, dalam sebuah kunjungan pada Agustus 2017.

Dulunya, Jalan Imam Bonjol bernama Jalan Orange. Rumah Laksamana Maeda merupakan bangunan pertama di Jalan Orange.

"Kalau di jalan di sini, rumah berdiri berdasarkan nomor pertama dibangun," kata Ari.

Rumah bergaya art deco

Bangunan dua lantai bergaya arsitektur art deco tersebut dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama J.F.L Blankenberg.

Dulunya, bangunan seluas 1.138 meter persegi yang berdiri di tanah seluas 3.914 meter persegi.

Baca juga: Pertempuran di Bekas Rumah Laksamana Maeda, Sebuah Reka Ulang

Lantai pertama, terbujur meja dan kursi tamu tempat Maeda menerima Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo, yang tiba dari Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945 pukul 22.00 WIB.

Di sebelah ruang pertemuan, ada meja makan tempat dirumuskannya naskah Proklamasi.

Ada tiga patung lilin tiruan sosok Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebardjo tengah berembuk merumuskan naskah Proklamasi.

Masih di ruang tengah, ada replika naskah Proklamasi tulisan Soekarno dalam ukuran jumbo, yang dibingkai kaca tebal dan dipajang di dinding.

"Rumah ini awalnya didirikan sebagai rumah sewa. Ini konsep rukan [rumah kantor]. Kemudian pecah perang, jadi markas tentara Inggris, dan Kantor Inggris," tambah Ari.

Terletak sejajar dengan pintu masuk, ada satu ruangan kecil di bawah tangga. Inilah tempat Sayuti Melik ditemani BM Diah mengetik naskah Proklamasi yang sudah disetujui oleh para hadirin perumus naskah.

Baca juga: Liburan ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Ada Mesin Tik Milik Perwira Nazi

Di sebelah kirinya, ada tangga menuju ke lantai dua.

Kesan vintage begitu kental terkesan di bekas rumah Laksamana Maeda.

Salah satu hal yang paling membedakan adalah lantai yang masih tegel berwarna abu-abu. Kontras dengan lantai keramik yang biasa digunakan pada saat ini.

Lantai dua dan belakang rumah

Pada lantai dua bekas rumah Maeda, terpajang benda-benda koleksi museum, dari berupa dokumentasi, kertas, buku, pita kaset, kain, pakaian, dan juga piagam.

Ada pula kamar mandi di ujung ruangan dengan corak dan komposisi yang sama dengan bagian kanan serta tengah ruangan lantai dua. Pintunya selalu terbuka.

Di bagian belakang rumah, terdapat halaman dan taman yang asri. Ada pula dua lubang seukuran sekitar 1,5 meter kali 1 meter di sisi kiri taman.

Baca juga: Kisah Kecil di Rumah Laksamana Maeda

Satu lubang tersebut merupakan bungker rahasia. Sementara itu, satu lubangnya lagi merupakan ventilasi dari bungker.

"Bangunan ini tahun 1982 menjadi bangunan cagar budaya. Kami terima bangunan ini dahulu dalam keadaan kosong. Kami lakukan penelitian ke Jepang dan mendapatkan gambaran dari Bu Satzuki Mishima. Dia itu Kepala Rumah Tangga di rumah Maeda dulu," jelas Ari.

Hingga saat ini, menurut Ari, tak ada perubahan dari bekas bangunan rumah Maeda.

Meski demikian, seluruh furnitur yang ada di dalamnya saat ini bukan lagi barang-barang asli seperti pada saat masa kemerdekaan.

Pasca-kemerdekaan, gedung diserahkan ke Departemen Keuangan dan dikelola oleh Perusahaan Asuransi Jiwasraya.

Gedung Museum Perumusan Naskah Proklamasi pernah dikontrak oleh Kedutaan Inggris pada 1961 hingga 1981. Kemudian, pada 1982 gedung ini digunakan sebagai kantor Perpustakan Nasional.

Baca juga: Di Monas, Pengunjung Bisa Dengar Suara Bung Karno Bacakan Naskah Proklamasi

"Maeda hengkang dari Jakarta ketika pertukaran tawanan tahun 1947. Ketika Jepang melakukan perjanjian ekstradisi. Sekutu masuk dan Maeda dikembalikan ke Jepang," ujar Ari.

Pada tahun 1984, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nugroho Notosusanto menginstruksikan Direktorat Permuseuman agar gedung ini difungsikan sebagai museum yang dikenal seperti sekarang ini.

Museum Perumusan Naskah Proklamasi terletak di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, RW 4, Menteng, Kecamatan Menteng, Kota Jakarta Pusat.

Harga tiket untuk orang dewasa Rp 2.000, sedangkan anak-anak Rp 1.000. Buka setiap hari kecuali hari Senin dan Hari Besar.

Jam buka Selasa sampai Kamis, pukul 08.00-12.00 WIB dan pukul 13.00-16.00 WIB. Jumat pukul 08.00-11.30 dan 13.00-16.30 WIB. Sabtu dan Minggu pukul 08.00-16.00 WIB.

Selama masa PPKM 2021 pandemi Covid-19, museum tutup sementara dan menyediakan fasilitas virtual secara daring.

Penulis : Wahyu Adityo Prodjo Editor : I Made Asdhiana

Video

Bài mới nhất

Chủ Đề