Tujuan dilaksanakannya shalat sunnah adalah untuk melengkapi kekurangan

Tujuan dilaksanakannya shalat sunnah adalah untuk melengkapi kekurangan
ilustrasi sholat. ©2020 Merdeka.com

JATENG | 20 April 2021 11:05 Reporter : Jevi Nugraha

Merdeka.com - Sholat sunnah rawatib adalah sholat sunnah yang dikerjakan sebelum dan sesudah sholat wajib (sholat lima waktu). Sholat sunnah ini berfungsi sebagai penyempurna jika terjadi kekurangan dalam sholat fardhu seseorang. Oleh karenanya, mengerjakan sholat sunnah rawatib sangat dianjurkan.

Melansir dari NU Online, sholat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum sholat fardhu disebut sholat qolbiyah. Sementara itu, sholat sunnah rawatib yang dikerjakan sesudah sholat fardhu disebut dengan sholat sunnah qolbiyah.

Ada banyak sekali keistimewaan yang didapatkan seorang muslim apabila menunaikan sholat sunnah rawatib. Hal ini sebagaimana yang telah disebutkan dalam salah satu hadits, yang artinya:

"Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali dihisab pada hari Kiamat adalah sholat fardhu. Itu pun jika sang hamba menyempurnakannya. Jika tidak, maka disampaikan, "Lihatlah oleh kalian, apakah hamba itu memiliki amalan (sholat) sunnah?” Jika memiliki amalan sholat sunnah, sempurnakan amalan shalat fardhu dengan amal sholat sunnahnya. Kemudian, perlakukanlah amal-amal fardhu lainnya seperti tadi," (HR. Ibnu Majah).

Niat sholat sunnah rawatib dan tata caranya perlu diketahui karena memiliki banyak keutamaan. Berikut niat sholat sunnah rawatib dan tata caranya yang dilansir dari Liputan6.com dan NU Online:

2 dari 5 halaman

Tujuan dilaksanakannya shalat sunnah adalah untuk melengkapi kekurangan

©2020 Merdeka.com

Sholat sunnah rawatib jika dihitung secara keseluruhan bisa mencapai 22 rakaat. Namun, yang paling dianjurkan adalah sholat sunnah rawatib muakkad yang jumlah rakaatnya jika ditotal 12 rekaat. Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam sebuah hadits, yang artinya:

"Dari Abdullah bin Mughaffal radhiallahu anhu, ia berkata: "Bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wasalam, Di antara dua azan (azan dan iqamah) itu ada salat, di antara dua azan itu ada sholat, di antara dua adzan itu ada sholat. Kemudian pada ucapannya yang ketiga dia menambahkan: bagi yang mau (mengerjakannya)". (Muttafaqun alaih). (HR Bukhari dan Muslim).

3 dari 5 halaman

Tujuan dilaksanakannya shalat sunnah adalah untuk melengkapi kekurangan
©2020 Merdeka.com

Sholat sunnah rawatib sendiri terdiri dari dua macam, yaitu sholat sunnah rawatib muakkad (sangat dianjurkan) dan sholat sunnah ghairu muakkad (anjurannya tidak sekuat yang muakkad). Adapun penjelasan mengenai jumlah rakaat sholat sunnah rawatib adalah sebagai berikut:

Sholat Sunnah Rawatib Muakkad

Seperti yang sudah diketahui, sholat sunnah muakkad sangat dianjurkan untuk dilaksanakan. Berikut jumlah sholat sunnah rawatib muakkad:

• 2 rakaat sebelum subuh

• 2 atau 4 rakaat sebelum zuhur

• 2 atau 4 rakaat sesudah zuhur

• 2 rakaat sesudah maghrib

• 2 rakaat sesudah isya

Penjelasan mengenai jumlah sholat sunnah rawatib muakkad ini sebagaimana yang disebutan dalam hadits berikut, artinya:

"Barangsiapa yang sholat 12 rakaat di dalam sehari semalam maka dibangunkan baginya sebuah rumah di dalam surga." (HR Muslim no 728).

Sholat Sunnah Rawatib Ghoiru Muakkad

Berbeda dengan sholat sunnah rawatib muakkad, sholat sunnah rawatib ghoiru muakkad tidak begitu ditekankan. Adapun jumlah sholat sunnah ghoiru muakkad adalah sebagai berikut:

• 2 atau 4 rakaat sebelum ashar (jika dikerjakan 4 rakaat, dikerjakan dengan 2 kali salam)

• 2 rakaat sebelum maghrib

• 2 rakaat sebelum isya

4 dari 5 halaman

Tujuan dilaksanakannya shalat sunnah adalah untuk melengkapi kekurangan
©2020 Merdeka.com

Berikut ini bacaan niat sholat sunnah rawatib dua rakaat berdasarkan sholat fardu.

Niat Sholat Sunnah Rawatib Sebelum Subuh

Ushalli sunnatash subhu rok’ataini qobliyatan mustaqabilal qiblati lillahi ta’ala.

Artinya," Aku niat mengerjakan sholat sunnah sebelum subuh 2 rakaat, menghadap kiblat karena Allah Ta’ala."

Niat Sholat Sunnah Rawatib Sebelum Duhur

Ushalli sunnatadh dhuhri rok’ataini qobliyatun mustaqbilal qiblati lillahi ta’ala.

Artinya," Aku niat mengerjakan sholat sunnah sesudah zuhur 2 rakaat, menghadap kiblat karena Allah Ta’ala."

Niat Sholat Sunnah Rawatib Sesudah Maghrib

Ushalli sunnatal maghribi rok’ataini bad’diyatta mustaqbilal qiblati lillahi ta’ala.

Artinya," Aku niat mengerjakan sholat sunnah sesudah maghrib 2 rakaat, menghadap kiblat karena Allah Ta’ala."

Niat Sholat Sunnah Rawatib Sesudah Isya

Ushalli sunnatal isyaa’i rok’ataini ba’diyatta mustaqbilal qiblati lillahi ta’ala

Artinya," Aku niat mengerjakan sholat sunnah sesudah Isya 2 rakaat, menghadap kiblat karena Allah Ta’ala."

Tata Cara Sholat Rawatib

  1. Membaca Niat
  2. Takbiratul Ihram
  3. Membaca doa iftitah
  4. Membaca Surat al-Fatihah
  5. Membaca Surat Pendek (Dianjurkan Surah Al-Kaafirun dan Al-Ikhlas)
  6. Ruku dengan tumaninah (Allahu akbar)
  7. Itidal dengan tumaninah,
  8. Sujud dengan tumaninah
  9. Duduk di antara dua sujud, dengan tumaninah
  10. Sujud kedua dengan tumaninah (Allahu akbar)
  11. Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat kedua
  12. Membaca surat Al-Fatihah
  13. Membaca Surat Pendek yang dihapal
  14. Ruku dengan tumaninah (Allahu akbar)
  15. Itidal
  16. Sujud pertama (rakaat kedua)
  17. Duduk diantara dua sujud
  18. Sujud kedua (rakaat kedua)
  19. Tasyahud Akhir
  20. Salam

5 dari 5 halaman

Sholat sunnah rawatib memiliki banyak keutamaan jika dikerjakan oleh setiap muslim, di antaranya seperti berikut:

Menutupi Kekurangan Sholat Wajib

Salah satu keutamaan sholat sunnah rawatib adalah menutupi kekurangan sholat wajib. Dikutip dari NU Online, Allah SWT akan senantiasa membuka ruang bagi hamba-Nya untuk memperbaiki dan menutupi kekurangan sholat wajib. Hal ini sebagaimana yang telah disebutkan dalam salah satu hadits, yang artinya:

Artinya, “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali dihisab pada hari Kiamat adalah sholat fardhu. Itu pun jika sang hamba menyempurnakannya. Jika tidak, maka disampaikan, “Lihatlah oleh kalian, apakah hamba itu memiliki amalan (sholat) sunnah?” Jika memiliki amalan sholat sunnah, sempurnakan amalan sholat fardhu dengan amal sholat sunnahnya. Kemudian, perlakukanlah amal-amal fardhu lainnya seperti tadi,” (HR. Ibnu Majah).

Terhindar dari Siksa Api Neraka

Keutamaan sholat sunnah rawatib selanjutnya, yaitu terhindar dari siksa api neraka. Setiap muslim yang mengerjakan sholat sunnah ini, diharamkan menerima siksa api neraka. Adapun hadits yang menerangkan keutamaan sunnah ini adalah seperti berikut:

"Siapa saja yang menjaga empat rakaat sebelum zuhur dan dua rakaat setelahnya, maka Allah mengharamkannya atas siksa neraka," (HR. At-Tirmidzi).

Diangkat Derajatnya

Setiap muslim yang mengerjakan sholat sunnah rawatib akan dihapuskan dosa dan diangkat derajatnya. Umat Islam yang banyak bersujud dengan sholat, Allah akan diampuni dosa-dosanya dan ditinggikan derajatnya. (mdk/jen)

Baca juga:
Waktu Azan Ashar dan Ketentuan Pelaksanaan Sholat Wajib Lainnya, Ketahui Amalan Sunah
Bacaan Niat Sholat Tahajud Sepertiga Malam, Ketahui Keutamaannya yang Luar Biasa
Bacaan Sholat Dhuha dan Tata Caranya, Lengkap dengan Keutamaan Pelaksanaannya
Cara Sholat Nisfu Syaban Lengkap dengan Niat dan Doa, Pahami Urutannya
Sholat Sunah Rawatib & Kedahsyatannya, 12 Rakaat Disiapkan Allah Rumah di Surga

Shalat sunnah termasuk amalan yang mesti kita jaga dan rutinkan. Di antara keutamaannya, shalat sunnah akan menutupi kekurangan pada shalat wajib. Kita tahu dengan pasti bahwa tidak ada yang yakin shalat lima waktunya dikerjakan sempurna. Kadang kita tidak konsentrasi, tidak khusyu’ (menghadirkan hati), juga kadang tidak tawadhu’ (tenang) dalam shalat. Moga dengan memahami pembahasan berikut ini semakin menyemangati kita untuk terus menjaga shalat sunnah.

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَةُ قَالَ يَقُولُ رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ انْظُرُوا فِى صَلاَةِ عَبْدِى أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِى مِنْ تَطَوُّعٍ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَتِمُّوا لِعَبْدِى فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ ».

“Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat nanti adalah shalat. Allah ‘azza wa jalla berkata kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih tahu, “Lihatlah pada shalat hamba-Ku. Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak? Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun jika dalam shalatnya ada sedikit kekurangan, maka Allah berfirman: Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah. Jika hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah berfirman: sempurnakanlah kekurangan yang  ada pada amalan wajib dengan amalan sunnahnya.” Kemudian amalan lainnya akan diperlakukan seperti ini.” (HR. Abu Daud no. 864, Ibnu Majah no. 1426 dan Ahmad 2: 425. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Kedua: Dihapuskan dosa dan ditinggikan derajat

Ma’dan bin Abi Tholhah Al Ya’mariy, ia berkata, “Aku pernah bertemu Tsauban –bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-,  lalu aku berkata padanya, ‘Beritahukanlah padaku suatu amalan yang karenanya Allah memasukkanku ke dalam surga’.” Atau Ma’dan berkata, “Aku berkata pada Tsauban, ‘Beritahukan padaku suatu amalan yang dicintai Allah’.” Ketika ditanya, Tsauban malah diam.

Kemudian ditanya kedua kalinya, ia pun masih diam. Sampai ketiga kalinya, Tsauban berkata, ‘Aku pernah menanyakan hal yang ditanyakan tadi pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,

عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً

“Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada Allah. Karena tidaklah engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatmu dan menghapuskan dosamu’.” Lalu Ma’dan berkata, “Aku pun pernah bertemu Abu Darda’ dan bertanya hal yang sama. Lalu sahabat Abu Darda’ menjawab sebagaimana yang dijawab oleh Tsauban padaku.” (HR. Muslim no. 488). Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini adalah dorongan untuk memperbanyak sujud dan yang dimaksud adalah memperbanyak sujud dalam shalat.” (Syarh Shahih Muslim, 4: 205). Cara memperbanyak sujud bisa dilakukan dengan memperbanyak shalat sunnah.

Ketiga: Akan dekat dengan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga

Dari Rabiah bin Ka’ab Al-Aslami –radhiyallahu ‘anhu– dia berkata,

كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ فَقَالَ لِي سَلْ فَقُلْتُ أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ قَالَ أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ قُلْتُ هُوَ ذَاكَ قَالَ فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ

“Saya pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku membawakan air wudhunya dan air untuk hajatnya. Maka beliau berkata kepadaku, “Mintalah kepadaku.” Maka aku berkata, “Aku hanya meminta agar aku bisa menjadi teman dekatmu di surga.” Beliau bertanya lagi, “Adakah permintaan yang lain?” Aku menjawab, “Tidak, itu saja.” Maka beliau menjawab, “Bantulah aku untuk mewujudkan keinginanmu dengan banyak melakukan sujud (memperbanyak shalat).” (HR. Muslim no. 489)

Keempat: Shalat adalah sebaik-baik amalan

Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اسْتَقِيمُوا وَلَنْ تُحْصُوا وَاعْلَمُوا أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمُ الصَّلاَةُ وَلاَ يُحَافِظُ عَلَى الْوُضُوءِ إِلاَّ مُؤْمِنٌ

“Beristiqamahlah kalian dan sekali-kali kalian tidak dapat istiqomah dengan sempurna. Ketahuilah, sesungguhnya amalan kalian yang paling utama adalah shalat. Tidak ada yang menjaga wudhu melainkan ia adalah seorang mukmin.” (HR. Ibnu Majah no. 277 dan Ahmad 5: 276. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Kelima: Menggapai wali Allah yang terdepan

Orang yang rajin mengamalkan amalan sunnah secara umum, maka ia akan menjadi wali Allah yang istimewa. Lalu apa yang dimaksud wali Allah?

Allah Ta’ala berfirman,

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63)

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus: 62-63)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,

فَكُلُّ مَنْ كَانَ مُؤْمِنًا تَقِيًّا كَانَ لِلَّهِ وَلِيًّا

“Setiap orang mukmin (beriman) dan bertakwa, maka dialah wali Allah.” (Majmu’ Al Fatawa, 2: 224). Jadi wali Allah bukanlah orang yang memiliki ilmu sakti, bisa terbang, memakai tasbih dan surban. Namun yang dimaksud wali Allah sebagaimana yang disebutkan oleh Allah sendiri dalam surat Yunus di atas. “Syarat disebut wali Allah adalah beriman dan bertakwa” (Majmu’ Al Fatawa, 6: 10). Jadi jika orang-orang yang disebut wali malah orang yang tidak shalat dan gemar maksiat, maka itu bukanlah wali. Kalau mau disebut wali, maka pantasnya dia disebut wali setan.

Perlu diketahui bahwa wali Allah ada dua macam: (1) As Saabiquun Al Muqorrobun(wali Allah terdepan) dan (2) Al Abror Ash-habul yamin(wali Allah pertengahan).

As saabiquun al muqorrobun adalah hamba Allah yang selalu mendekatkan diri pada Allah dengan amalan sunnah di samping melakukan yang wajib serta dia meninggalkan yang haram sekaligus yang makruh.

Al Abror ash-habul yamin adalah hamba Allah yang hanya mendekatkan diri pada Allah dengan amalan yang wajib dan meninggalkan yang haram, ia tidak membebani dirinya dengan amalan sunnah dan tidak menahan diri dari berlebihan dalam yang mubah.

Mereka inilah yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,

إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ (1) لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ (2) خَافِضَةٌ رَافِعَةٌ (3) إِذَا رُجَّتِ الْأَرْضُ رَجًّا (4) وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا (5) فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا (6) وَكُنْتُمْ أَزْوَاجًا ثَلَاثَةً (7) فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ (8) وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ (9) وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ (10) أُولَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ (11) فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (12) ثُلَّةٌ مِنَ الْأَوَّلِينَ (13) وَقَلِيلٌ مِنَ الْآَخِرِينَ (14)

“Apabila terjadi hari kiamat,tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya.(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya,dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,maka jadilah ia debu yang beterbangan, dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.Dan orang-orang yang beriman paling dahulu. Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.” (QS. Al Waqi’ah: 1-14) (Lihat Al furqon baina awliyair rohman wa awliyaisy syaithon, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hal. 51)

Keenam: Allah akan beri petunjuk pada pendengaran, penglihatan, kaki dan tangannya, serta doanya pun mustajab

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِى وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ

“Allah Ta’ala berfirman: Barangsiapa memerangi wali (kekasih)-Ku, maka Aku akan memeranginya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib yang Kucintai. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.” (HR. Bukhari no. 2506)

Orang yang senantiasa melakukan amalan sunnah (mustahab) di samping melakukan amalan wajib, akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk pada pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan memberikan orang seperti ini keutamaan dengan mustajabnya do’a (Faedah dari Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abad, hadits ke-38).

Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.

@ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 17 Shafar 1433 H

Artikel Kajian Umum di Islamic Center, Dammam-KSA, Kamis, 18 Shafar 1433 H

www.rumaysho.com

Baca Juga: 5 Shalat Sunnah yang Bisa Dirutinkan