Tuliskan ayat tentang hubungan manusia dengan manusia

AP PHOTO

Seorang bocah belajar membaca Alquran (ilustrasi)

Red: Heri Ruslan

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh DR M Masri Muadz MSc  (Penulis buku Paradigma Al-Fatihah)

Konsep sederhana dari suatu sistem kehidupan adalah keutuhan hubungan (unity), yang untuk itu, sistem meniscayakan berlangsungnya harmoni hubungan antarkeseluruhan komponen yang membentuknya. 

Mobil, sebagai contoh sistem mekanik, yang terbentuk dari hubungan ratusan komponen, bila salah satu hubungan komponennya terganggu, maka mobil itu akan mogok. Demikian halnya dengan badan manusia sebagai sistem biologis, yang terbentuk dari hubungan sekitar 100 triliiun sel, bila di tempat tertentu hubungan antar sel terputus, maka akan membengkak, bahkan bisa jadi membusuk.

Karena itu, disimpulkan bahwa formula kehidupan  sebagai sistem (sunnatullah) adalah keniscayaan adanya harmoni hubungan antarsemua komponen konstitutif dari sistem bersangkutan. Maka begitulah, hukum kehidupan ini, berlaku dalam keseluruhan sistem kehidupan, baik sistem kehidupan mikro maupun makro.

Dalam konteks sistem makro, keseluruhan sistem kehidupan ciptaan Allah, terdiri dari tiga (sub) sistem besar: sistem Alquran, sistem sosial (manusia) dan sistem  semesta (alam). Tiga komponen sistem kehidupan ini, sesuai desain Allah, telah diciptakan-Nya dengan peranan yang jelas dan harmoni hubungan antarketiganya.  

Peranan manusia adalah sebagai khalifah Allah di bumi: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi" [QS Al-Baqarah (2):30]. Peranan alam semesta adalah sebagai sumber daya untuk mendukung keberhasilan kekhalifahan manusia: “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu...” [QS  Al-Baqarah (2):29]. 

Dan peranan Alquran adalah sebagai petunjuk bagi manusia dalam melaksanakan tugas-tugas kekhalifahannya: “Kami turunkan kepadamu Al-kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri” [QS Annahl (16):89].

Maka peranan manusia sebagai khalifah, meniscayakannya untuk selalu menggunakan (berhubungan dengan) Alquran yang berperan sebagai petunjuk hidupnya. Sehingga, tatkala manusia mengerjakan kemungkaran, itu berarti ia sengaja memutuskan harmoni hubungannya dengan Alquran. Maka hal ini, sesuai formula kehidupan di depan, pasti akan mencelakakan hidupnya. 

Melakukan korupsi misalnya, bila ia tertangkap KPK, kendati ia pejabat tinggi sekalipun bila terbukti bersalah, maka sisa hidupnya akan berujung di penjara. Itu berarti kehidupan diri, anak, istri dan keluarga dekat lain akan terganggu. Persis seperti mobil yang mogok atau tubuh manusia yang luka  dalam contoh di depan.

Bila para koruptor dan semua orang yang telah mengerjakan kemungkaran tidak tertangkap di dunia, maka pengadilan Allah di akhirat pasti tidak akan membuat mereka lolos. 

Karena Allah berfirman: “Luqman berkata, "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus [QS Luqman (31:16].

Begitu pula dengan hubungan manusia dengan alam. Seharusnya bersifat membangun dan memelihara dengan prinsip harmoni hubungan yang keberlanjutan. Bila sebaliknya, yaitu hubungan penguasaan dan ekploitasi, maka itu pasti mencelakakan manusia sendiri.  Stunami, banjir bandang, cuaca ekstrim adalah contoh-contoh yang telah terbukti mencelakakan banyak orang. 

Maka, adalah keniscayaan bagi kita untuk menciptakan harmoni hubungan dengan Alquran dan alam. Dan ini akan terwujud hanya melalui pemahaman tentang alam (Iptek) dan Al-Quran (agama), serta integrasi keduanya melalui amalan (akhlak mulia).

Maka, marilah kita tumbuhkan keluarga kita menjadi keluarga yang di samping akrab dan ramah dengan alam sekitar, juga dan terutama sekali, menjadi keluarga yang ramah dan akrab dengan kitab suci kita: Al-Quranul Al-Karim. Fasih membacanya, paham maknanya dan mengamalkan pesan-pesanya. Sehingga, ‘rumah kita adalah surga kita’. Karena di dalamnya ada harmoni (sakinah), hubungan saling sapa dengan cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah). 

Allah ‘alamu bishshawab.

Tuliskan ayat tentang hubungan manusia dengan manusia

Jakarta -

Seperti ayat Al Quran yang lain, surat Al Hujurat ayat 13 mengandung pelajaran bagi semua muslim. Pelajaran ini bahkan bisa diterapkan seluruh manusia yang tidak beragama Islam.

Berikut bacaan surat Al Hujurat ayat 13

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Arab latin: Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja'alnākum syu'ụbaw wa qabā`ila lita'ārafụ, inna akramakum 'indallāhi atqākum, innallāha 'alīmun khabīr

Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Dikutip dari repository Universitas Muhammadiyah Surabaya, surat Al-Hujurat ayat 13 tidak menggunakan panggilan hanya kepada orang-orang beriman. Ayat ini menyebut seluruh manusia tanpa kecuali.

"Artinya ayat ini mengurai prinsip dasar hubungan manusia. Ayat menegaskan kesatuan asal-usul manusia dengan menunjukkan kesamaan derajat kemanusiaan manusia," tulis repository tersebut.

Dalam firmanNya ini Allah SWT mengingatkan, jangan sampai manusia merasa bangga atau lebih tinggi daripada yang lain karena bangsa atau suku tertentu. Warna kulit atau kondisi bawaan lain juga tidak menjadikan derajat satu manusia beda dengan yang lain.

Surat Al Hujurat ayat 13 menegaskan tidak ada perbedaan nilai kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan. Repository menjelaskan, tujuan ayat ini adalah agar manusia saling mengenal sehingga bisa memberi manfaat pada sesama.

"Perkenalan dibutuhkan untuk saling menarik pelajaran dan pengalaman, yang menjadi modal meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Hasilnya tiap manusia bisa merasakan kedamaian, kesejahteraan duniawi, dan kebahagiaan ukhrowi," tulis repository tersebut.

Demikian penjelaskan makna, arti, dan bacaan surat Al Hujurat ayat 13. Semoga bisa mengambil hikmahnya ya detikers.

(row/erd)

Jakarta -

Al Quran merupakan sumber hukum Islam tertinggi. Kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW ini memuat tiga komponen hukum dasar, termasuk hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT secara lahiriah.

Secara keseluruhan, terdapat empat sumber hukum dalam Islam, antara lain Quran, hadits, ijma, dan qiyas. Al Quran sebagai sumber hukum tertinggi dijelaskan dalam surat An Nisa ayat 59 yang berbunyi:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا ࣖ - ٥٩

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."

Dikutip dari buku Metodologi Studi Islam karya Syibran Mulasi dkk, Al Quran berisi empat pokok kandungan. Pertama, tauhid, yakni kepercayaan mengenai keesaan Allah SWT dan segala sesuatu yang berhubungan dengan-Nya. Kedua ibadah. Pokok kandungan ibadah dalam hal ini merupakan segala bentuk perbuatan sebagai manifestasi dari kepercayaan ajaran tauhid.

Ketiga, janji dan ancaman, yakni pahala yang dijanjikan Allah SWT atas orang-orang yang percaya dan mengamalkan isi Al Quran dan ancaman berupa siksa bagi orang-orang yang ingkar atau dusta. Keempat, Al Quran berisi kisah umat terdahulu, seperti Nabi dan Rasul yang menyiarkan syariat Allah SWT maupun kisah orang-orang shaleh dan yang ingkat dari umat terdahulu.

Selain itu, Al Quran juga berisikan berita tentang zaman yang akan datang. Al Quran memberikan gambaran mengenai kehidupan akhirat, yakni kehidupan akhir dari manusia.

3 hukum dalam Al Quran

Al Quran mengandung tiga komponen dasar hukum. Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam Era Modern oleh Hasbi, berikut tiga hukum dalam Al Quran:

1. Hukum I'tiqadiah

Hukum I'tiqadiah adalah hukum yang mengatur tentang hubungan manusia dengan Allah SWT secara rohaniah dan hal-hal yang berkaitan dengan akidah atau keimanan. Hukum jenis ini tercermin dalam rukun iman. Hukum ini dipelajari dalam Ilmu Tauhid, dan Ilmu Ushuluddin atau Ilmu Kalam.

2. Hukum Amaliah

Hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT secara lahiriah disebut dengan hukum amaliah. Hukum amaliah juga mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia serta manusia dengan lingkungan sekitar.

Hukum amaliah tercermin dalam rukun Islam dan disebut dengan hukum Sya'ra atau syariat. Hukum ini dipelajari dalam Ilmu Fikih. Hukum Syara terbagi menjadi dua jenis, yaitu hukum ibadah dan muamalat.

Hukum ibadah mengatur tentang hubungan vertikal antara manusia dengan Allah SWT. Dalam bahasa arab hukum ibadah disebut dengan hablum minallah. Contoh hukum jenis ini adalah sholat, puasa, zakat, haji, dan kurban.

Sedangkan, hukum muamalat adalah hukum yang mengatur sesama manusia dan alam sekitarnya atau disebut hablum minannas.

3. Hukum Khuluqiah

Hukum Khuluqiah adalah hukum yang berkaitan dengan perilaku normal manusia dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Hukum jenis ini tercermin dalam konsep Ihsan dan dipelajari dalam Ilmu Akhlak atau Tasawuf.

Semoga tulisan tiga hukum dalam Al Quran termasuk hubungan dengan Allah SWT sudah cukup jelas ya.

Simak Video "Apa Persamaan bank Syariah dengan Bank Konvensional?"



(kri/row)