Tuliskan sebuah kritikan tentang temanmu yang malas belajar

KOMPAS.com - Karena cinta yang begitu besar kepada anak, sering kali orangtua lebih fokus untuk memperbaiki kesalahan anak, ketimbang memujinya.

Misalnya, saat anak melakukan aktivitas mewarnai. Tanpa sadar orangtua berkata "Kok, warnanya enggak rata gitu?" atau "Kenapa keluar garis?"

Padahal, selain dari kesalahan, anak juga belajar dari apresiasi atau pujian atas kegiatan yang dilakukannya.

Merangkum Keluarga Kita, platform parenting yang dibentuk oleh praktisi pendidikan Najelaa Shihab, membiasakan komunikasi positif lewat pujian sederhana akan meningkatkan kualitas hubungan orangtua dengan anak.

Baca juga: Orangtua Beri Iming-iming Agar Anak Mau Belajar, Bolehkah?

Pujian yang bermakna juga mampu meningkatkan rasa percaya diri anak dalam melakukan atau belajar sesuatu.

Untuk bisa menjadikan pujian lebih bermakna, orangtua juga butuh latihan.

Hindari pujian yang sekadarnya agar anak terhindar dari haus pujian tanpa makna.

Berikut bentuk pujian tepat agar anak lebih termotivasi untuk belajar dan memperbaiki diri, merangkum laman Keluarga Kita.

1. Fokus pada kepuasan diri anak

Iringi pujian dengan gambaran kepuasan yang akan anak dapat setelah ia melakukan kewajiban belajar, misalnya:

"Wah, senangnya sudah selesai 2 dari 3 tugas. Yuk, sedikit lagi. Kalau sudah selesai, lega rasanya, ya!"

Baca juga: Agar Anak Kompeten, Najelaa: Beri Anak Umpan Balik, Bukan Nilai

2. Spontan

"Waw, Ayah lihat mewarnainya hampir 1 halaman penuh. Semangat, ya!"

Pujian bersifat spontan akan terasa tulus bagi anak. Dengan begitu, anak dapat lebih semangat untuk mewarnai lebih baik lagi.

3. Puji usaha anak, bukan hasilnya

Sering kali, orangtua menilai kinerja anak melalui standarnya, bukan standar kemampuan anak. Karena itulah, ketimbang pujian, orangtua justru kerap memberikan kritik.

Saat anak sudah berusaha namun belum menunjukkan hasil terbaiknya, orangtua baiknya tetap memberi pujian seperti:

"Ibu bangga, deh, lihat usahamu menulis cerita. Lain kali pasti bisa lebih baik lagi."

4. Spesifik

Hindari memberi pujian bersifat umum yang dapat membuat anak haus pujian, seperti "Wah, kamu hebat!"

Baiknya, berikan pujian spesifik seperti: "Ayah kagum dengan kalimat buatanmu, jelas dan menarik."

5. Tulus tanpa pesan tersembunyi

"Wah, Kakak menepati janji. Selesai mengerjakan PR tanpa perlu diingatkan."

Hindari berkata, "Tumben, enggak telat kerjakan PR. Ada maunya, ya?"

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.