Unsur intrinsik drama 40 pertemuan dari hari ke hari

40 Pertemuan dari Hari Ke Hari
Karya: W.S. Rendra
Sore hari, di rumah Aryo Sekti, Panembahan
Reso
duduk berembuk dengan Aryo Sekti.
Reso : Anda tadi, di rumah saya, berkata bahwa hanya
aku yang bisa menyelamatkan kerajaan dari
bencana perpecah; Benarkah
itu?
Sekti : Tentu saja. Apakah Anda berpura-pura tidak
menyadari kenyataan itu? Bukan kerendahan
hati!
Reso : Bukannya tidak menyadari, tetapi kurang
meyakini.
Sekti : Ya, begitulah kenyataannya. Orang boleh
suka atau tidak suka kepada Anda, tetapi
toh harus mengakui kenyataan bahwa
Anda sangat dibutuhkan oleh negara untuk
mengatasi perpecahan.
Reso : Jadi, Anda menganggap aku dibutuh-kan
oleh negara! Tetapi, mengenai suka atau
tidak suka terhadap diriku itu bagaimana?
Anda termasuk yang suka atau tidak suka?
Sekti : Termasuk yang suka dan tidak suka
Reso : Apa yang tidak Anda suka pada diriku?
Sekti : Ada satu rahasia yang menyelubungi diri
Anda yang membuat diri saya penasaran.
Reso : Hmm. Begitu. Memang ada sikap Anda yang
agak mengganggu hubungan kita berdua. Tetapi,
rupanya bukan soal yang menyangkut rasa tidak
suka, melainkan menyangkut rasa curiga.
Sekti : Ya! Ya! Memang begitu! Betul! Saya punya
rasa curiga pada diri Anda.
Reso : Nah, sekarang jangan lagi ada rasa sungkan.
Aku ingin ada pertemuan dari hati ke hati
dengan Anda.
Sekti : Ini suatu kehormatan bagi saya.
Reso : Syukurlah. Sekarang tuntaskan, uraikan
seluruh kecurigaan Anda terhadap diriku.
Sekti : Panembahan! Sebetulnya Anda ingin menjadi
Raja, bukan?
Reso : Betul!
Sekti : Sejak dari permulaan gerakan para Panji?
Reso : Ya! Tepatnya, sejak Panji Tumbal mengajak
aku ikut berontak. Waktu itu kita semua
mulai menyadari bahwa keadaan kerajaan
yang buruk harus diubah. Aku melihat
Baginda Raja Tua Sudan pikun, tetapi ia
masih lebih baik dari semua calon pengganti
yang ada. Pada saat itu, meskipun aku masih
Panji, aku sudah sadar bahwa akulah yang
bisa menyelamatkan negara.
Sekti : Jadi, penilaian terhadap Anda, yang sekarang
saya ucapkan, waktu itu sudah Anda sadari?
Reso : Ya. Betul.
Sekti : Di dalam kehidupan sehari-hari manusia
biasa, in! disebut kepongahan.
Reso : Aku menyadari kekuranganku, aku menyadari
kelebihanku. Itu saja!
Sekti : Takaran Anda memang bukan takaran
manusia biasa.
Reso : Penyadaran akan kelebihan diriku menerbitkan
cita-cita untuk menjadi Raja dan
menyelamatkan negara! Lalu, cita-cita itu aku
perjuangkan dengan rencana dan usaha.
Sekti : Itulah sebabnya Anda mengingkari pemberontakan
Panji Tumbal.
Reso : Ya. Untuk menguasai semua Adipati dan
menghindari perpecahan wrlayah di dalam
kerajaan. Karena aku tidak sekadar ingin
duduk di atas tahta, tetapi ingin membela
dan menyelamatkan
seluruh kerajaan.
Sekti : Jadi, Anda memilih merajakan Pangeran
Rebo karena ia paling lemah di antara
para calon yang ada, dan bisa diterka akan
membutuhkan seorang Pemangku?
Reso : Betul! Ya!
Sekti : Dan, hubungan dengan Ratu Dara yang
sampai sejauh itu?
Reso : Itu bukan rencanaku dari semula. Itu suatu
unsur yang tidak terduga yang ternyata
sangat membantu rencanaku. Anda lihat,
setiap rencana dan usaha kalau benar-benar
diperjuangkan akan punya nasib sendiri.
Nasib baik atau buruk, yang kita harus
berani menang-gung atau mensyukuri.
Sekti : Anda tidak merencanakan dari semula
untuk punya hubungan asmara dengan Ratu
Dara! Lalu, istri Anda wafat...
Reso : Aku menyuruh Siti Asasin untuk membunuhnya.
Sekti : Dan, lalu kita bersama-sama merencanakan
pembunuhan terhadap Raja Tua
dengan bantuan Ratu Dara! Tetapi, siapa
yang meracun Anda? Saya men-duga Anda
diracun oleh istri Anda.
Uji Materi
Identifikasi Drama 267
2. Tentukan unsur-unsur drama berikut ini.
a. tema c. tokoh dan perwatakan
b. plot d. perilaku berbahasa
3. Buatlah laporan tertulisnya.
Reso : Memang. Asasin yang mengungkapkan
rahasia ini! Istriku, karena ketakutan,
menentang cita-citaku untuk menjadi Raja.
Sekti : Kenapa cita-cita segawat itu mesti diungkapkan
kepada isteri?
Reso : Itulah kelemahanku! Semakin ketakutan,
tingkah laku isteriku semakin berbahaya
untuk keamanan rahasia cita-citaku. Lalu,
aku bunuh dia.
Sekti : Alangkah kotornya isi tengkorak kekuasaan.
Itulah sebabnya kepala Raja harus dihias
dengan mahkota.
Reso : Cita-citaku mulia, tetapi cara yang aku
tempuh ternyata bersimbah darah dan
berlumur noda.
Sekti : Apakah Anda berpikir bahwa dunia akan
memaafkan cara Anda yang ber-noda,
karena cita-cita Anda berman-faat dan
bersifat mulia?
Reso : Dunia yang mana? Dunia lahir manusia
sudah berlumuran bedak dan gincu. Tetapi,
dunia nurani manusia, termasuk nuraniku
sendiri, tidak akan pernah memaafkan
noda-nodaku.
Sekti : Saya merasa kagum dan sekaligus kasihan
kepada Anda.
Reso : Cukup! Aku telah membukakan diriku.
Dari hari ke hari kita telah bertemu.
Bagaimanakah sekarang sikap Anda kepadaku?
Sekti : Saya akan membantu Anda menjadi Raja
dan menyelamatkan kerajaan.
Reso : Sebagai jantan dengan jantan: tuluskah
Anda?
Sekti : Tulus dan sadar. Beribu-ribu pendeta dan
orang beragama jua pernah mendukung
Raja
Asoka Wardana yang jalan kekuasaannya
bersimbah darah, tetapi pada akhirnya lalu
menjadi Raja Yang Mulia.
Reso : Aku tidak akan menghibur nuraniku dengan
persamaan seperti itu. Aku tetap ingin
menjadi Raja dan membela negara, tetapi
juga dengan rela akan menanggung akibat
dari dosa-dosaku.
Sekti : Saya bersumpah setia kepada Anda.
Reso : Terima kasih. Jabatan tangan ini bersifat
rahasia dan hanya antara kita berdua.
Sekti : Baik. Saya akan menemani Anda di dalam
kesepian Anda.
Reso : Aku akan membunuh Sri Baginda Maharaja,
Sekti : Saya dan Siti Asasin akan melaksanakan
rencana itu.
Reso : Tunggu saja aba-aba dari aku.
Sekti : Siap, Penembahan.
Sumber: Horison Sastra Indonesia 4: Kitab Nukilan Drama