Unsur Panca Maha Bhuta yang bermanifestasi sebagai Ratu Anglurah Ketut Petung bersthana di

Panca Mahabhuta merupakan salah satu dari sekian banyak konsepsi fundamental dalam sistem budaya tradisional Bali. Konsepsi ini telah cukup lama diterapkan dalam berbagai perwujudan tata ruang serta tata bangunan di Bali. Konsepsi ini juga telah cukup lama hidup berkembang di Bali berdasarkan ajaran Hindu yang telah beradaptasi dengan budaya dan karakter kultur asli daerah ini. Ditinjau berdasarkan susunan katanya, Panca Mahabutha merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Sanksekerta, yakni kata panca yang berarti 'lima'; kata maha yang berarti 'utama'; dan kata bhuta yang dapat diartikan sebagai 'elemen' (Monier-Williams, 2002: 576-577).

Dalam konsepsi Panca Mahabutha terbagi atas dua bagian yaitu alam semesta dan tubuh manusia. Alam semesta dalam konsepsi ini didefinisikan sebagai tataran alam makro kosmos (Bali: bhuwana agung) dan tubuh manusia dianggap sebagai tataran alam mikro kosmos (Bali: bhuwana alit) yang tersusun atas lima elemen utama. Kelima buah elemen utama penyusun makro serta mikro kosmos tersebut yakni (1) pertiwi atau elemen padat; (2) apah atau elemen cair; (3) teja atau elemen panas; (4) bayu atau elemen udara; dan (5) akasa atau elemen langit atau ruang. Panca Mahabhuta dengan kelima elemennya dapat dijumpai di alam dalam beragam bentuk zat yang terdapat di bumi. Masing-masing dari kelima jenis zat tersebut tentu memiliki porsi serta tempat tersendiri di alam. Selain dari pada itu, kelima elemen utama ini juga mempunyai fungsi-fungsi berbeda yang sangat penting dan saling berhubungan dengan segala ekosistem kehidupan di bumi secara menyeluruh, berkesinambungan, dan seimbang.

Unsur Panca Maha Bhuta yang bermanifestasi sebagai Ratu Anglurah Ketut Petung bersthana di

1.     AKASA

Akasa paling diatas merupakan Panca Mahabhuta yang paling halus berupa ruang kosong yang hampa, sunyi tidak berwujud dan tidak tampak. Akasa berperan sebagai ruang wahana atau tempat keberadaan segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini. Alam raya ini terbentuk dari satu ruang yang kosong yang hampa yang tak terbatas luasnya di mana semua isi alam semesta ini seperti planet-planet dan mataharinya, semua materi atau benda-benda yang ada dan semua mahluk hidup berada di dalamnya. Akasa merupakan ruang kosong pembentuk alam semesta. Elemen angkasa, ruang, maupun jiwa sebagai unsur abstrak pengisi jagat raya disebutkan memiliki kesamaan dengan akasa. Unsur angkasa, ruang, maupun jiwa pada intinya merupakan suatu kekosongan yang tidak memiliki wujud.

Pada tubuh manusia Elemen akasa dapat diartikan sebagai ruang kosong, yang mana unsur ini memiliki berbagai fungsi abstrak terpenting dalam kehidupan manusia. Unsur akasa dapat pula disetarakan sebagai ruang atau tempat bersemayamnya roh atau jiwa dalam tubuh manusia. Dalam istilah Hindu Bali, roh atau jiwa dikenal sebagai atman yang merupakan percikan kecil dari Tuhan, yang dimaknai setara dengan eksistensi paramātman atau jiwa utama di alam semesta. Atman dalam tubuh manusia memiliki peranan yang cukup penting dalam mengatur segala aktivitas manusia. Manusia dinyatakan telah mati atau telah mencapai akhir kehidupannya di dunia jika jiwa terlepas dari raga, atau keluarnya atman dari tubuh manusia. Elemen ini dideskripsikan berada pada titik ubun-ubun pada kepala manusia. Titik ubun-ubun pada umumnya dipercaya sebagai jalan keluar masuknya roh ke dalam tubuh manusia. Ubun-ubun dalam berbagai konsepsi budaya timur, maupun kepala merupakan bagian tubuh yang paling penting dan diutamakan dibandingkan dengan bagian tubuh manusia lainnya

Unsur Panca Maha Bhuta yang bermanifestasi sebagai Ratu Anglurah Ketut Petung bersthana di

2.     BAYU

Elemen keempat dalam konsepsi Panca Mahabhuta adalah elemen bayu. Bayu tidak memiliki rupa namun ada tanda-tanda yang dapat menerangkannya misalnya, benda bergerak maka gerakan benda itu sendiri adalah tanda adanya bayu dalam benda itu. Bayu sebagai anasir dasar penyusun alam semesta berperan sebagai tenaga penggerak (energi) semua peroses yang terjadi dan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, seperti benda-benda yang ada di sekitar kita sampai benda planet yang ada diluar angkasa semua bergerak tidak ada yang diam. Semuanya bergerak dan mempunyai gaya karena pengaruh bayu yang memberikan gaya dan gerak ke semua benda. Pada mahluk hidup tanpa adanya bayu mahluk hidup tidak akan bergerak, bayu sering disamakan dengan udara yang keluar masuk dari tubuh yang berupa O² dan CO². Adanya kehadiran udara, gas alam, maupun angin yang banyak terdapat di alam dimaknai sebagai elemen bayu tersebut. Gas alam, udara, serta angin, sesungguhnya merupakan berbagai unsur alam yang tidak mempunyai wujud, rasa, maupun warna.

Dalam tubuh manusia, elemen bayu dikenal pula sebagai unsur udara maupun berbagai macam gas di dalamnya. Manusia melalui lapisan kulit terluar dan indera saluran pernapasannya dapat secara lebih seksama merasakan keberadaan, kualitas, dan suhu ketiganya. Tubuh manusia sangat membutuhkan unsur udara ini untuk beraktivitas dan menjalankan proses metabolisme dari tubuh di sepanjang kehidupannya. Melalui lubang hidung atau rongga mulut manusia, udara bersih berupa gas oksigen masuk ke dalam tubuh dan selanjutnya udara dialirkan ke jantung oleh darah untuk disalurkan ke seluruh bagian tubuh. Unsur udara biasanya dipusatkan keberadaannya pada bagian wajah manusia, tepatnya pada tempat lubang hidung dan rongga mulut manusia berada

 

Unsur Panca Maha Bhuta yang bermanifestasi sebagai Ratu Anglurah Ketut Petung bersthana di

3.     TEJA

Berupa sinar atau cahaya yang tiak berwujud sehingga tidak dapat disentuh jadi masih halus tapi sudah tampak atau dapat dilihat. Teja berperan sebagai pembentuk sinar yang menyinari segala benda atau isi alam materi yang ada di alam ini dapat dilihat (tampak) dengan mata. Segala sesuatu yang dapat bersinar di alam ini dominan sebagai pembentuk alam ini, misalnya Matahari dan bintang yang bersinar terang merupakan benda alam semesta yang dapat mengeluarkan teja yang amat besar dari dalam dirinya demikian. Pada mahluk hidup teja tidak dapat dilihat tetapi dirasakan bersama bayu memunculkan suhu panas dari tubuh. Elemen panas merupakan definisi dari elemen teja dalam konsepsi Panca Mahabhuta. Kehadiran seluruh elemen panas yang terdapat di bumi dapat disejajarkan dengan elemen teja. Di dalam ruang inti bumi yang terdapat di pusat planet, merupakan lokasi panas terbesar di bumi. Inti bumi diilustrasikan terbentuk dari beragam unsur yang teridentifikasi memiliki suhu rata-rata sebesar 4.500°C. Manusia serta makhluk hidup lainnya yang berada di permukaan bumi tidak dapat merasakan secara langsung kehadiran panas dalam inti bumi. Saat terjadi fenomena gunung meletus maupun proses terbentuknya kubah-kubah lava baru di permukaan bumi sebagian energi panas pada inti bumi baru dapat dirasakan langsung oleh manusia beserta segala makhluk hidup penghuni permukaan bumi lainnya. Panas sinar matahari yang diperoleh permukaan bumi pada siang hari merupakan contoh elemen panas lainnya. Proses metabolisme dan fotosintesis dalam tubuh makhluk hidup bumi juga banyak terbantu oleh energi panas tersebut. Terjadinya berbagai siklus di alam, seperti siklus hujan, perputaran arah angin, serta pergantian musim, juga didukung oleh panas matahari. Terjaganya keseimbangan segala kehidupan di bumi turut dipengaruhi oleh beragam rentetan siklus yang terjadi di alam tersebut. Selain dari pada itu, masih ada sebagian kecil elemen panas di bumi yang berasal dari sisa metabolisme tubuh berbagai makhluk hidup yang ada.

Elemen teja di dalam tubuh manusia disetarakan dengan eksistensi unsur panas atau temperatur pada badan manusia. Dalam badan manusia dalam kondisi normal memiliki suhu atau temperatur yakni rata-rata berkisar 37°C. Manusia dapat dinyatakan dalam kondisi stabil dan sehat pada kondisi suhu tubuh tersebut. Metabolisme biologis yang berlangsung secara terus menerus di dalam tubuh manusia yang hidup akan memproduksi kalor atau panas yang ada dalam setiap tubuh manusia. Panas tubuh manusia dapat menjadi salah satu pertanda bahwa manusia tersebut berada dalam kondisi hidup atau mati. Melemahnya denyut nadi dan menurunnya suhu tubuh secara drastis pada tubuh seseorang merupakan gejala atau tanda-tanda bahwa tubuh tersebut sedang berada dalam kondisi kritis atau akan meninggal dunia. Denyut nadi berhenti, pernapasan, dan aktivitas jantung juga berhenti. Mendinginnya suhu tubuh merupakan beberapa bukti sederhana mengenai kematian. Unsur panas terkonsentrasi di dada, di tempat jantung berdetak menjalankan siklus metabolisme tubuh.

Unsur Panca Maha Bhuta yang bermanifestasi sebagai Ratu Anglurah Ketut Petung bersthana di

4.     APAH

Apah wujudnya dapat berubah-ubah sesuai dengan tempatnya. Apah sebagai anasir dasar penyusun alam semesta berperan sebagai pembentuk cairan yang menyusun alam semesta beseta isinya. Segala yang cair pada alam semesta seperti air, minyak, alkohol, cairan pada tubuh, dan lain-lain. Berbagai elemen cair yang terdapat di bumi merupakan wujud dari elemen apah. Air yang memenuhi 70% lebih permukaan bumi merupakan elemen cair yang paling mudah diindentifikasi. Lautan, sungai, danau, serta mata air adalah tempat unsur air dapat dijumpai. Bongkahan-bongkahan es padat serta lapisan salju yang banyak ditemukan di wilayah-wilayah kutub dan daerah dataran tinggi di muka bumi juga merupakan wujud air. Titik-titik air, uap, embun, awan, maupun hujan merupakan wujud air lainnya yang dapat dijumpai di udara.

Unsur cair atau elemen apah dapat disetarakan dengan berbagai unsur-unsur cair yang dapat ditemukan di dalam tubuh manusia. Keberadaan dari unsur apah dalam tubuh manusia ini bisa dilihat dari adanya cairan darah, cairan kelenjar, Urine, Keringat, Ludah dan berbagai cairan lain yang terdapat di dalam tubuh manusia. Unsur apah yang memiliki sifat cair dan digambarkan terpusat pada bagian perut manusia. Dalam hal ini, porsi unsur cairan dalam tubuh manusia, baik pada tubuh wanita hamil maupun tubuh manusia dalam kondisi pada umumnya, memang paling banyak berada di bagian perut manusia.

Unsur Panca Maha Bhuta yang bermanifestasi sebagai Ratu Anglurah Ketut Petung bersthana di

5.     PERTIWI

Pertiwi wujudnya terlihat dan sudah tetap (padat). Perthiwi sebagai anasir dasar paling kasar penyusun alam semesta keberadaannya berperan untuk menentukan wujud benda-benda atau isi alam dan wujudnya padat yang tetap. Beragam jenis zat padat yang ditemukan di bumi merupakan wujud dari elemen pertiwi. Tanah, bebatuan, mineral, logam, pasir, serta butir-butir debu merupakan contoh zat-zat padat tersebut. Secara umum lapisan-lapisan bawah sebagai unsur pembentuk daratan maupun dasar bumi adalah tempat-tempat elemen pertiwi atau zat-zat padat berada. Elemen pertiwi memiliki karakteristik yang padat dan pejal sehingga sangat mudah untuk dikenali. Di dalam tubuh manusia, keberadaan elemen pertiwi atau unsur padat ini disetarakan dengan keberadaan struktur tulang-tulang pada rangka yang menyangga tubuh manusia secara keseluruhan. Tulang-tulang pada rangka ini juga memiliki peranan penting sebagai tempat melekatnya otot-otot tubuh yang membantu manusia untuk melakukan gerakan dalam aktivitasnya sehari-hari. Komponen lainnya pada tubuh manusia yang dinyatakan sebagai perwujudan dari unsur pertiwi diantaranya otot, jaringan urat saraf, kulit, rambut, dan berbagai komponen tubuh manusia yang bersifat padat. Di dalam tubuh manusia digambarkan terkonsentrasi di bagian kaki ini memiliki nilai yang setara dengan unsur pertiwi dalam konsepsi Panca Mahabhuta di Bali

RELASI PANCA MAHABHUTA DAN PANCA PANDAWA

1. Pasangan Nakula dan Sahadewa selalu berdampingan dan dapat disetarakan sebagai gambaran anggota tubuh manusia yang berpasangan antara sisi kiri dan kanannya. Nakula dan Sahadewa memiliki kondisi fisik yang cenderung serupa sehingga sejalan dengan kenyataan bahwa pada tubuh manusia yang normal akan selalu dijumpai adanya pasangan organ tubuh yang serupa, seperti sepasang tangan, sepasang kaki, sepasang lubang hidung, sepasang telinga, sepasang mata, dan berbagai pasangan organ tubuh lainnya. Pasangan-pasangan organ tersebut berkarakter saling melengkapi dan menyeimbangkan satu sama lainnya. Pasangan saudara kembar Pandawa ini juga dapat diartikan sebagai dua elemen utama dalam konsepsi Panca Mahabhuta, yaitu pertiwi atau unsur padat dan apah atau unsur cair. Unsur tanah-unsur air di bumi dan elemen padat-elemen cair pada tubuh manusia, dalam komposisi yang seimbang, merupakan penggambaran atau simbolisasi persaudaraan kembar yang dimiliki oleh pasangan Nakula-Sahadewa.

2.     Dalam dunia pewayangan, baik di Jawa maupun di Bali, Arjuna merupakan tokoh atau karakter yang dikenal sebagai tokoh Pandawa yang memiliki wajah paling tampan dan mempunyai kemahiran dalam memanah. Arjuna cukup sulit untuk ditandingi ksatria pada umumnya. Arjuna dideskripsikan pula memiliki postur tubuh sebagai laki-laki yang ideal bahkan mendekati sempurna. Ksatria nomor tiga Pandawa ini memiliki sifat yang romantis, berhasrat cinta tinggi, dan memiliki watak yang keras dalam mencapai keinginannya. Dalam konsepsi Panca Mahabhuta, Arjuna disetarakan dengan unsur atau elemen teja atau elemen panas

3. Tokoh Bima adalah Ksatria Pandawa yang paling mudah dikenali dari ciri-ciri fisiknya, yakni memiliki badan tinggi besar dengan rambut ikal, mata besar, dan pakaian yang dikenakannya merupakan gambaran khas putra kedua Dewi Kunti ini. Bima merupakan putera Dewa Bayu, yang merupakan dewa sakti penguasa angin dalam mitologi Hindu India. Tokoh Bima cukup identik dengan energi kekuatan dan putera Dewa Bayu. Dalam tubuh manusia dan sesuai dengan konsepsi Panca Mahabhuta, Bima dapat disetarakan dengan tenaga, angin, atau elemen udara yang terdapat di alam dan dalam setiap diri manusia yang hidup. Udara atau nafas merupakan sebuah tanda dan gejala kehidupan manusia di dunia. Dalam diri manusia, udara dalam tubuh juga berkaitan erat dengan adanya tenaga atau energi yang dibutuhkan oleh masing-masing individu

4.     Tokoh Yudhistira merupakan kakak paling tua dari Pandawa yang memiliki karakter emosional yang sangat stabil dan berjiwa pengasih, adil, jujur, tulus, dan ikhlas. Yudhistira merupakan putera dari Dewi Kunti dan Dewa Dharma, dewa kebenaran dan kebajikan. Tokoh ini digambarkan tidak terlalu mahir dalam berperang. Karakter unggulnya lebih banyak terletak pada sisi humanis, pengetahuan, tata negara, dan kebijaksanaan yang dimilikinya.

Pada diri manusia, karakter Yudhistira mempunyai rasa welas asih dan memiliki kesesuaian yang sangat besar dengan karakter jiwa atau atman yang ada pada setiap diri manusia. Sifat mulia dan suci yang mendasari karakter manusia pada akhirnya akan masuk ke dalam raga manusia lainnya yang hidup di dunia. Tokoh Yudhistira disetarakan pula dengan elemen akasa dalam konsepsi Panca Mahabhuta. Karakter unsur akasa yang diartikan sebagai ruang kosong yakni tempat jiwa yang berada di alam dan di dalam tubuh, sangat sejalan dengan karakter asli dari ksatria paling tua di Pandawa ini. Kelima ksatria bersaudara ini masing-masing memiliki peran simbolis tersendiri. Yudhistira sebagai kakak tertua adalah jiwa yang berperan sebagai pimpinan para Pandawa. Yudistira sebagai kakak dari Bima, Arjuna, dan pasangan kembar Nakula-Sahadewa merupakan personifikasi eksistensi atman sebagai jiwa yang mengatur aspek tenaga, nafsu keinginan, dan kinerja seluruh pasangan organ tubuh manusia.

Dalam Keyakinan Hindu di Bali bahwa Panca Maha Bhuta ini digolongkan menjadi lima kekuatan yang memiliki sifat Bhuta Dewa, yaitu sebagai berikut .

  1. PERTIWI, bermanifestai sebagai Ratu Ngurah Tangkeb Langit. Kemahakuasaannya sebagai lurah (pepatih) Ida Sang Hyang Wisesa atau menjadi Sedahan Tugu di Lebuh depan rumah. Beliau memiliki kemahakuasaan sebagai Dewa Binatang Peliharaan, sebagai sedahan sawah.
  2. TEJA bermanifestasi sebagai Ratu Anglurah Wayahan Tebha (Ratu Anglurah Wayan Teba) yang memiliki kemahakuasaan menjadi kekuatan gunung, hutan, tempat angker, dan jalan simpang empat (CATUS PATA). Beliau menjadi lurah (pepatih) Sang Hyang Siwa Reka dan bersama pada Tempat suci pekarangan rumah.
  3. APAH, bermafestasi sebagai Ratu Anglurah Made Jalalung yang berkuasa sebagai sedahan tumbuh-tumbuhan dan pohon besar yang angker. Beliau menjadi pepatih di Merajan dan beristana pada bangunan tugu Merajan atau Pura.
  4. Bayu, bermafestasi sebagai Ratu Anglurah Nyoman Sakti Pengadangan (gelar dari "Banaspatiraja"; Lontar Kanda Pat Sari) yang menguasai kekuatan penjaga daerah Setra dan Pura Dalem, menjadi kekuatan danau, sungai, dan juga jurang. Beliau menjadi pepatih Sang Hyang Durga Manik yang beristana pada Penunggun Karang
  5. Akasa, bermanifestasi sebagai Ratu Anglurah Ketut Petung yang menjadi kekuatan Taksu segala profesi, menjadi Dewanya bayi, serta menjadi kekuatan Purusa dan Predana . Beliau menjadi pepatih dan beristana di bangunan Taksu di Merajan dan menjadi kekuatan profesi.

 
SIFAT SECARA UMUM DARI PANCA MAHA BHUTA

1.    AKASA/Ether/Ruang

Pemimpin, Kebijaksanaan, Pengetahuan, Welas Asih, Humanis, Spiritualitas

2.    BAYU/Angin/Udara

Kekuatan/Tenaga, Kemampuan Fisik, Penggerak, Kesejukan

3.    TEJA/ Sinar/Panas/Cahaya

Semangat, Romantis, Kepandaian,

4.    APAH/Air/Cairan

Ketenangan, Persahabatan, Kreatifitas

5.    PERTIWI/Tanah/Padat

Kokoh, Tetap Pendirian, Komitmen

Semoga Bermanfaat, Mari Kenali Jati Diri Kita dan Alam Semesta
Lokah Samastah Sukhino Bhavantu,

By. Kadek Surya Darmawan, S.Pd.