Allah mengetahui barang yang kecil maupun besar menunjukkan nama Allah yaitu

Bismillah, washshalatu wassalamu ‘ala rasulillah.

Tak kenal, maka tak sayang. Tak sayang, tanda tak cinta.

Begitulah ungkapan yang cukup populer sebagai pengukur kecintaan seseorang terhadap sesuatu. Dan ungkapan ini memang benar. Karena nyatanya rasa sayang kita tidak pernah tumbuh terhadap sesuatu yang tidak kita kenal.

Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa tidak ada sesuatu yang boleh kita cintai melebihi cinta kita kepada Allah Ta’ala. Untuk itu, sudah sepantasnya kita berusaha mengenal Allah Ta’ala melalui nama-nama-Nya sebagai langkah awal dalam memupuk rasa cinta kita kepada-Nya. Dan kali ini, kita akan mengenal salah satu dari nama-nama Allah, yaitu “Al-Khabir”.

Definisi “Al-Khabir”

Secara bahasa, Al-Khabir diambil dari mashdar al-khibru, al-khubru, al-khibrah, al-khubroh, al-makhbarah, dan al-mukhbarah, yang semuanya berarti pengetahuan terhadap sesuatu. Sedangkan al-khabir adalah yang mengetahui sesuatu itu.[1]

Sedangkan definisi yang disebutkan oleh para ulama adalah Dzat yang mengetahui hal-hal yang mendetail pada segala sesuatu, Dzat yang ilmu-Nya sampai pada tingkatan meliputi perkara-perkara batin dan yang tersembunyi, sebagaimana ilmu-Nya juga meliputi perkara-perkara yang tampak. Allah Ta’ala berfirman,

أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ

“Sejatinya yang menciptakan itu sangat mengetahui. Dan Dia adalah yang Maha Lembut dan Maha Mengetahui.” [QS. Al-Mulk: 14]

Al-Khabir Yang mengetahui mata-mata yang khianat dan juga perkara-perkara yang disembunyikan dalam dada. Dan Dia Maha Mengetahui terhadap jiwa yang memiliki dada.[2]

Ketika menafsirkan nama Allah Al-Khabir pada surah Al-An’am ayat 18, Syekh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata, “Ia adalah yang menyingkap pengetahuan terhadap hal-hal yang bersifat rahasia, apa-apa yang ada dalam hati, dan perkara-perkara yang tersembunyi.”[3]

Imam Ibnu Jarir rahimahullah berkata dalam kitab tafsir beliau, “Al-Khabir adalah Yang Mengetahui maslahat dan mafsadat segala sesuatu, tidak tersembunyi darinya akibat dari segala urusan.”[4]

Baca Juga: Keindahan Asmaul Husna

Dalam menetapkan suatu nama sebagai nama Allah Ta’ala, para ulama mensyaratkan adanya penyebutan nama tersebut dalam Al-Qur’an atau hadis-hadis yang sahih. Karena perkara-perkara yang berkaitan dengan Allah Ta’ala seperti ini bersifat tauqifiyyah atau baku dari pembuat syariat, dan akal manusia sama sekali tidak memiliki peran untuk berijtihad.[5]

Dalil dari Al-Qur’an

Syaikh Muhammad Al-Hamud dalam kitabnya An-Nahjul Asma mengatakan bahwa nama “Al-Khabir” telah disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 45 kali. Di antaranya,

وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ

“Dan Dia Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” [QS. Al-An’am: 18]

قَالَ نَبَّأَنِيَ الْعَلِيمُ الْخَبِيرُ

“Beliau berkata,“Saya diberitahu oleh Yang Maha Mengetahui lagi Maha teliti’.” [QS. At-Tahrim: 3]

إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ

“Sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu benar-benar mengetahui tentang diri mereka.” [QS. Al-‘Adiyat: 11]

Dalil dari Hadis

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha tatkala beliau menyembunyikan sesuatu dari Rasulullah,

لَتُخْبِرِينِي أَوْ لَيُخْبِرَنِّي اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ

“Engkau harus memberitahukanku atau Allah Yang Mahalembut dan Maha Mengetahui yang akan memberitahukanku.” [HR. Muslim, no. 1625]

Baca Juga: Penyimpangan Terhadap Al Asma Ul Husna

Perbedaan antara Al-‘Alim dengan Al-Khabir

Al-‘Alim dan Al-Khabir sama-sama berarti yang mengetahui. Akan tetapi dari sisi objek, keduanya memiliki perbedaan. Al-‘Alim berasal dari kata al-‘ilmu, sedangkan Al-Khabir berasal dari kata al-khibrah.

Imam Ibnul Qayyim menjelaskan al-‘ilmu itu zhahir [bagian luar dari pengetahuan], sedangkan al-khibrah merupakan batin [bagian dalam yang tersembunyi]. Dan merupakan kesempurnaan ilmu adalah ketika mampu menyingkap al-khibrah tersebut. Dengan begitu al-khibrah merupakan bagian dalam dari ilmu serta kesempurnaannya.”[6]

Dan diantara kesempurnaan Allah ‘Azza wa Jalla adalah memiliki dua nama ini sekaligus, Al-‘Alim dan Al-Khabir.

Kandungan nama Allah “Al-Khabir”

Para ulama telah membuat kaidah bahwa pada setiap nama Allah yang menunjukkan sifat muta’addi [membutuhkan objek] atau yang berkaitan dengan sesuatu yang ada atau berwujud, memiliki tiga kandungan.[7] Dan nama Allah “Al-Khabir” termasuk nama yang menunjukkan sifat muta’addi. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa ada tiga hal yang terkandung di dalamnya.

Pertama, penetapan “Al-Khabir” sebagai salah satu asmaul husna atau nama-nama Allah yang maha indah.

Kedua, penetapan al-khibrah sebagai sifat bagi Allah, yaitu mengetahui perkara-perkara yang tersembunyi.

Ketiga, konsekuensi dari nama Allah “Al-Khabir” ini adalah Allah mengetahui segala sesuatu, baik itu yang tampak maupun yang tersembunyi. Allah mengetahui segala perbuatan makhluk dan segala yang tebersit dalam lubuk hati mereka. Dan tidak ada sesuatupun baik di langit ataupun bumi yang tersembunyi serta luput dari pengetahuan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Baca Juga: Berapakah Jumlah Asmaaul Husna ?

Letak keindahan nama Allah “Al-Khabir”

Telah disebutkan diatas, bahwa “Al-Khabir” merupakan salah satu nama Allah Ta’ala. Dan Allah Ta’ala telah menegaskan bahwa nama-nama yang dimiliki-Nya adalah nama-nama yang memiliki keindahan. Allah Ta’ala berfirman,

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

“Dan Allah itu memiliki nama-nama yang maha indah. Maka berdoalah kalian dengan nama-nama itu.” [QS. Al-A’raf: 180]

Sedangkan diantara letak keindahan pada nama Allah “Al-Khabir” adalah pada dua segi, kandungan dan lafal.

Secara lafal, Allah Ta’ala tidak memilih Al-‘Arif sebagai nama-Nya walaupun artinya sama, yaitu mengetahui. Namun, Dia memilih Al-Khabir dan Al-‘Alim sebagai nama-Nya karena lebih mudah diucapkan dan lebih nyaman didengar.

Letak keindahan lain dari Al-Khabir adalah dari segi kandungannya. Padanya terkandung sifat pengetahuan yang sangat sempurna. Dan kesempurnaan sifat tersebut bersifat mutlak dari berbagai sisi. Pengetahuan-Nya tidak didahului dengan kebodohan, tidak ternodai dengan kelupaan, dan tidak pernah berkurang ataupun hilang.

Pada nama Al-Khabir, terdapat kelaziman penetapan sifat-sifat lain [selain al-khibrah] bagi Allah. Diantaranya adalah:

  1. Al-‘ilmu [mengetahui]

  2. Al-hayah [hidup]

  3. As-sam’u [mendengar]

  4. Al-bashar [melihat]

Baca Juga: As-Shamad, Penguasa Yang Maha Sempurna Dan Bergantung Kepada-Nya Segala Sesuatu

Pengaruh nama Allah “Al-Khabir” dalam ibadah

Ketika seorang muslim telah mengetahui bahwa Allah Ta’ala itu Al-Khabir dan memahami maknanya dengan benar, maka ini akan memberikan efek positif dalam ibadahnya. Diantara efek positif tersebut adalah:

  1. Menumbuhkan rasa muraqabatullah [merasa diawasi Allah] yang sempurna dalam jiwa seorang hamba. Karena ia mengetahui bahwa Allah Ta’ala itu Maha Mengetahui segala perbuatan dan dosa-dosanya.[8]

  2. Menumbuhkan pada jiwa seorang hamba keinginan untuk menyucikan hati dari berbagai penyakit hati berupa hasad/iri, riya’ [ingin amalannya dilihat orang lain], kemunafikan, dan yang lainnya.[9]

  3. Menumbuhkan rasa takut kepada Allah Ta’ala. Karena Allah Ta’ala melihat dan mengetahui segala sesuatu yang ada pada batinnya, sehingga ia menjaga lisannya dari berbuat bohong, ghibah, adu domba, dan yang lainnya. Dan ia juga akan menjaga anggota tubuhnya dari berbuat jahat kepada orang lain.[10]

Demikianlah ulasan singkat tentang makna nama Allah “Al-Khabir”. Semoga dengan memahami nama Allah ini dapat membawa dampak positif bagi ibadah dan keseharian kita.

Wallahu a’lam.

Baca Juga: Mengenal Asmaul Husna

***

Daftar Pustaka:

  • Syarhun Mujaz li Asma-illah Al-Husna. Dr. Ali Musri Semjan Putra, M.A
  • An-Nahj Al-Asma. Muhammad Al-Hamud An-Najdi.
  • Al-Qawaid al-Mutsla. Muhammad bin Shalih al-Utsaimin. Darul Aqidah.
  • Taisir Karim ar-Rahman. Abdurrahman As-Sa’di. Maktabah Syamilah.
  • Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Quran. Ibnu Jarir ath-Thabari. Maktabah Syamilah.
  • Badai’ al-Fawaid. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Maktabah Syamilah.

Catatan Kaki

[1] An-Nahjul Asma, Muhammad al-Hamud an-Najdi, 1/267.

[2] Syarhun Mujaz li Asmaillah al-Husna, Dr. Ali Musri Semjan Putra, 22. Asalnya dari Ta’liq Syaikh ‘Ali Nashir al-Faqihi ‘ala Kitab At-tauhid li Ibni Mandah, 2/117.

[3] Taisir Karim ar-Rahman, Abdurrahman As-Sa’di, 251, Maktabah Syamilah

[4] Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Quran, Ibnu Jarir ath-Thabari, 11/288, Maktabah Syamilah

[5] Al-Qawaid al-Mutsla, Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, hal. 12

[6] Badai’ al-Fawaid, Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, 2/131, Maktabah Syamilah

[7] Al-Qawaid al-Mutsla, Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, hal. 10

[8] Syarhun Mujaz li Asmaillah al-Husna, Dr. Ali Musri Semjan Putra, 22

[10] Ibid

***

Penulis: Muhammad Nurul Fahmi

Pemurajaah: Ust. Sanusin Muhammad, M.A

Artikel Muslim.or.id

🔍 Ittaqillah Haitsuma Kunta, Minal Aidin Wal Faidzin Sama Sama, Nama Nama Lain Hari Kiamat Beserta Artinya, Ayat Alquran Tentang Menolong Orang Lain

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề