Apa saja syarat orang yang berhak diberi infaq

Agar sedekah yang kamu berikan tepat sasaran, di bawah ini adalah urutan orang yang berhak menerima sedekah:

1. Sedekah untuk sanak keluarga

Orang pertama yang berhak menerima sedekah adalah sanak keluarga. Rasulullah SAW pun pernah bersabda, “jika antara keluargamu miskin, hendaknya mulai bersedekah kepada sanak keluargamu terlebih dahulu.”

2. Sedekah untuk orang terdekat

Apabila sanak keluarga sudah mendapatkannya, barulah berikan sedekah itu kepada orang-orang terdekat.

Menyambung sabda Rasulullah SAW di atas, “dan, jika dalam sedekah itu ada kelebihan, hendaknya diberikan kepada orang-orang terdekat.

3. Sedekah untuk orang lain

Dan, bila orang terdekat juga sudah mendapatkan sedekah yang cukup, ada baiknya sedekah yang masih tersisa diberikan kepada orang lain yang membutuhkannya.

Masih menyambung dari sabda Rasulullah sebelumnya, “kemudian apabila masih ada kelebihan, barulah berikan untuk ini dan itu [orang lain yang juga membutuhkannya].”

Dari ketiga penjelasan di atas dapat disimpulkan orang-orang yang berhak menerima sedekah yaitu, keluarganya, saudara atau kerabatnya, dan orang lain. Penting diketahui, ketiga golongan ini juga tidak boleh bersedekah kepada orang lain bila harta yang disedekahan diperlukan sebagai nafkah hidup untuk keluarganya sendiri.

Lain halnya bila seseorang sudah mampu memenuhi kebutuhan keluarganya, Allah SWT justru menganjurkannya untuk bersedekah kepada kerabat atau keluarga, lalu kepada orang lain yang juga membutuhkannya.

Sedekah Melalui Donasi Panti Asuhan Bersama Pepsodent Siwak dan Pepsodent Herbal

Sebagai bagian dari peran Pepsodent pada komunitas, terutama pada masa pandemi ini, Pepsodent mengajak setiap orang untuk menjadi #PahlawanSenyum dengan membeli Pepsodent Siwak dan Pepsodent Herbal. Setiap keuntungan penjualan Pepsodent Siwak khususnya, 2,5%-nya akan didonasikan kepada anak-anak yatim piatu ada di panti asuhan yang tersebar di beberapa kota besar di  Indonesia.

Bekerja sama dengan BAZNAS [Badan Amil Zakat Nasional] dan Yayasan Unilever Indonesia, Pepsodent akan menyalurkan donasi ke panti asuhan dalam bentuk fasilitas sikat gigi untuk edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut, donasi produk, serta khusus pada bulan Ramadan ini akan membagikan paket Sahur Amal.

Program ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada umat muslim yang ingin berlomba-lomba berbuat kebaikan di bulan Ramadan dengan memberi sedekah sekaligus berbagi kebahagian kepada sesama.

Yang berhak menerima sedekah, sebenarnya siapa saja sih? Apakah sama dengan 8 golongan mustahiq dari zakat atau berbeda.  Lantas bagaimanakah sedekah yang utama itu? Dengan terang-terangan atau sembunyi-sembunyi kah? Pertanyaan ini merupakan dasar yang perlu kita ketahui sebagai umat Islam yang hidup bersosial masyarakat. Baiklah, artikel ini akan membahasnya.

Mari simak siapa saja yang berhak menerima sedekah:

1. Keluarga atau Sanak Famili

Pertama, siapakah yang berhak menerima sedekah? Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzab  menyatakan bahwa ulama telah sepakat bersedekah kepada sanak famili lebih utama sebelum kepada orang lain.

أَجْمَعَتْ الْأُمَّةُ عَلَى أَنَّ الصَّدَقَةَ عَلَى الْأَقَارِبِ أَفْضَلُ مِنْ الْأَجَانِبِ وَالْأَحَادِيثُ فِي الْمَسْأَلَةِ كَثِيرَةٌ مَشْهُورَةٌ

Artinya:

“Ulama sepakat  bahwa sedekah kepada sanak famili, kerabat lebih utama daripada sedekah kepada orang lain. Hadis-hadis yang menyebutkan hal tersebut sangat banyak dan terkenal.”

Baca Juga: INILAH 8 GOLONGAN PENERIMA ZAKAT

Hadis Keutamaan Mendahulukan Bersedekah Kepada Keluarga

Salah satu hadis yang dijadikan landasan oleh Imam Nawawi adalah hadis riwayat Imam Bukhari dari Abu Said al-Khudri yang artinya sebagai berikut,

“Suatu ketika Rasulullah keluar menuju masjid untuk menegakkan ibadah shalat idul Adha atau idul Fitri. Setelah selesai shalat, beliau menghadap kepada umatnya, menyampaikan nasihat  khutbah kepada masyarakat dan memerintahkan untuk bersedekah.

Wahai para masyarakat. Bersedekahlah! [Pesan Nabi].

Lantas ada beberapa wanita yang terlihat oleh Nabi.

[Beliaupun menyampaikan]

Wahai para wanita, bersedakahlah! Karena saya melihat mayoritas wanita merupakan penghuni neraka!.

[Para wanita tadi terheran, dan  bertanya balik kepada Nabi]

Kenapa harus bersedekah, Ya Rasul?

[Rasulullah menjawab]

Karena kalian sering  melaknat dan kufur nikmat kepada suami. Aku tidak pernah melihat seseorang yang yang pemikiran dan agamanya kurang mencukupi namun bisa menghilangkan kecerdasan laki-laki, kecuali hanya bisa dilakukan oleh para wanita, seperti kalian.

Setelah Rasulullah berkhutbah di hadapan khalayak ramai, beliau bergegas ulang ke rumah. Setelah sampai rumah, Zainab, istri Abdullah bin Mas’ud meminta izin untuk diperbolehkan masuk, sowan kepada Baginda Nabi. Beliau pun mempersilakan.

[Ada yang memperkenalkan]

Ya Rasulullah, ini Zainab.

[Rasulullah balik bertanya]

Zainab yang mana?

Istri Ibnu Mas’ud.

Oh ya, suruh dia masuk.

[Zainab mencoba berbicara kepada Nabi]

Ya Rasul, tadi anda memerintahkan untuk bersedekah hari ini. Ini saya punya perhiasan, saya ingin mensedekahkan barang milikku ini. Namun Ibnu Mas’ud [suamiku] mengira bahwa dia dan anaknya lebih berhak saya kasih sedekah daripada orang lain.

[Rasul kemudian menegaskan]

Memang benar apa yang dikatakan Ibnu Mas’ud itu. Suami dan anakmu lebih berhak kamu kasih sedekah daripada orang lain.”

[HR. Bukhari].

2. Orang Terdekat

Yang berhak menerima sedekah setelah keluarga sendiri adalah orang terdekat dahulu baru orang lain.  Rasulullah mengajarkan bahwa tidak boleh bersedekah kepada orang lain, jika yang disedekahkan itu masih diperlukan sebagai nafkah hidup dirinya dan keluarganya.

Diriwayatkan dalam hadis Abu Daud, Rasulullah SAW bersabda.

“Bersedekahlah engkau!.

[Seorang laki-laki bertanya].

Aku punya satu dinar.

[Nabi Muhammad menjawab]

Pergunakanlah itu untuk dirimu sendiri!

[Laki-laki itu bertanya]

Aku punya satu dinar lagi.

[Nabi menjawab]

Gunakanlah untuk istrimu!

[Laki-laki itu bertanya lagi]

Aku punya satu dinar lagi!

[Rasulullah SAW bersabda]

Gunakanlah untuk anak-anakmu!. 

[Kata laki-laki itu]

Aku masih punya satu dinar lagi!.

[Nabi menjawab]

Gunakanlah untuk pelayanmu!

[Laki-laki itu bertanya lagi]

Aku punya satu dinar lagi!

[Rasulullah SAW bersabda]

Terserah kepadamu, engkau lebih tahu menggunakannya.” 

Hadis-hadis diatas menunjukkan bahwa kita harus memenuhi kebutuhan keluarga dan orang terdekat dahulu, sebagai wujud tanggung jawab kita. Sedangkan untuk kerabat dan orang terdekat lebih baik  memperhatikan prioritas yang membutuhkan. Seperti orang terdekat yang masih dalam keadaan fakir, miskin dan gharim [orang  yang banyak hutangnya]. Kemudian jika masih memiliki rezeki yang lebih, bisa digunakan untuk bersedekahkan kepada siapapun dan dimanapun saja.

3. Sedekah Sembunyi-sembunyi Lebih Utama

Setelah membahas orang-orang yang berhak menerima sedekah, mari kita bahas tentang etika dan tata caranya. Tentu, dalam bersedekah setiapp muslim ingin berusaha berbuat baik dengan maksimal. Mereka tidak menuntut balasan dan pujian dari orang lainnya, hanya berharap Allah SWT yang mengetahui . Sehingga sedekah secara sembunyi-sembunyi lebih utama dari pada terang-terangan.

Baca Juga: DERETAN 8 FAKTA ISTIMEWA MASJID AL-AQSA

Etika sedekah dengan sembunyi-sembunyi ini telah ada pada zaman Nabi, diceritakan dalam Shahih Bukhari dalam kitab az-Zakat. Berikut kisahnya,

Suatu malam, ada seseorang yang keluar untuk mencari orang yang berhak menerima sedekah. Dia bertemu dengan seorang laki-laki yang dikira orang miskin. Kemudian ia meletakkan sedekah itu, padahal laki-laki itu seorang pencuri.

Esok harinya, di pasar banyak orang berkumpul. Pencuri itu menyampaikan kejadian yang didapatnya semalam. Lantas, khalayak ramai membicarakan orang yang bersedekah tadi. Meskipun identitas orang yang bersedekah ini belum ketahuan, ia gelisah karena merasa salah sasaran. Ia pun minta perlindungan dan mendoakan pencuri itu di hadapan Allah.

Dia kembali bersedekah di malam berikutnya, kali ini semakin malam. Dia berharap agar sedekahnya tepat sasaran. Ia pun memberikan sedekah kepada seorng wanita. Seperti malam sebelumnya, ia meletakkannya. Ternyata wanita itu adalah pezina. Keesokan harinya, wanita ini bercerita kepada khalayak ramai tentang orang yang bersedekah kepadanya. Pelaku sedekah mendengar keramaian itu, dan kembali berdoa, “Ya Allah bagi-Mu segala puji, kepada wanita pezina.”

Masih merasa salah sasaran, ia kembali bersedekah di malam berikutnya. Dengan usaha yang sama, ternyata kali ini ia menaruh sedekah kepada orang yang kaya. Lantas, ia sedih karena merasa sudah tiga kali bersedekah secara sembunyi-sembunyi namun selalu salah sasaran. Ia kembali berdoa keada Allah, termasuk mendoakan ketiga penerima sedekah itu.

4. Hikmah Bersedekah

Di balik kejadian itu ternyata Allah mengetahui keikhlasan orang pemberi sedekah itu, dan teta mencatat pahalanya. Hingga ajaibnya ia mimpi didatangi oleh seseorang yang membawa kabar gembira bahwa Allah menerima sedekahnya dan membalasnya dengan pahala. Dia pun diberitahu hikmah besar di balik sedekah keada tiga orang tersebut.

Baca Juga: PILIHLAH 4 WAKTU TERBAIK INI UNTUK BERSEDEKAH

Hikmahnya adalah karena sedekah itulah sang pencuri sadar atas kesalahannya yang telah lalu, kemudian ia bertaubat tidak mencuri lagi. Sedangkan wanita pezina itu menggunakan hasil sedekah tadi untuk menjaga diri dari zina dan memulai hidup baik dengan harta tersebut. Sedangkan orang kaya tadi ternyata belum pernah bersedekah dan berinfak. Sehingga orang kaya tadi terdorong untuk bersedekah dan menginfakkan hartanya.

MasyaAllah, sungguh penuh hikmah kisah di atas. Marilah kita meneladani etika sedekah yang tanpa pamrih seperti ini. Bahkan ketika salah sasaran pun Allah tetap memberikan hikmah yang luar biasa.

Yang berhak menerima sedekah, etika bersedekah dan hikmah-hikmah luar biasa di balik sedekah telah diuraikan. Semoga kita semua bisa istiqamah menunaikan sedekah. SEDEKAH SEKARANG

Artikel ini bersumber dari beberapa media seperti nu.or.id, Republika dan liputan6.

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề