Apa saja tradisi Islam di Jawa?

Merdeka.com - Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai tradisi dalam menyambut hari-hari spesial. Biasanya tradisi tersebut berkaitan erat dengan suku atau agama yang dianut dari wilayah yang melaksanakan tradisi tersebut. Tak terkecuali tradisi dalam menyambut datangnya bulan Ramadan yang akan jatuh pada 24 April 2020 mendatang.

Di Jawa Barat, terdapat beberapa tradisi yang unik yang biasa dijalankan oleh umat islam dalam menyambut datangnya bulan Ramadan.

Berikut 3 tradisi di Jawa Barat yang biasa dijalankan untuk menyambut datangnya bulan ramadhan.

2 dari 4 halaman

Tradisi Nyadran

Tradisi Nyadran

Liputan6.com 2020 Merdeka.com

Tradisi menyambut Ramadan pertama di wilayah Jawa Barat adalah tradisi Nyadran. Tradisi yang populer di beberapa wilayah Jawa Barat seperti Cirebon, Sumedang, Garut, Subang dan Tasik ini merupakan tradisi peninggalan leluhur yang saat ini masih dilaksanakan.

Dilansir dari Liputan6, seorang tokoh agama Jawa Barat bernama K. H. Cecep Jaya Karama menjelaskan bahwa untuk masyarakat Indonesia, budaya ziarah ke makam leluhur, seolah menjadi kewajiban kepada sanak saudara atau keturunan setelahnya yang sudah meninggal. Tradisi tersebut juga berkenaan tentang refleksi kita agar selalu mengingat akan kematian sehingga hati dan fikiran menjadi lebih terarah.

"Ziarah kubur ini merupakan amalan yang sangat baik bagi umat Islam [sebagai renungan],dan biasanya wajib dilaksanakan sebelum atau sesudah bulan puasa," kata Cecep Jaya yang jugamerupakan pimpinan Pondok Pesantren Nurul Huda, Cisurupan Garut.

Tradisi Nyadran juga merupakan prosesi budaya yang biasa dilakukan oleh masyarakat Sunda dalam membersihkan makam dan melakukan doa. Tradisi Nyadran sendiri, dasarnya diambil dari bahasa Arab, Nadara atau lebih akrab disebut oleh orang sunda dengan sebutan Nyadran yang berarti jarang atau langka.

3 dari 4 halaman

Tradisi Kuramasan

Tradisi Kuramasan

//www.tangerangkota.go.id/ 2020 Merdeka.com

Tradisi kedua dari Jawa Barat ialah tradisi Kuramasan yang artinya berkeramas dalam dialek Sunda. Kuramasan merupakan serangkaian tradisi mandi besar atau yang biasa dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan mandi taubat. Dapat diartikan jika mandi taubat merupakan mandi dengan mengharapkan pengampunan dosa dari Allah SWT.

Pada dasarnya, tradisi Kuramasan berkaitan dengan kata keramas, dengan membasuh seluruh tubuh dimulai dari kepala secara sempurna. Cecep juga menjelaskan bahwa tradisi itu dapat menunjukkan sebuah simbol dari pembersihan dan penyucian diri secara lahir maupun batin, sebagai bagian dalam penyambutan bulan suci Ramadan.

"Tak lupa saling memaafkan, hilangkan rasa dengki, dan dendam kepada semua," kata Cecep.

Tidak hanya di dalam keluarga, biasanya acara keramasan biasa dilakukan di lingkungan masyarakat sekitar, dengan cara saling memaafkan antaranggota masyarakat di lingkungan sekitar.

4 dari 4 halaman

Tradisi Munggahan

Tradisi Munggahan Garut

Liputan6.com 2020 Merdeka.com

Tradisi terakhir adalah tradisi Munggahan. Tradisi ini cukup populer di kalangan masyarakat Kabupaten Garut, Jawa Barat untuk menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan. Kata Munggahan sendiri berasal dari ungkapan munggah, yang berarti naik atau meningkat. Secara harfiah tradisi Munggahan mampu meninggikan derajat seseorang dalam perubahan di berbagai hal, terutama soal kebaikan di bulan Ramadan nantinya.

Bagi masyarakat Sunda di Garut, acara munggahan biasa digunakan sebagai penyambutan hari pertama bulan suci Ramadan dan dianggap mampu meningkatkan kualitas ibadah dan ketakwaan kepada Allah SWT selama bulan suci Ramadan.

Ada dua macam istilah munggahan. Pertama munggah adat, yakni adanya peningkatan dalam hal adat atau kebiasaan yang berkembang di masyarakat sekitar.

"Contoh, biasanya kalau makan cuma dengan telur, di bulan Ramadan meningkat menjadi makan dengan daging," Ujar Cecep menerangkan.

Kedua munggah darajat, yakni adanya peningkatan derajat ketakwaan seseorang selama melaksanaan bulan suci Ramadan.

"Yang awalnya jarang beribadah dengan datangnya Ramadan, maka menjadi lebih rajin," kata dia.

Budayawan Garut Franz Limiart menambahkan, bagi masyarakat Sunda, tradisi munggahan sudah diwariskan sejak lama secara turun-temurun, sebagai bagian penyambutan bulan suci Ramadan.

"Biasanya diisi syukuran makan-makan secara bersama, hitung-hitung makan terakhir siang hari besok mau puasa," papar dia.

[mdk/nrd]

Video

Bài mới nhất

Chủ Đề