» Peningkatan Keterampilan Membacakan Puisi dengan Metode Copy The Master Melalui Media Audio Visual Siswa Kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang
» Pembatasan Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
» Kajian Pustaka KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
» Pengertian Membaca Hakikat Membaca
» Tujuan Membaca Ragam Membaca
» Pengertian Puisi Hakikat Puisi
» Tema Diksi Unsur-unsur Puisi
» Rima dan Irama Baris dan Bait Pengimajian
» Daya Bayang Tipografi Bahasa Figuratif Majas Amanat
» Pengertian Membacakan Puisi Hakikat Membacakan Puisi
» Penghayatan Vokal Unsur-unsur Membacakan Puisi
» Penampilan Unsur-unsur Membacakan Puisi
» Memilih Puisi Memahami Puisi
» Menentukan Nada dan Suasana Puisi
» Memberikan Pemenggalan atau Penjedaan Berlatih Membacakan Puisi Membacakan Puisi dengan Memberikan Jiwa dalam Pembacaan
» Teknik Muncul Membaca Judul Puisi
» Berdiri di Atas Dua Kaki Memegang Teks Padangan Mata
» Pengertian Metode Copy The Master
» Kriteria Pemilihan Master Prinsip-prinsip Metode Copy The Master
» Kelebihan dan Kelemahan Metode Copy The Master Perbedaan Metode Copy The Master dengan Pemodelan
» Pengertian Media Audio Visual
» Macam-macam Media Audio Visual
» Manfaat Media Audio Visual
» Pembelajaran Membacakan Puisi dengan Metode Copy The Master Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Copy The Master
» Kerangka Berpikir KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
» Perencanaan Siklus I Tindakan Siklus I
» Observasi Siklus I Refleksi Siklus I
» Tindakan Siklus II Perencanaan Siklus II
» Observasi Siklus II Refleksi Siklus II
» Keterampilan Membacakan Puisi Metode Copy The Master melalui Media Audio Visual
» Instrumen Tes Instrumen Penelitian
» Lembar Observasi Lembar Jurnal
» Pedoman Wawancara Dokumentasi Foto
» Observasi Jurnal Wawancara Teknik Nontes
» Metode Kualitatif Metode Kuantitatif
» Kondisi Awal Hasil Penelitian
» Hasil Tes Siklus I
» Perilaku Positif Jurnal Siswa
» Hasil Wawancara Jurnal Guru
» Dokumetasi Foto Jurnal Guru
» Refleksi Siklus I Hasil Penelitian Siklus I
» Hasil Tes Aspek Pemenggalan Hasil Tes Aspek Kelancaran
» Hasil Tes Aspek Konsentrasi Hasi Tes Aspek Mimik Wajah
» Hasil Tes Aspek Kejelasan Ucapan Hasil Tes Aspek Tekanan
» Hasil Tes Aspek Intonasi Hasil Tes Aspek Jeda
» Hasil Tes Aspek Nada Hasil Tes Aspek Gerak Tubuh
» Hasil Tes Aspek Penguasaan Panggung
» Perilaku Positif Perilaku Negatif
» Jurnal Siswa Hasil Jurnal
» Jurnal Guru Hasil Jurnal
» Hasil Wawancara Hasil Nontes Siklus II
» Dokumentasi Foto Hasil Nontes Siklus II
» Refleksi Hasil Nontes Siklus II
» Peningkatan Keterampilan Membacakan Puisi
Show more
Beranda / Puisi / Sastra
April 11, 2018
Puisi adalah karya sastra yang syarat dengan bahasa yang indah. Puisi juga memiliki rima, irama, dan bait yang secara fisik terlihat.
Puisi juga dapat dikatakan sebagai karya yang penuh makna buah hasil pemikiran, perasaan, dan ungkapan dari penyair.
Makna puisi dapat dipahami oleh pembaca dengan cara membaca secara detail dan penghayatan yang mendalam.
Puisi merupakan karya sastra yang dibangun dari dua unsur yaitu unsur fisik dan unsur batin.
Unsur fisik dalam puisi meliputi 5 unsur yaitu: diksi, pengimajinasian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, dan tata wajah.
Unsur batin puisi terdiri dari 4 unsur antra lain: tema [sense], perasaan penyair [feeling], nada [tone], dan amanat [intention].
Penjelasan lebih detail terkait unsur batin puisi antara lain sebagai berikut.
Sebuah puisi harus mempunyai gagasan pokok pemikiran. Gagasan ini akan menjadi kerangka bagaimana puisi itu akan dibangun.
Puisi setidaknya memiliki 5 jenis tema puisi yaitu [1] ketuhanan, [2] kemanusiaan, [3] kebangsaan, [4] keadilan sosial, dan [5] kedaultan rakyat [Waluyo, 1987:115].
Puisi merupakan sebuah wujud ekspresi dari seorang penyair. Ekspresi tersebut dapat berupa kerinduan, kegelisahan, penagungan kepada Tuhan, kepada alam, atau kepada kekasih.
Feeling juga dapat menjadi ciri latar psikologi, sosial, ekonomi, budaya, dan pendidikan sang penyair.
Perasan penyair tersebut nantinya akan mempengaruhi bahasa yang digunakan misalkan tentang alam maka bahasa yang digunakan akan cenderung bermakna keindahan alam.
Nada dalam puisi memuat sebuah sikap bagaimana puisi itu dibacakan [bernada] apakah merupakan sebuah nasehat, kritik, sindiran, ejekan, atau cerita.
Nada tersebut nantinya akan dirasakan oleh pembaca setelah membaca puisi yakni adanya perubahan suasana tertentu pada pembaca.
Nada kritik dapat menimbulkan suasana pemberontakan, nada sindiran mengakibatkan rasa malu, nada ejekan dapat menimbulkan kemarahan dan lain sebagainya.
Sama halnya dengan karya sastra lain, puisi juga mengandung amanat sekalipun dengan bahasa yang lebih ringkas. Amanat tersirat pada kata - kata atau pun tema.
Puisi sebagai karya sastra yang subjektif dapat menimbulkan lebih banyak amanat dari sisi pembaca bahkan dari pada apa yang hendak disampaikan oleh penyair.
Amanat memuat tujuan mengapa penyair membuat puisi tersebut.
Amanat juga dapat diartikan sebagai makna karya sastra yang berhubungan dengan seseorang, konsep, dan situasi pengimajinasian puisi.
Empat unsur batin puisi inilah yang membangun puisi dari dalam. Bagaimana pokok pemikiran puisi, pengekspresianya, cara membacanya, dan penyampaian amanatnya.
Sumber: Waluyo, H. J. [1987]. Teori dan apresiasi puisi. Jakarta: Erlangga.
Kini tiba di bagian terakhir, atau ketiga tentang “Memahami Puisi”. Di bagian ini kita akan membahas mengenai unsur-unsur puisi. Bagi kalian yang belum menyelesaikan bagian sebelumnya, kalian dapat membacanya di tautan berikut:
Bagian 1 – Pengertian Puisi
Bagian 2 – Hakikat Puisi
Selain memiliki unsur-unsur yang tampak seperti diksi [penggunaan ungkapan, majas, peribahasa], tipografi [pola susunan puisi seperti larik, bait] dan rima/ritme
[persamaan bunyi], puisi juga memiliki unsur batin. Unsur batin di dalam puisi meliputi: tema, rasa [feeling], nada ,dan amanat.
1. Tema
Yang dimaksud dengan tema adalah landasan, atau dasar pijakan bagi penyair untuk mengembangkan puisi. Tema juga merupakan gagasan pokok yang diungkapkan dalam sebuah puisi. Jika tema mengenai Tuhan, untaian kata-kata, majas, serta idiom yang digunakan mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan. Begitu pula bila temanya tentang cinta,
pilihan kata [diksi] yang digunakan oleh penyair berkaitan dengan permasalahan cinta.
Contoh:
PADAMU JUA
Habis kikis Segala cintaku hilang terbang Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap Pelita jendela di malam gelap Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku Aku manusia Rindu rasa
Rinda rupa
Di mana engkau Rupa tiada Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu Engkau ganas Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku gula sasar Sayang berulang padamu jua Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi Menunggu seorang diri Lalu waktu-bukan giliranku
Mati hari-bukan kawanku….
[Karya: Amir Hamzah]
2. Perasaan / Rasa
Rasa adalah ungkapan atau ekspresi penyair kepada sesuatu yang dituangkan ke dalam puisinya. Rasa juga merupakan cara bagaimana penyair mengejawantahkan bentuk perasaan dan pengalaman batinnya kepada keahlian untuk memilih kata-kata figuratif, yang dianggap dapat mewakili perasan atau terhadap sesuatu. Keahlian menuangkan gejolak batin, gairah, kerinduan, atau bentuk ungkapan lain berupa pilihan kata dan simbol-simbol gaya bahasa menjadikan puisi makin terasa indah dan punya ke dalaman makna. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh larik-larik penggalan puisi Tuhan karya Bahrun Rangkuti di bawah ini.
Hanyut aku Tuhanku Dalam lautan kasih-Mu Tuhan bawalah aku
Meninggi ke langit ruhani
3. Nada dan Suasana
Nada adalah bentuk sikap atau keinginan penyair terhadap pembaca. Apakah penyair lewat puisinya ingin memberikan nasihat, menyindir, mengkritik, atau mengejek pembaca.
Suasana adalah akibat yang ditimbulkan puisi terhadap jiwa pembaca. Nada dan suasana memiliki kaitan yang erat. Puisi dengan nada kesedihan dapat membuat merasaan pembaca merasa iba. Demikian pula, nada yang mengandung kritikan membuat suasana hati pembaca merasa ingin memberontak dan sebagainya.
4. Pesan atau Amanat
Pesan atau amanat adalah hal yang ingin disampaikan oleh penyair kepada pembaca lewat kata-kata dalam puisinya. Makna dapat ditelaah setelah pembaca memahami tema, nada, dan suasana puisi tersebut. Amanat juga dapat tersirat dari susunan kata-kata yang dibuat oleh penyair. Perhatikan puisi Chairil Anwar yang berjudul Diponegoro, di bawah ini.
DIPONEGORO
Di masa pembangunan ini Tuan hidup kembali Dan bara kagum menjadi rapi Di depan sekali tuan menanti Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali Pedang di kanan, keris di kiri
Berselimpang semangat yang tak bisa mati
Maju Ini barisan tak bergenderang bertalu Kepercayaan tanda menyerbu Sekali berarti
Sudah itu mati
Maju Bagimu negeri Menyediakan api Punah di atas menghamba Binasa di atas ditindas Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju Serbu Serang
Terjang
Amanat atau pesan yang tersirat dari puisi ini ialah bagaimana semangat Pangeran Diponegoro dapat hadir pada jiwa-jiwa manusia modern yang hidup di zaman sekarang.
Meskipun yang dihadapi bukan lagi penjajah melainkan berbagai masalah yang terjadi pada bangsa yang sedang berkembang seperti masalah pengangguran, pemerataan, dan keadilan, namun tetap semangat membela kebenaran khususnya bagi para kaum yang tertindas jangan pernah punah.
[Disarikan dari: Bahasa Indonesia 3 : untuk SMK/MAK Semua Program Keahlian Kelas XII/Mokhamad Irman, Tri Wahyu, Nurdin– Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008]