Apa yg kalian ketahui tentang ragam hias tumpal

Batik Banten tercatat sebagai salah satu batik yang memiliki filosofi mendalam pada setiap motifnya. Sebagian besar motif tersebut berkaitan dengan sejarah Banten dan juga diambil dari bahasa ilmiah mengenai nama suatu tempat, arti, penggunaannya, dan tipologi.

Bisa dibilang batik khas Banten ini bukan hanya sekadar kain bermotif, melainkan juga rekontruksi sejarah yang menggambarkan tentang budaya dan sejarah Banten. 

Baca juga: 15 Fakta Suku Baduy Banten yang Jarang Diketahui Orang

Kemunculan batik ini bermula dari penemuan puing gerabah peninggalan kerajaan abad ke-17 di kawasan Banten Girang dan Banten Lama. Menariknya, gerabah tersebut memiliki 75 ragam hias yang kemudian diaplikasikan pada sebuah kain. Kain inilah yang disebut sebagai Batik khas Banten.

Sumber motif batik khas Banten sendiri sebagian besar berasal dari benda-benda purbakala dan bangunan arkeologis pada masa kejayaan Sultan Maulana Hassanudin. Sultan Maulana Hassanudin dikenal sebagai pemimpin yang arif dan bijaksana. 

Didukung kondisi geografis Banten yang strategis, intensitas tatap muka penduduk lokal dengan awak kapal dari Eropa dan Asia turut membawa pengaruh budaya dan ragam kehidupan di Banten, salah satunya ada seni rupa.

Kendati demikian, ragam hias tersebut tak lepas dari rambu-rambu keislaman yang melarang penggambaran motif mahluk hidup secara nyata sehingga dialihkan dengan motif abstrak sesuai karakteristik masyarakat Banten.  

Pada mulanya, hasil dari penggambaran tersebut hanya diterapkan pada bangunan. Namun, lambat laun motif tersebut juga diaplikasikan pada selimut yang dikenal oleh orang Belanda dengan nama Brooven Rim Rood atau Selimut Van Bantam [SIMBUT]. 

Runtuhnya kejayaan Kesultanan Banten menyebabkan hilangnya tradisi membatik dan keberadaan selimut batik.

Mengingat ragam batik dari Banten terlahir dari kearifan lokal, tak pelak hal ini membawa keunikan tersendiri pada motifnya. Bisa dibilang hampir seluruh motif yang ada berkaitan erat dengan benda kuno pada masa Kesultanan Banten. Benda kuno hasil ekskavasi arkeolog pada tahun 1976 yang disebut Artefak Terwengkal inilah yang menjadi inspirasi pola dasar desain batik khas Banten. 

Keunikan lainnya terdapat pada warna batik. Warna batik khas Banten cenderung berwarna abu-abu muda. Konon, warna ini menunjukkan karakter orang Banten yang berkemauan keras, memiliki banyak ide dan cita-cita, temperamental, dan sederhana.

Dari segi filosofi, nama batik khas Banten diambil dari gelar bangsawan, nama sultan atau pangeran, ruang di Kesultanan Banten, dan nama desa di wilayah Banten. 

Serupa dengan jenis batik daerah lainnya, batik dari Banten juga memiliki beberapa ciri khas, di antaranya:

  • Warna batik cerah, tetapi tidak mencolok [lembut].
  • Motifnya berukuran besar.
  • Bergaris tebal.
  • Isen-isen kasar.
  • Menggunakan metode cap.
  • Pola yang digunakan adalah pengulangan.
  • Corak berkaitan dengan Kesultanan Banten.

Kendati ragam hias yang ditemukan oleh arkeolog mencapai angka 75, yang sudah diaplikasikan pada kain batik baru mencapai 17 dan 12 di antaranya sudah mengantongi hak paten. Umumnya, motif tersebut didominasi bentuk belah ketupat dan tumpal. 

Kendati demikian, di era modern ini, batik Banten juga hadir dengan ragam motif kekinian dengan pola dan warna yang lebih berani. Bahkan, di pasaran tersedia lebih dari 200 motif batik yang dibanderol mulai dari dua ratus ribu hingga tiga jutaan.

Variasi dan keberagaman jenis batik tersebut tak lepas dari upaya pemerintah setempat untuk melestarikan kebudayaan Banten. Tingginya animo masyarakat terhadap penggunaan batik juga turut mendorong kreativitas para pengrajin.

Adapun jenis yang banyak ditemukan di pasaran, antara lain:

Motif ini pernah meraih predikat terbaik dan mendapatkan tanda tangan dari Menteri Dalam Negeri Malaysia pada kongres yang turut dihadiri arkeolog di tahun 2005 silam. Ciri khasnya adalah belah ketupat dengan bunga dan lingkaran di dalam sulur daun.

Pamaranggen berbentuk belah ketupat dengan hiasan bunga di bagian tengah menyerupai sayap kupu-kupu. 

Motif ini berbentuk tumpal bergerigi ganda dengan ceplok lingkaran setengah bulat di dalam satu lingkaran. 

Pasepen bermotif dasar booh tumpal, lingkaran polos sejajar empat buah, dan segi empat bentuk bunga. 

Motif dasar Pejantren adalah bunga cengkeh yang terdapat di dalam lingkaran pola bunga berukuran setengah lingkaran motif dasar.

Pasulaman memiliki motif dasar belah ketupat atau segi empat di dalam lingkaran.

Mendalikan berbentuk belah ketupat dengan bunga yang berada dalam sebuah bintang. 

Kapurban berbentuk ketupat dengan hiasan berupa bunga, variasi motif berupa pigura berbentuk spiral dan booh segitiga berbentuk bunga.

Motif Kawangsan berupa bunga bergerigi dengan variasi pola daun, lingkaran, atau bentuk buah.

Pancaniti berbentuk ketupat dengan bunga dan lingkaran polos di tengah bunga matahari.

Motif dasar Sebakiking adalah segi empat tumpulan dengan sisi berbulu variasi tiga warna.

Surosowan bermotif dasar tumpul gerigi berhias bunga dengan variasi belah ketupat, bunga, atau lingkaran polos.

Demikianlah informasi singkat mengenai batik Banten yang perlu Anda ketahui. Nah, motif apa yang menjadi favorit Anda?

Motif tumpal adalah ragam hias khas pada batik-batik pesisir yang membedakannya dengan batik dari keraton. Motif ini adalah salah satu budaya yang diserap dari kebudayaan India. Tumpal sendiri memiliki sejarah, arti, filosofi dan jenisnya.

Menurut Kbbi.web.id, tumpal adalah kata benda yang mempunyai arti motif batik dengan lukisan tiga setrip yang berjajar [pada sarung dan sebagainya]. Namun, pengertian dari KBBI dirasakan penulis masih kurang penjelasannya.

Mengutip Keeksotisan Batik Jawa Timur, tumpal adalah ciri khas pada batik yang dipakai masyarakat umum atau batik folklore menurut buku tersebut. Seperti yang kita ketahui, perkembangan batik berawal dari keraton. Namun, pada beberapa daerah yang jauh dari keraton, batik juga berkembang sesuai masyarakat pendukungnya.

Sejarah Motif Tumpal dan Filosofinya

Tumpal pada batik yang berkembang di luar keraton dan di daerah pesisir adalah hasil inspirasi dari budaya tekstil india. Harmen C. Veldhuisen dalam bukunya Batik Belanda, menyebutkan pada sekitar abad ke-16 kapal dagang Belanda membawa kain-kain India dari pantai Koromandel.

Kain Serasa, kain asal India yang diperdagangkan di Kepulauan Nusantara. Terlihat motif-motif yang mengelilingi motif utama berbentuk seperti tumpal. [Sumber:Kompasiana.com]

Kain-kain tersebut dikenal dengan nama Serasah, Kumitir atau Sembagi di daerah Jawa. Ciri khas kain-kain tersebut memiliki motif hiasan seperti segitiga yang membatasi di bagian depan dan belakang kain.

Motif hiasan pada kain Serasah itu seperti motif tumpal yang kita kenal sekarang.

Foto koleksi Tropenmuseum ini menggambarkan perempuan sedang membatik di daerah Jawa Tengah, namun tanggal pengambilan foto tidak diketahui. Salah satu di antara pembatik tersebut, sedang membatik motif tumpal. [sumber:wikimedia.com]

Foto ini menggambarkan kondisi pengrajin batik pada masa kolonial. Terlihat batik-batik yang dihasilkan bermotif tumpal. [Sumber:sejarahri.com]

Bagi masyarakt pendukungnya, motif tumpal mempunyai filosofi penolak bala karena gambar segitiga runcing itu dilambangkan sebagai gigi buaya.

Jenis Peletakan Tumpal

Pada zaman dahulu, penggunaan motif tumpal dibedakan dari jenis kelamin yang memakainya. Pada penggunaan kain panjang misalnya, tumpal diletakkan di bagian belakang oleh pemakai laki-laki. Sedangkan tumpal diletakkan di bagian depan oleh pemakai perempuan.

Potret kedua pria di Jawa pada masa kolonial, pria di sebelah kanan memakai batik bermotif tumpal. [Sumber:Phesolo.wordpress.com dan KITLV.nl]

Motif Tumpal yang berada di posisi tengah pada batik pesisir. [Sumber: batikplatform.com]

Peletakan tumpal pada kain batik sendiri tempatnya bermacam-macam. Ada yang gambar di bagian sisi kiri dan kanan kain, digambar di bagian tengah kain, dan digambar di sisi atas dan bawah kain.

Motif Tumpal pada batik Cirebon ini berada mengelilingi ragam hias utama. [Sumber:batikshuniyya.wordpress.com]

Jenis-jenis tumpal yang dikenal pada batik pesisirannya adalah tumpal sorot [pucuk rebung], tumpal cepet [tumpal kombinasi], tumpal buk, tumpal bendera, tumpal kopi susu dan seritan atau tompal sariden dalam dialek Madura.

 Tumpal Pada Zaman Modern

Perkembangan batik pada saat ini tidak hanya untuk digunakan sebagai kain panjang yang menutupi pinggang hingga mata kaki.

Kate Middleton menggunakan batik motif tumpal. [Sumber:kehidupannegeriraya.wordpress.com]

Penggunaan batik pada saat ini lebih bervariasi dengan dijahit menjadi kemeja dan macam-macam bentuk pakaian perempuan.

Penggunaan tumpal juga menjadi bervariasi, namun kebanyakan tumpal masih diletakkan pada bagian tengah atau kancing di pakaian modern.

Penutup

Semoga artikel ini dapat menambahkan pengetahuan mengenai ragam informasi batik Indonesia.

Mari ketahui filosofi dan makna dalam motif-motif batik Cirebon!

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề