Apakah gereja itu bersifat rohani atau fisik mengapa

Kerja Jasmani dan Rohani, ‘Seiring dan Sejalan’

Bab 22

Dalam upaya kita untuk menguatkan keluarga kita dan membangun Kerajaan Allah di bumi, kita harus bekerja secara jasmani maupun rohani.

Pada masa awal Gereja, para nabi dan rasul sering sekali mendesak orang-orang untuk melakukan bagian mereka dalam membangun Kerajaan Allah. Upaya ini menuntut baik kerja rohani maupun jasmani. Di samping upaya-upaya seperti berdoa, mempelajari tulisan suci, dan membagikan Injil, para Orang Suci membangun rumah dan kota, mendirikan sekolah-sekolah umum, mengolah dan mengairi tanah yang keras, serta mengangkut batu granit dari pegunungan untuk membangun Bait Suci Salt Lake. Di tahun 1857, sepuluh tahun setelah para pionir Orang Suci Zaman Akhir pertama kali memasuki Lembah Salt Lake, Penatua Wilford Woodruff mengatakan, “Jika kita pergi bekerja dan membangun Kerajaan Allah daripada diri kita sendiri, tidak masalah dalam bentuk apa kita melakukannya, apakah itu membangun sebuah kanal, atau membangun sebuah bait suci, mengkhotbahkan Injil, mengolah tanah, atau apa pun juga .… Kita akan menemukan Tuhan akan membantu kita dan mendukung kita, dan menguatkan kita dengan kekuatan-Nya, dan akan membantu kita dalam segala yang harus kita lakukan.”1

Mereka yang mengenal Presiden Woodruff tahu bahwa dia bukan sekadar berbicara tentang nilai kerja keras—dia menerapkan asas itu dalam hidupnya. Di samping meningkatkan pemanggilannya dalam keimamatan, dia tekun dalam pekerjaan jasmani, bahkan di usia senjanya. Sejarawan Orang Suci Zaman Akhir, Andrew Jenson, mencatat: “Ketekunannya yang begitu mencolok merupakan bagian dari dirinya sehingga ketika, di usia sembilan puluh tahun, salah seorang cucunya mengunggulinya sedikit dalam mencangkuli sayuran di kebun, dia berkata dengan kerendahan hati yang nyata: ‘Wah, ini pertama kalinya dalam kehidupan saya bahwa salah seorang anak saya berhasil mengalahkan saya dalam mencangkul.’”2

Seorang teman sebaya Presiden Woodruff mengamati: “Dia senang bekerja, bukan saja untuk kepentingannya sendiri, tetapi karena itu berkaitan dengan perintah ilahi. Juga itu baginya bukan sekadar sarana untuk maju di dunia, untuk menambah kemudahan dan kenyamanan pada kehidupannya sendiri seperti juga pada kehidupan mereka yang bergantung kepadanya; baginya itu merupakan suatu berkat, suatu hak istimewa, suatu kesempatan yang untuknya dia selalu menyediakan diri kapan pun pemanggilannya memungkinkannya .… Berkeringat, adalah perintah ilahi sama seperti berdoa; dan dalam hidupnya dia meneladankan dalam tingkat yang tertinggi bahwa kehidupan Kristiani yang sederhanalah yang membentuk kesejahteraan fisik, mental, dan moral manusia. Dia percaya dengan tulus pada supremasi moral dari kerja fisik. Dia menyukainya dan menikmatinya.”3

Presiden kita [Brigham Young] telah sering memberitahu kita bahwa kita tidak dapat memisahkan yang jasmani dari yang rohani, tetapi itu harus seiring dan sejalan, dan begitulah adanya dan begitulah kita harus bertindak sehubungan dengan membangun Gereja dan Kerajaan Allah.4

Sebagian orang berpendapat bahwa Presidensi Gereja ini dan Dua Belas Rasul hendaknya tidak berurusan dengan hal-hal yang jasmani. Nah, kita akan berada dalam masalah besar jika kami tidak mengurusi hal-hal yang jasmani.5

Kita membangun Kerajaan Allah secara harfiah di bumi, dan kita memiliki kewajiban-kewajiban jasmani yang harus dilakukan. Kita tinggal dalam tubuh jasmani, kita makan makanan yang jasmani, kita membangun rumah yang jasmani, kita memelihata sapi yang jasmani dan gandum yang jasmani; kita bergumul dengan lalang yang jasmani, dan dengan musuh-musuh jasmani dalam tanah kita, dan semua ini secara alami mengemukakan perlunya mengurusi dan melakukan banyak kewajiban yang bersifat jasmani dan sukar, dan itu, tentunya, dirangkul dalam agama kita.6

Kita tidak dapat membangun Sion dengan duduk di tunggul kayu bernyanyi-nyanyi hingga mencapai kebahagiaan abadi; kita harus mengolah tanah, mengambil bebatuan dan elemen dari pegunungan serta membangun bait suci-bait suci bagi Allah Yang Mahatinggi; dan pekerjaan jasmani [duniawi] ini dituntut dari tangan kita oleh Allah surga, sebanyak Dia menuntut Kristus untuk mati menebus dunia, atau sebanyak Juruselamat menuntut Petrus, Yakobus, dan Yohanes untuk pergi dan mengkhotbahkan Injil kepada bangsa-bangsa di bumi. Ini merupakan masa kelegaan yang hebat dimana Sion Allah harus dibangun, dan kita sebagai Orang-orang Suci Zaman Akhir harus membangunnya.7

Dari awal pekerjaan ini hingga hari ini pekerjaan telah menjadi semakin keras dengan para hamba Allah untuk membuat orang-orang siap dalam hati mereka untuk membiarkan Tuhan mengatur serta mengendalikan mereka dalam kerja dan harta jasmani mereka daripada sehubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan kekal mereka ….

Ada yang aneh mengenai ini, tetapi saya pikir, mungkin, ini adalah konsekuensi dari kedudukan yang kami miliki. Ada tabir antara manusia dan hal-hal kekal; jika tabir itu telah diambil dan kita mampu melihat hal-hal kekal sebagaimana adanya di hadapan Tuhan tidak seorang pun akan tergoda dalam kaitannya dengan emas, perak atau benda-benda dunia ini, dan tidak seorang pun, karena hal-hal itu, tidak akan bersedia untuk membiarkan Tuhan mengendalikannya. Tetapi di sini kita memiliki hak pilihan, dan kita berada dalam pencobaan, dan ada tabir di antara kita dengan hal-hal kekal, antara kita dengan Bapa Surgawi kita dan dunia roh; dan ini untuk maksud yang bijak dan pantas dalam Tuhan Allah kita, untuk membuktikan apakah anak-anak manusia mau hidup dalam hukum-Nya atau tidak dalam keadaan di mana mereka ditempatkan. Para Orang Suci Zaman Akhir, renungkanlah hal-hal ini. Kita telah bersedia, dengan segenap perasaan hati kita, agar Joseph Smith, Presiden Young dan para pemimpin umat menuntun dan mengarahkan kita sehubungan dengan kepentingan kekal kita; dan berkat-berkat yang dimeteraikan ke atas kita melalui wewenang mereka menjangkau hingga ke sisi lain dari tabir serta memiliki kekuatan setelah kematian, dan itu memengaruhi tujuan kekal kita sampai masa kekekalan yang tak berujung.

Orang-orang, pada zaman Abraham, Ishak dan Yakub, dan zaman Yesus serta para rasul, memiliki berkat-berkat yang dimeteraikan ke atas mereka, kerajaan-kerajaan, takhta-takhta, pemerintahan dan kekuasaan, dengan segala berkat Perjanjian yang Baru dan Abadi. Pernyataan mungkin diajukan, apakah berkat-berkat kekal ini menarik bagi kita? Ya, dan seharusnyalah demikian. Apakah berkat-berkat ini senilai dengan kekayaan duniawi kita, baik kita memiliki sedikit atau banyak? Apakah keselamatan, apakah kehidupan kekal senilai dengan sepasang sapi, sebuah rumah, seratus hektar tanah, atau apa pun yang kita miliki di sini dalam daging? Jika demikian kita tentunya harus siap untuk memperkenankan Tuhan mengatur dan mengendalikan kita dalam semua pekerjaan jasmani kita seperti dalam pekerjaan rohani kita.

Lagi, ketika seseorang mati dia tidak dapat membawa sapi, kuda, rumah, atau tanahnya bersamanya; dia pergi ke dalam kubur—tempat peristirahatan semua daging. Tidak seorang pun lolos darinya, hukum kematian berada di atas semua orang. Di dalam Adam semua orang mati, sementara di dalam Kristus semua orang dijadikan hidup [lihat 1 Korintus 15:22]. Kita semua memahami bahwa kematian telah diberikan kepada semua orang, tetapi … tidak seorang pun dari kita tahu kapan giliran kita akan tiba, meskipun kita tahu tidak akan terlalu lama sebelum kita dipanggil untuk mengikuti generasi-generasi yang telah mendahului kita. Ketika kita merenungkan hal-hal ini saya pikir kita semua hendaknya bersedia membiarkan Tuhan memimpin kita dalam hal-hal jasmani.8

Ada sebuah pepatah atau ungkapan yang telah sering saya dengar dalam kehidupan saya, dan yang saya pikir amat bernilai, dan itu adalah, “kebenaran itu kuat dan akan berjaya.” Saya pikir ini telah terwujud dalam setiap kapasitas dimana kebenaran digunakan baik diterapkan secara jasmani maupun secara rohani; baik diterapkan dalam kapasitas bangsa maupun keluarga atau perorangan; baik diterapkan kepada dunia maupun kepada Kerajaan Allah.9

Pembangunan Sion Allah di zaman akhir ini mencakup, bisa saya katakan dengan sebenar-benarnya, setiap cabang urusan, baik jasmani maupun rohani, dimana kita terlibat. Kita tidak dapat menyentuh masalah apa pun yang sesuai dengan hukum dan resmi dalam pandangan Allah dan manusia yang tidak dirangkul dalam agama kita. Injil Yesus Kristus yang telah kita rangkul, dan yang kita khotbahkan, mencakup semua kebenaran, dan setiap pemanggilan serta pekerjaan manusia yang sesuai dengan hukum.10

Anak-anak kita hendaknya jangan diabaikan; mereka hendaknya menerima pendidikan yang pantas baik dalam hal-hal rohani maupun jasmani. Itu adalah warisan terbaik yang dapat ditinggalkan orang tua mana pun bagi anak-anaknya.11

Sewaktu minat terhadap apa yang mungkin disebut pembelajaran buku meningkat, kerja fisik hendaknya tidak diabaikan. Pendidikan pikiran dan pendidikan tubuh hendaknya seiring sejalan. Otak yang terampil hendaknya diiringi dengan tangan yang terampil. Kerja fisik hendaknya memiliki wibawa di antara kita dan selalu dijadikan terhormat. Kecenderungan, yang terlalu umum dewasa ini, bagi para pemuda untuk mendapatkan sedikit pendidikan dan kemudian menganggap diri mereka tidak pantas untuk melakukan tugas yang bersifat mekanik atau kerja kasar lainnya adalah satu [kecenderungan] yang hendaknya tidak dibiarkan tumbuh di antara kita .… Setiap orang hendaknya menjadikan itu urusan kebanggaan untuk menjadi penghasil [produsen], dan bukan pemakai [konsumen] semata. Anak-anak kita hendaknya diajar untuk mendukung diri mereka sendiri melalui ketekunan dan keterampilan mereka sendiri, dan bukan saja melakukan ini, tetapi untuk membantu mendukung orang lain, dan bahwa melakukan ini dengan kerja yang jujur merupakan salah satu cara paling terhormat yang telah Allah sediakan bagi anak-anak-Nya di muka bumi ini. Masalah pendidikan yang pantas bagi kaum muda Sion adalah salah satu yang terpenting.12

Sejauh yang berhubungan dengan masalah jasmani kita, kita harus pergi bekerja dan mencukupi kebutuhan kita sendiri.13

Mengenai kekayaan dan harta, saya tidak menginginkannya jika itu akan mengutuk saya. Saya ingin memiliki cukup untuk memberi pakaian, sepatu, dan makanan bagi [keluarga] saya, dan untuk membuat mereka nyaman, jika itu bisa saya dapatkan secara jujur di hadapan Tuhan; tetapi saya lebih suka saya sendiri dan mereka semua berada di dalam kemiskinan daripada memiliki kekayaan dan dibinasakan. Harta kekayaan adalah berbahaya kecuali kita dapat menggunakannya sehingga tidak membinasakan kita; jika kita tidak bisa menggunakannya demi kemuliaan Allah dan untuk pembangunan Kerajaan-Nya, kita lebih baik tidak memilikinya.14

Sebagian orang memandang hukum persepuluhan seperti sejenis pajak dan beban yang ditanggungkan ke atas diri mereka, tetapi untuk siapakah itu? Persepuluhan kita, kerja kita, dan semua yang kita lakukan di dalam Kerajaan Allah, untuk siapakah itu semua? … Persepuluhan kita, kerja kita, karya kita bukanlah untuk permuliaan Yang Mahakuasa, tetapi itu adalah untuk kita .… Marilah kita memahami ini sebagaimana adanya dan kita akan baik keadaannya. Dalam membayar persepuluhan kita, dalam mematuhi setiap hukum yang diberikan untuk mempermuliakan kita dan untuk kebaikan kita, semuanya adalah untuk manfaat kita secara perorangan dan manfaat anak-anak kita, dan bukanlah untuk manfaat tertentu bagi Tuhan, hanya sejauh Dia berkenan akan kesetiaan anak-anak-Nya dan berhasrat untuk melihat mereka berjalan di jalan yang menuntun pada keselamatan dan kehidupan kekal.15

Kita hanya perlu memandang ke sekeliling kita untuk memuaskan [meyakinkan] diri kita sendiri … bahwa mereka yang bermurah hati dalam menyumbang kepada pekerjaan Allah berkenan kepada Tuhan. Ini merupakan pengalaman Israel kuno, dan ini juga pengalaman kita. Namun sehubungan dengan sumbangan sukarela ada terlalu banyak kesembronoan, terlepas dari semua janji-janji berharga yang berkaitan dengannya. Para Orang Suci hendaknya diingatkan akan kewajiban yang mereka emban. Anak-anak kita, juga, hendaknya diajari kewajiban ini, agar menjadi kebiasaan yang tertanam dalam diri mereka untuk secara teliti mengurusi hal-hal ini. Mereka yang secara ketat memerhatikan persyaratan ini dapat bersaksi akan besarnya kenikmatan dan banyaknya pahala yang mereka terima dari kepatuhan mereka.

Hukum kemurahan hati ini tampaknya merupakan salah satu usaha perlindungan yang telah Tuhan adopsi untuk menghindarkan dari umat-Nya konsekuensi jahat yang menyertai kepemilikan kekayaan. Dia telah memberitahu kita bahwa kekayaan bumi adalah milik-Nya untuk diberikan; tetapi Dia telah memperingatkan kita untuk waspada terhadap kesombongan, kalau tidak kita menjadi seperti bangsa Nefi zaman dahulu [lihat A&P 38:39]. Kita tahu kehancuran yang disebabkannya bagi mereka, dan kita hendaknya tidak kurang-kurangnya melakukan tindakan pencegahan untuk mencegah kekayaan memiliki dampak yang menjadi bencana bagi kita. Banyak orang dapat menanggung kemiskinan dan menjadi rendah hati, dan hidup dekat dengan Tuhan, [tetapi] tidak dapat menghadapi kekayaan. Mereka menjadi terangkat-angkat dalam kesombongan dan menjadi tamak, dan melupakan Allah mereka. Namun, mereka yang ingat terus-menerus ajaran-ajaran Tuhan mengenai bumi dan penduduknya, dan yang menyumbang dari harta yang telah Tuhan berikan kepada mereka untuk membantu yang miskin serta menolong memajukan pekerjaan Allah, melakukan introspeksi diri serta memberi Setan lebih sedikit kekuatan untuk menyesatkan mereka.16

Kami merasa dipimpin untuk memperingatkan para Orang Suci Zaman Akhir terhadap pembentukan kebiasaan buruk menumpuk utang dan mengambil ke atas diri mereka kewajiban [keuangan] yang sering kali membebani mereka lebih berat daripada yang mampu mereka tanggung, dan menuntun pada hilangnya rumah mereka serta kekayaan lainnya. Kita tahu bahwa adalah trend masa kini untuk menggunakan kredit sampai batas tertingginya .… Ini adalah kejahatan yang besar dan satu yang kita, sebagai umat dan sebagai perorangan, hendaknya hindari dengan hati-hati. Urusan kita hendaknya dilakukan, sejauh mungkin, dengan asas membayar untuk apa yang kita beli, dan kebutuhan kita hendaknya disesuaikan dengan batas dari sumber-sumber kita. Kecenderungan untuk berspekulasi dan mengambil risiko untuk usaha-usaha satu atau lain jenis hendaknya ditekan .… Jadilah puas dengan penghasilan yang sederhana, dan janganlah disesatkan dengan harapan-harapan ilusi mendapatkan kekayaan. Ingatlah perkataan orang bijak: “Tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman” [lihat Amsal 28:20]. Biarlah anak-anak kita juga diajari kebiasaan berhemat, dan tidak memuaskan diri dalam keinginan-keinginan yang tidak dapat mereka penuhi tanpa melibatkan diri dalam utang.17

Ada suatu hasrat amat umum yang dinyatakan oleh umat ini untuk menjadi kaya, dan untuk bekerja untuk diri sendiri daripada untuk Kerajaan Allah. Tetapi apa manfaatnya bagi Anda atau saya untuk berhenti berdoa serta menyibukkan diri dan menjadi kaya? Apa manfaatnya bagi seseorang bagi mendapatkan seluruh dunia dan kehilangan jiwanya sendiri? Tidak banyak. Apa yang mau diberikan seseorang sebagai ganti jiwanya ketika dia tiba di sisi lain dari tabir? [lihat Markus 8:36–37].

Saya amat heran akan kecilnya minat yang dinyatakan oleh penduduk bumi secara umum akan keadaan masa depan mereka. Tidak ada seorang pun yang hidup di sini hari ini yang tidak akan hidup di sisi lain dari tabir selama Penciptanya—hingga masa kekekalan yang tanpa akhir, dan tujuan kekal setiap orang bergantung pada cara diluangkannya beberapa tahun singkat kehidupannya dalam daging. Saya bertanya di dalam nama Tuhan, apakah gunanya ketenaran bagi Anda atau saya? Apakah gunanya emas atau perak, atau harta dunia ini bagi siapa pun dari kita, lebih daripada memungkinkan kita memperoleh apa yang kita butuhkan untuk makan, minum, dan kenakan, serta untuk membangun Kerajaan Allah. Dan bagi kita untuk berhenti berdoa dan menjadi gila mengejar kekayaan dunia adalah puncak kebodohan serta kekonyolan.

Melihat cara beberapa orang bertindak, Anda boleh jadi mengira bahwa mereka akan hidup di sini selamanya, dan bahwa tujuan kekal mereka bergantung pada jumlah dolar yang mereka miliki. Kadang-kadang saya bertanya kepada para Orang Suci Zaman Akhir, berapa banyak yang kita miliki ketika kita datang ke sini? Berapa banyak yang kita bawa, dan dari mana asalnya itu? … Saya pikir tidak seorang pun dari kita lahir sudah di punggung kuda atau dalam kereta, atau kita membawa saham perusahaan kereta api dan sapi serta rumah bersama kita, tetapi kita dilahirkan telanjang seperti Ayub, dan saya pikir bahwa kita akan meninggalkan dunia sama telanjangnya seperti dia [lihat Ayub 1:20–21]. Maka sehubungan dengan harta dunia ini apakah nilainya itu bagi kita, sehingga itu membujuk kita untuk kehilangan keselamatan karenanya? Saya berkata daripada demikian biarlah saya miskin sepanjang hari-hari kehidupan saya; jika kekayaan akan mengutuk saya dan mengambil dari saya kemuliaan yang dijanjikan kepada saya karena mematuhi perintah-perintah Allah, saya berdoa kepada Allah agar saya tidak pernah memilikinya.

Allah memegang kekayaan dunia ini di dalam tangan-Nya: emas dan perak, sapi dan tanah adalah milik-Nya, dan Dia memberi kepada siapa Dia ingin memberi. Ketika Kristus berada di atas bukit, Lusifer, si iblis, memperlihatkan kepadanya semua kemuliaan dunia dan menawarkannya kepada-Nya jika saja Dia mau menjatuhkan diri-Nya dan menyembah dia [lihat Matius 4:8–9]. Tetapi apakah Anda tahu bahwa iblis yang malang itu tidak memiliki sejengkal tanah pun di seluruh dunia, dan bahwa dia bahkan tidak memiliki sebuah tubuh, atau tabernakel? Bumi adalah tumpuan kaki Tuhan, dan jika kita pernah memilikinya bagi diri kita sendiri itu karena Tuhan memberinya kepada kita; dan kita seharusnya sama setianya kepada agama kita jika kita memiliki sepuluh ribu juta [10 milyar] dolar dengan jika kita tidak memiliki uang sama sekali. Kehidupan kekal adalah apa atau apa yang seharusnya kita kejar, dan itu, apa pun keadaan dan kondisi kita dalam kehidupan, hendaknya merupakan tujuan pertama kita .…

… Saya telah berbicara mengenai mengejar kekayaan. Saya tidak menemukan masalah dengan kekayaan. Emas dan perak adalah milik Tuhan. Kita ingin rumah-rumah [dibangun] dan kita harus mengolah tanah. Ini semuanya baik. Saya tidak menemukan masalah dengan seseorang yang menjadi kaya. Saya menemukan masalah dengan kita menjual Kerajaan Allah, hak kesulungan kita, menjual Injil dan menyangkal bagi diri kita sendiri kehidupan kekal demi memenuhi nafsu daging, kesombongan kehidupan dan gaya hidup dunia, serta menempatkan hati kita pada hal-hal ini.18

Saya merujuk pada firman Yesus Kristus yang diucapkan-Nya kepada para pengikut-Nya: “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” [lihat Matius 6:33]. Saya akan katakan kepada Anda, saudara dan saudari, kita boleh mencobanya sepanjang hari-hari kehidupan kita, kita boleh mencoba setiap jalan dan setiap asas di dunia ini dan kita sebagai Orang Suci tidak dapat menjadi makmur dengan cara kerja apa pun daripada dengan pertama-tama mencari kerajaan surga dan segala kebenarannya; ketika kita melakukan ini tidak akan ada berkat, tidak akan ada kebaikan, tidak ada permuliaan, karunia, kasih karunia, hasrat, atau apa pun yang baik yang dapat diinginkan manusia yang bermanfaat, dan yang baik untuk sepanjang waktu dan untuk kekekalan, kecuali yang akan diberikan kepada kita.

Ada banyak orang yang telah berusaha untuk mencari kebahagiaan terlepas dari pertama-tama mencari kerajaan surga, … tetapi mereka selalu mendapatkannya merupakan upaya pendakian yang terjal, dan begitulah dengan kita jika kita mencobanya.19

Sasaran kita tinggi. Kita membidik untuk sebuah tempat di dalam kerajaan selestial Allah, untuk mendapatkan kehidupan kekal, yang terbesar di antara semua karunia Allah bagi manusia. Semua kehormatan, kemuliaan dan kekayaan dunia ini hendaknya terbenam dalam keremehan di dalam benak kita dibandingkan dengan sebuah warisan di hadirat Allah dan Anak Domba, bersama dengan semua nabi, rasul dan orang suci, termasuk keluarga ayah kita. Sementara yang satu cepat berlalu dan segera akan lenyap, yang satunya bertahan selamanya.20

Pertimbangkanlah gagasan-gagasan berikut ketika Anda mempelajari bab ini atau ketika Anda mempersiapkan diri untuk mengajar. Untuk bantuan tambahan, lihat halaman v–xi.

  • Apa yang dilakukan Presiden Wilford Woodruff untuk mengikuti asas-asas yang disajikan dalam bab ini? [lihat halaman 251, 253].

  • Mengapa kita “tidak dapat memisahkan yang jasmani [duniawi] dari yang rohani”? [lihat halaman 253–254; lihat juga A&P 29:34–35]. Bagaimana kita dapat menerapkan kebenaran ini di dalam kehidupan kita sehari-hari? dalam pelayanan Gereja kita?

  • Presiden Woodruff mengamati bahwa banyak orang tidak mengikuti nasihat Tuhan dalam hal-hal jasmani [duniawi]. Menurut Anda mengapa demikian? [lihat halaman 254–255]. Nasihat apa yang telah diberikan Presiden Gereja saat ini mengenai hal-hal jasmani [duniawi]?

  • Ulaslah alinea ketiga di halaman 256. Apa beberapa manfaat dari kerja fisik? Menurut Anda apa artinya “menjadi penghasil [produsen], dan bukan pemakai [konsumen] semata”?

  • Peringatan apa yang diberikan Presiden Woodruff mengenai uang? [lihat halaman 257–262]. Nasihat apa yang diberikannya mengenai utang dan kredit? Apa yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan sudut pandang yang tepat?

  • Dalam hal apa persepuluhan dan sumbangan adalah “bagi manfaat kita secara perorangan dan manfaat anak-anak kita”? [lihat halaman 257].

  • Apa artinya ajaran Juruselamat dalam Matius 6:33 bagi Anda? [lihat juga halaman 259–262]

  • Periksalah kembali bab ini, carilah asas-asas yang hendaknya diajarkan orang tua kepada anak-anak mereka. Apakah hal-hal tertentu yang dapat dilakukan orang tua dengan anak-anak mereka untuk mengajarkan asas-asas ini? Pengalaman apa yang telah Anda peroleh dalam mempelajari dan mengajarkan asas-asas ini?

Tulisan Suci Terkait: Maleakhi 3:8–11; Matius 6:19–21; Yakobus 2:14–26; Yakub 2:12–19; A&P 42:42; 58:26–28

Catatan

  1. Deseret News, 4 Maret 1857, 411.

  2. Latter-day Saint Biographical Encyclopedia, 4 jilid [1901–1936], 1:26.

  3. J. M. Tanner, “Character Sketch,” dalam Matthias F. Cowley, Wilford Woodruff: History of His Life and Labors as Recorded in His Daily Journals [1964], 644–645.

  4. Deseret News, 30 Juli 1862, 33.

  5. Deseret Weekly, 25 Agustus 1894, 289.

  6. Deseret News, 22 Mei 1872, 216.

  7. The Discourses of Wilford Woodruff, diseleksi oleh G. Homer Durham [1946], 164–165.

  8. Deseret News: Semi-Weekly, 23 Juni 1874, 1.

  9. Deseret News: Semi-Weekly, 22 Januari 1884, 1.

  10. Deseret News, 22 Mei 1872, 216.

  11. The Discourses of Wilford Woodruff, 267.

  12. “An Epistle to the Members of The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints,” Millennial Star, 14 November 1887, 733.

  13. Deseret Weekly, 25 Agustus 1894, 290.

  14. The Discourses of Wilford Woodruff, 173–174.

  15. Deseret News, 4 Februari 1857, 379.

  16. Millennial Star, 14 November 1887, 727.

  17. Millennial Star, 14 November 1887, 728–729.

  18. Deseret News: Semi-Weekly, 29 Februari 1876, 1.

  19. Deseret News, 4 Maret 1857, 410.

  20. “Epistle,” Contributor, April 1887, 237.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề