Aspek apa saja yang harus diperhatikan saat mengkritik sebuah karya musik

Lihat Foto

KOMPAS.com/NIBRAS NADA NAILUFAR

Ilustrasi majalah musik

KOMPAS.com - Kritik musik sudah dilakukan sejak tahun 500 SM. Kritik musik pertama kali dilakukan oleh dua orang Yunani, yakni Xenophones dan Heraclitus.

Kala itu, Xenophones dan Heraclitus mengkritik seorang pujangga besar bernama Homerus yang saat bernyanyi sering membicarakan hal tidak pantas tentang dewa dan dewi.

Sejak saat itu, kritik musik sering digunakan untuk membantu memperbaiki sebuah karya musik dan sebagai bentuk apresiasi.

Tahukah kamu apa itu kritik musik?

Pengertian kritik musik

Menurut Ketut Wisnawa dalam buku Seni Musik Tradisi Nusantara [2020], kritik musik berasal dari kata 'kritik' dan kata 'musik'. Kata 'kritik' berasal dari Bahasa Yunani yakni krinein yang  berarti memisahkan serta merinci.

Maka dapat disimpulkan jika kritik musik merupakan upaya penganalisaan dan pemberian evaluasi terhadap sebuah karya musik, tujuannya agar dapat meningkatkan pemahaman tentang musik, memperluas apresiasi serta membantu memperbaiki sebuah karya musik.

Analisa yang dilakukan terhadap sebuah karya musik harus dilakukan secara mendalam. Misalnya dari segi pesan dan unsurnya yang tidak boleh menjatuhkan pihak tertentu.

Kritik musik dilakukan agar sebuah karya musik bisa berkembang ke arah yang lebih baik. Dalam penyampaiannya, kritik harus dilakukan secara profesional dengan menggunakan dasar-dasar pemahaman musik yang bersifat objektif, tanpa unsur subjektikf sedikitpun.

Baca juga: Fungsi Kritik Karya Seni

Lihat Foto

Thomas Stanley, [1655], The history of philosophy: containing the lives, opinions, actions and Discourses of the Philosophers of every Sect, illustrated with effigies of divers of them.

Potret Xenophanes dari abad ke-17

Sejarah kritik musik

Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan [Kemdikbud], sejarah kritik musik dapat dibagi menjadi empat bagian, yakni:

Kritik musik awal

Kritik musik awal dilakukan oleh Xenophones dan Heraclitus pada tahun 500 SM, terhadap Homerus, seorang pujangga besar.

Kritik musik Renaissance

Kritik musik Renaissance dilakukan pertama kali oleh Polizianus pada 1492. Ia menggunakan istilah criticus dan grammaticus. 

Kemudian secara perlahan kritik musik modern mulai berkembang. Namun, dalam perkembangannya, beberapa penyair mulai merasa terganggu karena merasa kreatifitas mereka diusik.

Kritik musik di Inggris

Pada saat Ratu Elizabeth memimpin Inggris di abad ke-16, istilah kritik belum digunakan. Namun, buku Francis Bacon yang berjudul 'Advancement of Learning' dianggap sebagai kritik pertama terhadap sastra musik di Inggris pada 1605.

Kritik musik di Indonesia

Awalnya kritik musik bukanlah tradisi masyarakat Indonesia. Namun, pada awal abad ke-20, kritik musik mulai muncul setelah sastrawan Indonesia mendapat pengajaran dengan sistem Eropa.

Fungsi kritik musik

Kritik musik memiliki empat fungsi utama, yakni:

  1. Kritik musik berfungsi sebagai bentuk pengenalan akan sebuah karya musik serta memperluas wawasan masyarakat.
  2. Kritik musik merupakan upaya untuk menghubungkan pencipta musik, penyaji musik serta pendengarnya.
  3. Kritik musik berfungsi sebagai bentuk evaluasi terhadap pencipta musik serta penyajinya.
  4. Kritik musik dapat membantu mengembangkan kualitas sebuah karya musik.

Kritik musik adalah uraian dan pertimbangan baik atau buruk terhadap suatu hasil karya seni musik yang diiringi oleh pendapat untuk memperbaiki atau sekedar memuji, dsb. Mungkin saat kita mendengar kritik maka kita akan langsung mengartikannya pada sesuatu yang negatif seperti kecaman. Padahal, kritik dapat bersifat membangun. Namun jika hanya disampaikan secara subjektif dan tidak benar-benar menunjukkan apa yang kurang justru dapat membuat orang takut, marah atau kehilangan motivasi.

Oleh karena itu, kritik haruslah objektif [tidak bersifat pribadi] dan harus adil, sehingga kritik tidak akan bersifat menjatuhkan, namun justru menaikan rasa percaya diri seseorang. Jika kita adalah pihak yang dikritik, bagaimana respons kita ketika seseorang mengkritik kesalahan yang kita lakukan dalam pertunjukan? Bagaimana perasaan kita ketika menerima kritik dari penonton yang menganggap bahwa permainan musik kita tidak sebaik musisi profesional? Ya, empati juga harus menjadi bagian dari kritik.

Namun sejatinya kritik dilakukan untuk mencari aspek-aspek apa saja yang menarik dan membuat suatu karya tampak berbeda dari yang lain. Mengapa? Karena berdasarkan pemilahan dan pengamatan terhadap aspek-aspek tersebut kita dapat melakukan penilaian baik dan buruk secara objektif. Saat kita menilai baik dan buruknya, maka kita juga mampu memberikan evaluasi bermanfaat yang dapat membantu seniman atau dunia seni secara umum dapat menelurkan karya yang lebih baik lagi.

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah berbagai pemaparan mengenai kritik musik, dimulai dari pembahasan ulang mengenai pengertian kritik terlebih dahulu.

Pengertian Kritik

Sebetulnya apa apa pengertian dari kritik? Jika mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia [2008], kritik diartikan sebagai kecaman, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik atau buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Berdasarkan pengertian tersebut, kritik musik dapat diartikan sebagai pertimbangan baik atau buruk terhadap kemampuan seseorang atau kelompok dalam memproduksi musik/lagu atau karya musik dalam pertunjukan seni [Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 85].

Dengan kata lain, kritik musik dalam pertunjukan seni memperlihatkan aspek atau objek dari kritik, yaitu unsur musik yang meliputi:

  1. nada,
  2. ritme,
  3. harmoni,
  4. intensitas,
  5. warna suara,
  6. interpretasi, dan
  7. ekspresi.

Kemampuan Dasar Kritik Musik

Berdasarkan pengertian kritik di atas, terdapat beberapa kemampuan dasar kritik yang harus dimiliki oleh seorang kritikus musik. Seorang kritikus harus memiliki beberapa kemampuan dasar, di antaranya:

  1. Seorang kritikus harus memiliki kemampuan atau pengalaman untuk mengobservasi atau mengamati suatu lagu dengan teliti.
  2. Kedua, seorang kritikus harus memiliki kemampuan atau pengalaman mendengarkan lagu dari beragam genre musik, seperti pop, jazz, klasik Barat, keroncong, dangdut, tradisi, dan lain-lain.
  3. Selanjutnya, seorang kritikus musik juga harus memiliki wawasan untuk memahami bagaimana suatu lagu atau musik sebaiknya dihasilkan oleh musisi [penyanyi atau pemain musik] sehingga terdengar lebih menarik bagi penonton atau pendengar [Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 86].

Jenis Kritik Musik

Pada saat kita mempelajari kritik, secara otomatis kita sedang menjadi seorang kritikus yang berjibaku pada kritik musik dalam pembelajaran. Ihwal jenis kritik musik dalam pembelajaran ini dilakukan berdasarkan klasifikasi jenis kritik yang memang bermacam-macam sehingga akan menerapkan metode atau cara kritik yang berbeda pula.

Oleh karena itu, pembahasan terhadap kritik pedagogik atau pembelajaran akan menjadi salah satu jalan terbaik ketika kita ingin memulai pelayaran dalam mempelajari kritik musik. Hal ini karena banyak aspek objektif yang dapat dipelajari sehingga kita mampu menjadi kritikus yang baik dan bermanfaat bahkan ketika kita akan menjejali jenis kritik musik lainnya.

Namun, sebetulnya terdapat jenis kritik musik apa saja yang dapat kita terapkan pada kritik musik ini? Menurut Sem C. Bangun [2011] terdapat empat jenis kritik seni, yaitu kritik jurnalistik, pedagogik, ilmiah, dan populer.

  1. Kritik pedagogik adalah kritik yang bertujuan untuk memotivasi bakat dan potensi pelajar atau seniman yang baru belajar [Bangun, 2011].
  2. Kritik jurnalistik merupakan kritik yang ditujukan untuk khalayak umum sehingga disajikan dengan ringan dan menggunakan bahasa populer, namun masih tetap bersifat objektif dan dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya.
  3. Kritik ilmiah adalah kritik musik yang ditujukan untuk ilmu pengetahuan, sehingga bersifat sangat objektif dan disertai dengan berbagai teori serta fakta ilmiah yang disajikan secara sistematis.
  4. Kritik populer adalah kritik yang disajikan semenarik dan seringan mungkin, sehingga seluruh kalangan dapat tertarik dan ingin membaca kritik yang ditulis. Sehingga pada kritik jenis ini, biasanya hanya karya yang menyita banyak perhatian serta yang dianggap paling menarik publik saja yang ditonjolkan.

Cara dan Langkah-Langkah Penulisan Kritik Musik

Lalu sebetulnya bagaimana kita dapat memulai menulis kritik musik? Menurut Tim Kemdikbud [2018, hlm. 91] cara menyampaikan kritik musik dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.

  1. Kritik hendaknya disusun dengan kata-kata yang sopan dan terarah.
  2. Kritik hendaknya tidak disusun secara emosional.
  3. Suatu kritik yang baik adalah kritik yang mampu memberikan jalan keluar mengatasi kekurangan dan kelemahan karya seni memuju perbaikan dan kepuasan.
  4. Ungkapan kritik hendaknya menjadi dasar analisis suatu karya seni.
  5. Dalam penulisan kritik yang baik, kita juga harus bertanya bagaimana kritik pedagogik dapat memberikan suatu asupan ilmu dalam pembelajaran musik secara umum baik di sekolah maupun di berbagai kesempatan belajar non-formal.

Langkah-Langkah Penulisan Kritik Musik

Pada hakikatnya, aktivitas kritik seni berhubungan dengan aktivitas musik yang dilakukan secara konkrit. Berdasarkan teori kritik yang dikemukakan oleh Feldman [1967 dalam Bangun 2001] dalam teori kritik seni dikenal empat tahap atau langkah kegiatan kritik, yaitu:

  1. deskripsi,
  2. analisis formal,
  3. interpretasi, dan
  4. evaluasi atau penilaian.

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing langkah penulisan kritik musik.

1. Tahap Deskripsi

Tahap deskripsi mengacu pada suatu proses pengumpulan data yang secara langsung diperoleh oleh kritikus. Dalam tahap ini, kritikus hanya mengemukakan hasil pengamatannya terhadap suatu objek, yaitu musik atau pertunjukan musik. Penilaian bagus atau tidak bagus; benar atau salah tidak termasuk pada tahap ini.

Contoh tahap deskripsi misalnya adalah mengemukakan pengamatan kritikus terhadap permainan musik pemusik lain dan mengemukakan bagaimana cara seorang pemusik mengekspresikan musik yang ia mainkan. Dalam tahap ini pemusik yang memberi kritik tidak mengatakan bahwa permainan musik tidak ekspresif atau kurang bagus.

2. Tahap Analisis Formal

Analisis formal adalah suatu proses analisis yang dilakukan oleh seseorang yang memberi kritik terhadap musik yang dimainkan. Dalam tahap ini, kritikus mengemukakan hasil analisisnya tentang bunyi yang dihasilkan, baik nada, ritme, harmonisasi akor, dinamika, atau warna suara dari musik atau lagu yang dimainkan. Dengan kata lain, tahap analisis formal ini lebih menekankan pada elemen-elemen musik yang ada dalam suatu musik, seperti bagaimana nada atau ritme yang disajikan, dsb.

3. Tahap Interpretasi

Interpretasi mengacu pada tahap ketika kritikus memaknai musik berdasarkan pemahaman dan analisis yang telah dilakukannya dengan teliti. Menurut Bangun [2011], tahap ini juga tidak bertujuan untuk menilai musik yang diamati. Misalnya, seperti apa ekspresi, emosi, atau pesan yang disampaikan oleh suatu musik pada pendengar.

4. Tahap evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses ketika kritikus menyatakan pandangan atau kritiknya terhadap musik yang dimainkan. Pada tahap ini lah kritikus memberi penilaian. Namun, penilaian yang diberikan oleh seorang kritikus bukan penilaian subjektif yang tidak berdasar, tetapi penilaian yang dilatarbelakangi oleh pemahaman mendalam terhadap musik, kemampuan menganalisis musik, dan kemampuan memaknai musik yang dimainkan.

Inti pada tahap evaluasi ini adalah untuk menentukan ‘baik’ atau ‘buruk’, ‘benar’ atau ‘salah’, atau ‘berhasil’ atau ‘gagal’. Penilaian terhadap ‘baik’, ‘benar’, atau ‘berhasil’ berhubungan dengan penilaian-penilaian positif yang ditemukan kritikus, sedangkan penilaian terhadap ‘buruk’, ‘salah’, atau ‘gagal’ berhubungan dengan penilaian-penilaian negatif.

Referensi

  1. Tim Kemdikbud. [2018]. Seni Budaya X, semester 2. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
  2. Sem C. Bangun. [2011]. Kritik Seni. Bandung: ITB Press.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề