Baik buruk perbuatan manusia, cepat atau lambat pasti mendatangkan akibat dalam Panca Sradha disebut

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Apan iking janma mangke, pagawayang subhasubhakarma juga ya, ikang ri pena pabhuktyan karmaphala ika, kalinganya, ikang subhasubhakarma mangke ri pena ika an kabukti phalanya, ri pegatni kabhuktyanya, mangjanma ta ya muwah, tumuta wasananing
karmaphala, wasana ngaraning sangakara, turahning ambematra, ya tinutning paribhasa, swargacyuta, narakasyuta, kunang ikang subhasubhakarma ri pena, tan paphala ika, matangnyan mangke juga pengponga subha asubhakarma."

            Terlahir sebagai manusia adalah kesempatan untuk melakukan perbuatan bajik dan jahat, yang hasilnya akan dinikmati di akherat. Apapun yang diperbuat dalam kehidupan ini hasilnya akan dinikmati di akherat; setelah menikmati pahala akherat, lahirlah lagi ke bumi. Di akherat tidak ada perbuatan apapun yang berpahala. Sesungguhnya hanya perbuatan di bumi inilah yang paling menentukan. Sarasamuscaya [1,7].

            Karmaphala merupakan salah satu dari lima keyakinan atau biasa disebut dengan Panca Sradha dari Agama Hindu serta filsafat dari agama Dharmik. Berasal dari dua kata yaitu karma dan phala. Karma berarti "perbuatan/ aksi" dan phala berarti "buah/ hasil". Jadi Karmaphala adalah "buah dari perbuatan", baik yang telah dilakukan maupun yang akan dilakukan.

            Karmaphala memberi keyakinan kepada setiap manusia, bahkan semua makhluk hidup. Dalam ajaran karmaphala semua perbuatan akan mendatangkan hasil. Karma selalu berlaku bagi mereka yang tidak percaya akan apa yang mereka buat, maka hal itu juga yang akan mereka dapatkan. Karma Phala merupakan sebuah Hukum kausalitas bahwa setiap perbuatan akan mendatangkan hasil. Dalam konsep Hindu, berbuat itu terdiri atas tiga perbuatan [Tri Kaya Parisudha] yaitu: perbuatan melalui pikiran, perbuatan melalui perkataan, dan perbuatan melalui tingkah laku, Ketiganya lah yang akan mendatangkan hasil bagi yang berbuat. Kalau perbuatannya baik, hasilnya pasti baik, begitu  juga sebaliknya.

            Perbuatan yang buruk atau Asubha karma mengakibatkan Atma jatuh ke Neraka, dimana ia mengalami segala macam siksaan. Apabila hasil perbuatan jahat itu sudah habis terderita, maka ia akan menjelma kembali ke dunia sebagai binatang atau manusia sengsara [Neraka Syuta]. Akan tetapi, jika perbuatan -- perbuatan yang dilakukan baik maka berbagai kebahagiaan hidup akan dinikmati di sorga. Dan bila hasil dari perbuatan -- perbuatan baik itu sudah habis dinikmati, kelak menjelma kembali ke dunia sebagai orang yang bahagia dengan mudah ia mendapatkan pengetahuan yang utama.

Dilihat dari sudut waktu, Karma phala dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

  1. Sancita karma phala merupakan hasil dari perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita sekarang. Apabila karma pada kehidupan terdahulu kita baik, maka kehidupan kita sekarang akan baik pula dan sebaliknya, apabila perbuatan terdahulu kita buruk maka kehidupan kita yang sekarang akan buruk [menderita, sengsara, susah]
  2. Prarabda karma phala merupakan hasil dari perbuatan kita pada kehidupan sekarang ini tanpa ada sisanya, sewaktu masih hidup telah dapat memetik hasilnya, atas karma yang dibuat sekarang. Nah dengan menanam kebijaksanaan dan kebajikan pada orang lain beberapa waktu kemudian dalam hidupnya akan menerima sebuah pahala, berupa kebahagiaan. Sebaliknya apabila kita berbuat dosa, maka dalam hidup dirasakan dan diterima hasilnya berupa penderitaan akibat dari dosa tersebut.
  3. Kriyamana karma phala merupakan pahala dari perbuatan yang tidak dapat dinikmati langsung pada kehidupan saat berbuat. Namun, akibat dari perbuatan pada kehidupan sekarang akan di terima pada kehidupan yang akan datang, setelah orang tersebut mengalami proses kematian serta pahalanya pada kelahiran berikutnya. Apabila karma pada kehidupan yang sekarang baik maka pahala pada kehidupan selanjutnya adalah hidup bahagia, dan apabila karma pada kehidupan sekarang perbuatannya buruk maka pahala yang akan diterima nantinya berupa kesengsaraan.

           Cepat atau lambat, dalam kehidupan sekarang maupun nanti, semua pahala dari perbuatan pasti diterima karena sudah merupakan hukum karma bagi kita. Kita tidak bisa menghindari hasil perbuatan yang sudah kita perbuat baik maupun buruk. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang dilengkapi dengan bekal kemampuan berpikir, patutlah sadar bahwa penderitaan dapat diatasi dengan memilih perbuatan baik. Manusia dapat berbuat atau menolong dirinya dari keadaan sengsara dengan jalan berbuat baik, demikianlah keuntungan yang dapat menjelma menjadi manusia.

           Hukum karma ini sangat berkaitan dengan Samsara atau yang biasa disebut Punarbhawa yang artinya lahir kembali ke dunia secara berulang-ulang. Kelahiran kembali ini terjadi karena adanya atma yang masih diliputi oleh keinginan serta kemauan yang berhubungan dengan keduniawian.

           Kehidupan ini sesungguhnya adalah sengsara, sebagai hukuman yang diakibatkan oleh perbuatan atau karma di masa kelahiran yang lampau. Waktu pembebasan diri dari samsara, tergantung pada perbuatan baik kita yang lampau [ atita ] yang akan datang [ nagata ] dan sekarang [ wartamana ].

           Pemberhentian dari samsara yang berarti sudah mencapai penyempurnaan atma dan mencapai moksa yang dapat dicapai di dunia ini juga. Pengalaman kehidupan samsara ini dialami oleh Dewi Amba dalam cerita Mahabharata yang lahir menjadi Sri Kandi, yang selanjutnya keyakinan adanya Punarbhawa ini akan menimbulkan tindakan sebagai berikut :

  1. Pitra Yadnya dimana kita memberikan korban suci terhadap leluhur kita, karena kita percaya leluhur itu masih hidup di dunia ini yang lebih halus.
  2. Pelaksanaan dana Punia [amal saleh], karena perbuatan ini akan membawa kebahagiaan setelah meninggal.
  3. Berusaha menghindari semua perbuatan yang buruk karena jika perbuatan buruk tidak kita hindari akan membawa kita ke alam neraka atau menglami kehidupan yang lebih buruk lagi.

           Jadi dalam kaitannya karma dengan kelahiran kembali yaitu dengan menghindari karma buruk dengan Moksa [ Percaya dengan adanya kebahagiaan rokhani ]

Untuk sinetron, lihat Karmapala.

Karmaphala atau karmapala adalah salah satu dari lima keyakinan [Panca Sradha] dari Agama Hindu serta filsafat dari agama Dharmik. Berakar dari dua kata yaitu karma dan phala. Karma berarti "perbuatan", "aksi", dan phala berarti "buah", "hasil". Karmaphala berarti "buah dari perbuatan", baik yang telah dilakukan maupun yang akan dilakukan.

Ilustrasi dari proses karma phala

Karmaphala memberi optimisme kepada setiap manusia, bahkan semua makhluk hidup. Dalam ajaran ini, semua perbuatan akan mendatangkan hasil. Apapun yang kita perbuat, seperti itulah hasil yang akan kita terima. Yang menerima adalah yang berbuat, dan efeknya kepada orang lain. Karma Phala adalah sebuah Hukum kausalitas bahwa setiap perbuatan akan mendatangkan hasil. Dalam konsep Hindu, berbuat itu terdiri atas: perbuatan melalui pikiran, perbuatan melalui perkataan, dan perbuatan melalui tingkah laku, Ketiganya lah yang akan mendatangkan hasil bagi yang berbuat.Kalau perbuatannya baik, hasilnya pasti baik, demikian pula sebaliknya.

Karma phala terbagi atas tiga jenis, yaitu:

  1. Sancita Karma Phala merupakan jenis phala/hasil yang diterima pada kehidupan sekarang atas perbuatannya di kehidupan sebelumnya.
  2. Prarabdha Karma Phala merupakan jenis perbuatan yang dilakukan pada kehidupan saat ini dan phalanya akan diterima pada kehidupan saat ini juga.
  3. Kryamana Karma Phala merupakan jenis perbuatan yang dilakukan pada kehidupan saat ini, namun phalanya akan dinikmati pada kehidupan yang akan datang.

Beberapa ayat atau sloka tentang karma:

Bhagawad Gita

karmany evadhikaras te
ma phalesu kadacana
ma karma-phala-hetur bhur
ma te sango 'stv akarmani


Engkau berhak melakukan tugas kewajibanmu yang telah ditetapkan, tetapi engkau tidak berhak atas hasil perbuatan. Jangan menganggap dirimu penyebab hasil kegiatanmu, dan jangan terikat pada kebiasaan tidak melakukan kewajibanmu.

Bhagawad Gita [II, 47][1]

Sarasamuscaya

Apan iking janma mangke, pagawayang subhasubhakarma juga ya, ikang ri pena
pabhuktyan karmaphala ika, kalinganya, ikang subhasubhakarma mangke ri pena ika an
kabukti phalanya, ri pegatni kabhuktyanya, mangjanma ta ya muwah, tumuta wasananing
karmaphala, wasana ngaraning sangakara, turahning ambematra, ya tinutning paribhasa,
swargacyuta, narakasyuta, kunang ikang subhasubhakarma ri pena, tan paphala ika,
matangnyan mangke juga pengponga subha asubhakarma.


Terlahir sebagai manusia adalah kesempatan untuk melakukan perbuatan bajik dan jahat,
yang hasilnya akan dinikmati di akherat. Apapun yang diperbuat dalam kehidupan ini
hasilnya akan dinikmati di akherat; setelah menikmati pahala akherat, lahirlah lagi ke
bumi. Di akherat tidak ada perbuatan apapun yang berpahala. Sesungguhnya hanya
perbuatan di bumi inilah yang paling menentukan.

Sarasamuscaya [I,7]

  • Panca Sradha Contoh dari bagian karma phala dan akarma

  1. ^ Prabhupada, Bhaktivedanta Swami [1986]. Bhagavad Gita As It Is [dalam bahasa Inggris]. Bhakti Vedanta Book Trust. hlm. 164–167. 

 

Artikel bertopik agama Hindu ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Karmaphala&oldid=19249761"

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề