Bangsa Arab yang menyembah matahari bintang dan bulan adalah suku

RIBUAN orang yang terdiri atas warga masyarakat, santri, wali santri, dan kaum muslimin, menghadiri selapanan Malam Ahad Legi dan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kampus 1 Pondok Pesantren Askhabul Kahfi, Kelurahan Polaman Mijen Kota Semarang.

Melalui momen selapanan dan peringatan Maulid Nabi tersebut, pengasuh Ponpes Askhabul Kahfi KH Masruchan Bisri, menyampaikan tentang bangsa Arab sebelum Islam. Menurut beliau, kondisi sosial masyarakat Arab saat itu terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu Khadhori [penduduk kota] dan Badui [penduduk gurun].

“Ciri-ciri penduduk Khadhori, yaitu bertempat tinggal tetap, mengerti dan mengenal tata cara mengelola tanah pertanian dan mengenal tata cara perdagangan, bahkan relasi/hubungan mereka telah sampai ke mancanegara. Adapun ciri-ciri masyarakat Badui yaitu tempat tinggalnya berpindah-pindah dari tempat satu ke tempat yang lain, di tengah perjalanan, biasanya mereka mendirikan kemah untuk istirahat, dan berburu serta menyerang musuh dengan mengendarai unta,” terang Kyai.

Agama, Kepercayaan, dan Budaya

Sebelum Islam lahir, masyarakat Arab mempunyai beberapa agama dan kepercayaan, yaitu pertama, Agama Saba`iyyah [menganggap bahwa matahari dan bintang-bintang adalah Tuhan yang memiliki kekuatan]. Agama ini dianut oleh Arab Qohthon [Kaum Saba`]. Kedua, Yahudi. Agama ini banyak dianut penduduk Yaman. Ketiga, Nasrani, yang banyak dianut di Arab Utara, Hijaz, dan Yatsrib.

Adapun Mekkah, mayoritas penduduknya adalah penyembah berhala, bebatu-batuan dan pepohonan. Tidak kurang dari 360 berhala diletakkan di sekeliling Ka`bah, karena setiap Kabilah membuat sendiri-sendiri. Adapun budaya Bangsa Arab sebelum Islam dinamakan budaya jahiliyyah, yaitu budaya yang dilandasi untuk kesenangan dan kepuasan hawa nafsu pribadi. Budaya ini ditandai dengan tradisi minuman keras, berjudi, suka berkelahi, mudah berperang dan tidak menghormati wanita.

Bangsa Arab sangat menyukai minuman keras yang terbuat dari sari buah Anggur. Mereka senantiasa menghidangkan minuman keras pada upacara adat, keagamaan, perkawinan, dan upacara-upacara lainnya. Bangsa Arab mudah bermusuhan antar suku, untuk berebut status sosial dan kekuasaan, sehingga hal-hal yang kecil dan sepele dapat memicu pertikaian bahkan peperangan. Setiap kabilah atau suku bertanggung jawab atas nama suku dan membela semua anggotanya baik dalam kebenaran maupun dalam kesalahan.

Bangsa Arab menjadikan janda sebagai barang yang dapat diwariskan kepada anak laki-laki, sehingga banyak anak laki-laki mengawini janda ayahnya. Diantara adat dan budaya yang lebih buruk lagi ialah membunuh anak perempuan dan menguburnya dalam keadaan masih hidup, karena mereka merasa malu mempunyai anak perempuan dan beranggapan bahwa anak perempuan tidak dapat di ajak berperang, mencari penghasilan, dan sebagainya.

Itulah potret dan gambaran perbuatan serta kebudayaan bangsa Arab pada masa jahiliyyah dan sebelum datangnya Islam. Dalam kondisi seperti itu, Allah SWT mengangkat Muhammad sebagai Nabi dan Rasul-Nya dalam usia 40 tahun enam bulan delapan hari [Qomariyah] atau 39 tahun tiga bulan delapan hari [Syamsyiyah].

Page 2

Nabi diutus untuk mereformasi atau merubah dan memperbaiki akhlak yang buruk dan tercela dengan menurunkan wahyu-Nya berupa kitab Al Quranul Karim yang suci dan murni. Alquran yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW, ialah Surat Al-Alaq/ Surat Iqro` / Al-Qolam  pada Malam Jumat, 17 Ramadan, bertepatan dengan 6 Agustus 610 M, ketika Nabi bertahanus di Gua Hira dengan perantara Malaikat Jibril AS.

Gua Hira berada di Jabal Nur. Dinamakan Jabal Nur karena gunung ini memancarkan cahaya kenabian, sekitar enam kilometer sebelah utara Kota Mekkah, sebelah timur laut dari arah Masjidil Haram. Tingginya lebih dari 642 m. Sebelum sampai ke puncak, terdapat telaga yang tidak berair, panjangnya delapan meter, lebar dan dalamnya enam meter. Kira-kira 20 meter dari puncak Jabal Nur terletak Gua Hira. Di dalam Gua Hira`, dapat memuat tiga orang shalat berdiri dan memuat dua orang tidur berdampingan.

Inti Ajaran Alquran

Kyai Masruchan menyampaikan, inti ajaran Alquran ada lima, yaitu pertama keimanan dan ketauhidan. Inti keimanan yang diajarkan Alquran ialah keimanan bahwa Allah SWT itu Maha Esa dan tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa, dan tidak ada yang menyekutuinya. QS Al Ikhlas ayat 1-4, yang artinya ” Katakanlah! Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Tidak ada sesuatupun yang setara dengan-Nya”.

Kedua, keakhlakan. Alquran mengajarkan akhlak yang mulia kepada manusia dan melarang akhlak buruk serta tercela. Akhlak mulia yang di ajarkan oleh Al Qur`an, antara lain hormat kepada orang tua, kasih sayang kepada sesama, penolong, jujur, rendah hati, lembut, santun, ramah, dan lainnya. Al Quran juga melarang kepada manusia dari akhlak buruk atau tercela, seperti pembohong, takabbur, pemarah, berkhianat,pengganggu, menyakiti hati orang lain, menyebar kebencian, adu domba, dan sebagainya.

Ketiga, persamaan hak dan martabat. Alquran mengajarkan persamaan hak dan martabat manusia. Manusia mempunyai hak yang sama di hadapan hukum Allah SWT. Dan derajat manusia dihadapan Allah SWT ditentukan oleh nilai taqwanya, bukan pada nasab, status sosial, ilmu,, ketenaran, kecantikan, harta, dsb. Sebagaimana dijelaskan dalam QS Al Hujurat ayat 13: “ Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah, ialah yang paling taqwa diantara kalian”.

Keempat, sejarah para nabi dan kaumnya. Alquran menerangkan sejarah para nabi terdahulu seperti Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan lainnya. Sejarah tersebut menjelaskan persamaan ajaran para Nabi yaitu beriman kepada Allah yang Maha Esa. Alquran juga menjelaskan akibat orang-orang yang tidak mengikuti ajaran para nabinya. Mereka mendapatkan kenistaan dan kehinaan dari Allah SWT, seperti contoh, Raja Namrud dan pengikutnya yang menentang ajaran Nabi Ibrahim, Raja Fir`aun dan bala tentaranya yang tenggelam di Laut Kulzum atau Laut Merah karena menentang Nabi Musa, dan masih banyak contoh yang lain.

Kelima, al wa’du wa al wa’idu [janji /kKabar gembira dan ancaman]. Al Quran memberi kabar gembira [janji] kepada orang–orang yang beriman dan beramal shaleh, mereka akan mendapatkan balasan baik di dunia maupun di akherat. Di dunia akan hidup tentram, damai dalam rohani  dan sejahtera dalam jasmani. Dan di akhirat akan mendapat pahala yang besar, sebagaimana diterangkan dalam QS An Nahl ayat 27, yang artinya ”Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.

Sebaliknya bagi orang yang kafir dan munafik, mereka akan mendapatkan siksa yang amat pedih di akherat kelak nanti. Sebagaimana di jelaskan dalam  QS An-Nisa` ayat 56: ”Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat kami, kelak akan kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. Dalam Surat An-Nisa’ ayat 145, juga disebutkan ”Sesungguhnya orang-orang munafiq bertempat di dasarnya neraka“

Page 3

RIBUAN orang yang terdiri atas warga masyarakat, santri, wali santri, dan kaum muslimin, menghadiri selapanan Malam Ahad Legi dan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kampus 1 Pondok Pesantren Askhabul Kahfi, Kelurahan Polaman Mijen Kota Semarang.

Melalui momen selapanan dan peringatan Maulid Nabi tersebut, pengasuh Ponpes Askhabul Kahfi KH Masruchan Bisri, menyampaikan tentang bangsa Arab sebelum Islam. Menurut beliau, kondisi sosial masyarakat Arab saat itu terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu Khadhori [penduduk kota] dan Badui [penduduk gurun].

“Ciri-ciri penduduk Khadhori, yaitu bertempat tinggal tetap, mengerti dan mengenal tata cara mengelola tanah pertanian dan mengenal tata cara perdagangan, bahkan relasi/hubungan mereka telah sampai ke mancanegara. Adapun ciri-ciri masyarakat Badui yaitu tempat tinggalnya berpindah-pindah dari tempat satu ke tempat yang lain, di tengah perjalanan, biasanya mereka mendirikan kemah untuk istirahat, dan berburu serta menyerang musuh dengan mengendarai unta,” terang Kyai.

Agama, Kepercayaan, dan Budaya

Sebelum Islam lahir, masyarakat Arab mempunyai beberapa agama dan kepercayaan, yaitu pertama, Agama Saba`iyyah [menganggap bahwa matahari dan bintang-bintang adalah Tuhan yang memiliki kekuatan]. Agama ini dianut oleh Arab Qohthon [Kaum Saba`]. Kedua, Yahudi. Agama ini banyak dianut penduduk Yaman. Ketiga, Nasrani, yang banyak dianut di Arab Utara, Hijaz, dan Yatsrib.

Adapun Mekkah, mayoritas penduduknya adalah penyembah berhala, bebatu-batuan dan pepohonan. Tidak kurang dari 360 berhala diletakkan di sekeliling Ka`bah, karena setiap Kabilah membuat sendiri-sendiri. Adapun budaya Bangsa Arab sebelum Islam dinamakan budaya jahiliyyah, yaitu budaya yang dilandasi untuk kesenangan dan kepuasan hawa nafsu pribadi. Budaya ini ditandai dengan tradisi minuman keras, berjudi, suka berkelahi, mudah berperang dan tidak menghormati wanita.

Bangsa Arab sangat menyukai minuman keras yang terbuat dari sari buah Anggur. Mereka senantiasa menghidangkan minuman keras pada upacara adat, keagamaan, perkawinan, dan upacara-upacara lainnya. Bangsa Arab mudah bermusuhan antar suku, untuk berebut status sosial dan kekuasaan, sehingga hal-hal yang kecil dan sepele dapat memicu pertikaian bahkan peperangan. Setiap kabilah atau suku bertanggung jawab atas nama suku dan membela semua anggotanya baik dalam kebenaran maupun dalam kesalahan.

Bangsa Arab menjadikan janda sebagai barang yang dapat diwariskan kepada anak laki-laki, sehingga banyak anak laki-laki mengawini janda ayahnya. Diantara adat dan budaya yang lebih buruk lagi ialah membunuh anak perempuan dan menguburnya dalam keadaan masih hidup, karena mereka merasa malu mempunyai anak perempuan dan beranggapan bahwa anak perempuan tidak dapat di ajak berperang, mencari penghasilan, dan sebagainya.

Itulah potret dan gambaran perbuatan serta kebudayaan bangsa Arab pada masa jahiliyyah dan sebelum datangnya Islam. Dalam kondisi seperti itu, Allah SWT mengangkat Muhammad sebagai Nabi dan Rasul-Nya dalam usia 40 tahun enam bulan delapan hari [Qomariyah] atau 39 tahun tiga bulan delapan hari [Syamsyiyah].

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề