Berikut ini bukan merupakan ciri tari pada zaman Hindu yaitu

Jawaban:

1 Gerak-gerak tari mulai disusun secara sungguh-sungguh.

2 Pertunjukan karya tari mulai difungsikan.

3 Karya tari mendapatkan perhatian dan dukungan dari para raja dan bangsawan sehingga karya tari mempunyai nilai artistik yang tinggi. Karya tari pada masa itu disebut sebagai karya tari tradisional.

4 Tema karya tari mulai beragam karena banyak mengambil tema dari cerita Mahabarata, Ramayana, dan cerita Panji.

5 Iringan karya tari juga mulai banyak jenisnya. Alat musik berupa cengceng, rebab, saron, dan seruling mulai digunakan.

Lihat Foto

Lilik Darmawan

Candi Arjuna, salah-satu candi di kompleks candi Dieng, saat ada acara yang melibatkan masyarakat.

KOMPAS.com - Candi merupakan salah satu contoh peninggalan kerajaan Hindu maupun Buddha. Hingga saat ini, keberadaan candi masih terus dihormati dan disakralkan.

Awalnya candi hanya digunakan oleh masyarakat Hindu. Tujuannya untuk memuliakan orang yang sudah meninggal, khususnya dari kalangan raja serta orang terhormat lainnya.

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan [Kemdikbud], candi dalam agama Hindu, sebenarnya berasal dari salah satu nama untuk Dewi Maut atau Dewi Durga Candika. Sehingga fungsi candi dalam agama Hindu digunakan sebagai sarana penghormatan orang yang telah meninggal.

Berbeda dengan hal itu, candi dalam agama Buddha digunakan sebagai sarana pemujaan dan untuk memuliakan dewa-dewanya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya stupa dalam bangunan candi agama Buddha.

Unsur terpenting dalam bangunan candi ialah bagian dari candi itu sendiri. Candi tersebut hendaknya melambangkan alam semesta dengan tiga bagiannya, yakni:

  1. Kaki candi yang melambangkan alam bawah tempat manusia hidup dan berada.
  2. Tubuh candi yang melambangkan alam tempat manusia yang sudah meninggalkan sifat duniawinya dan dalam keadaan suci menemui Tuhan.
  3. Puncak candi yang melambangkan alam atas tempat dewa-dewa berada.

Oleh karena candi Hindu dan Buddha memiliki perbedaan fungsi. Maka keduanya juga memiliki ciri khas bangunan candi yang berbeda.

Dalam struktur candi yang ditemukan di Indonesia, terdapat ciri budaya Indonesia yang menjadi bentuk akulturasi dari budaya Hindu-Buddha yaitu punden berundak.

Apa sajakah ciri khas dan candi Hindu dan candi Buddha?

Baca juga: Fungsi Candi dalam Agama Hindu

Ciri khas candi Hindu

Menurut Purwo Prihatin dalam buku Seni Rupa Indonesia dalam Perspektif Sejarah [2017], salah satu ciri khas dari candi Hindu ialah bentuk atapnya yang tinggi menjulang. Contohnya Candi Prambanan yang memiliki atap menjulang tinggi.

Lihat Foto

DOK. PUSKOMPUBLIK KEMENPAREKRAF

Kompleks Candi Prambanan.

Selain itu, candi Hindu juga memiliki beberapa ciri khas lainnya. Apa sajakah itu? Berikut penjelasannya yang dikutip dari buku Ensiklopedia Meyakini Menghargai, karya Ibn Ghifarie.
  1. Bentuk candi Hindu biasanya lebih ramping dan menjulang tinggi
    Candi Hindu memiliki bentuk bangunan yang lebih ramping, mungkin bentuk ruangannya seperti segi empat dan tidak terlalu lebar.
  2. Ada arca Dewa Trimurti
    Candi Hindu memiliki arca Dewa Trimurti, yakni Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan Dewa Brahma. Ini merupakan ciri khas candi Hindu yang membedakannya dengan candi Buddha. Selain arca Dewa Trimurti, biasanya dalam bangunan candi juga bisa ditemui arca Dewa Ganesha, Dewi Durga, dan lain sebagainya.
  3. Digunakan sebagai tempat penghormatan orang meninggal serta pemakaman raja
    Candi Hindu digunakan sebagai tempat penghormatan orang yang telah meninggal dan lokasi pemakaman raja, pada zaman dahulu. Candi Hindu juga sering digunakan sebagai tempat penyembahan kepada dewa.
  4. Struktur candi dibagi menjadi tiga bagian
    Candi Hindu memiliki tiga struktur candi, yakni Bhurloka [kaki candi tempat makhluk hidup tinggal], Bhuwahloka [bagian tengah candi melambangkan manusia yang sedang disucikan dan menuju kesempurnaan batiniah] serta Swahloka [perlambang dunia dewa].
  5. Bagian atas atau puncaknya berbentuk ratna
    Ratna merupakan bentuk atap yang meruncing. Biasanya menjulang tinggi ke atas disertai dengan bentuk seperti mengerucut [makin lama makin kecil].
  6. Biasanya pintu masuk menghadap arah barat
    Pintu masuk candi Hindu biasanya menghadap arah barat. Pada bagian pintunya disertai kepala kala dengan rahang bagian bawah.

Baca juga: Candi Borobudur, Bangunan Indonesia asli yang Berupa Punden Berundak

Lihat Foto

Kompas.com/ Nicholas Ryan Aditya

Candi borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

Ciri khas candi Buddha

Salah satu ciri khas utama dari candi Buddha ialah atapnya berbentuk stupa. Selain itu, candi Buddha juga memiliki ciri khas lainnya, yaitu:

  1. Digunakan sebagai tempat pemujaan dewa
    Candi Buddha sering digunakan sebagai tempat pemujaan atau penghormatan kepada dewa. Selain itu, candi Buddha juga dijadikan tempat peribadatan bagi warga Buddha, pada zaman dahulu.
  2. Pada candi Buddha terdapat arca Buddha dengan bentuk kesederhanaannya
    Dalam candi Buddha biasanya terdapat tiga jenis arca, yakni Dyani-Buddha, Manusi-Buddha, serta Dhyani-Bodisattwa. Ketiga arca ini melambangkan arca Buddha dalam bentuk kesederhanannya. Biasanya disimbolkan dengan sikap tangan atau mudra sebagai bentuk ajakan kemuliaan.
  3. Pada relief candi biasanya memiliki kisah tersendiri
    Umumnya relief candi Buddha menggambarkan kisah tertentu yang ingin disampaikan . Contohnya kisah dalam relief Candi Borobudur menggambarkan tentang perjuangan kehidupan manusia untuk meninggalkan sisi duniawinya.
  4. Struktur candi dibagi menjadi tiga bagian
    Candi Buddha memiliki tiga struktur candi, yakni Kamadhatu [melambangkan manusia penuh dosa], Rupadhatu [melambangkan kehidupan manusia yang penuh dengan hawa nafsu], dan Arupadhatu [melambangkan manusia yang mencapai nirwana].
  5. Biasanya pintu candi menghadap timur
    Pintu masuk candi Buddha biasanya menghadap timur. Pada bagian pintunya disertai kepala Kala dengan posisi mulut menganga tanpa rahang bawah.
  6. Bentuk bangunan candi Buddha biasanya lebih melebar
    Candi Buddha biasanya memiliki bentuk bangunan yang lebih melebar dan tidak terlalu tinggi. Contohnya Candi Borobudur.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Karya tari pada zaman pra-Hindu merupakan sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Pada zaman itu, masyarakat sangat yakin bahwa dengan menari bersama akan tercapai keinginannya.

Seni tari mendapatkan tempat sesuai dengan tingkat kepercayaan sejak manusia hidup berkelompok. Tari dianggap sebagai bagian dari daur kehidupan.

Masyarakat percaya bahwa sejak kelahiran sampai meninggal dunia, tari adalah bagian penting. Oleh karena itu, muncullah tari upacara yang bersifat sakral dan magis. Pada zaman pra-Hindu, tarian dihadirkan dalam berbagai acara.

Acara itu, di antaranya, pada saat kelahiran anak, sebelum melakukan perburuan, dan sebelum bercocok tanam untuk meminta kesuburan.

Berikut ini beberapa ciri seni tari pada zaman pra-Hindu:

a.   Gerak tari sederhana, berupa hentakan-hentakan kaki dan tepukan tangan. Gerakan itu cenderung menirukan gerak-gerik binatang dan alam lingkungan.

b.  Iringan tarinya berupa nyanyian dan suara-suara kuat bernada tinggi. Pada saat itu masyarakat juga sudah mengenal alat musik berupa nekara.

c. Sudah mengenal aksesori untuk busana tari. Aksesori tersebut terbuat dari bulu-bulu burung dan dedaunan.

Seni tari merupakan hasil ekspresi jiwa yang diungkapkan melalui gerak anggota tubuh manusia yang sudah diolah secara khusus. Pengolahan gerak tari dilakukan berdasarkan perasaan dan nilai-nilai keindahan. Jadi, gerak tari berbeda dengan gerak keseharian. Indonesia terkenal dengan keragaman adat, budaya, dan kesenian. Kesenian pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu seni rupa dan seni pertunjukan. Salah satu bentuk seni pertunjukan adalah seni tari.

Seni tari Indonesia merupakan gambaran adat dan budaya. Seni tari mewakili ciri khas kebudayaan daerah asal tari tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering mengungkapkan perasaan dengan gerakan. Hal ini sudah dilakukan jauh sebelum manusia mengenal kebudayaan dan peradaban. Gerakan-gerakan tersebut digunakan sebagai isyarat atau komunikasi.

Lalu, mulai kapan gerakan-gerakan itu diwujudkan dalam gerakan tari?

Jika dilihat dari gaya penampilannya, seni tari mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Perkembangan seni tari juga dapat didasari atas kurun waktu atau tahapan zaman. Namun, sulit dipastikan kapan seni tari mulai disusun. Berikut periodisasi perkembangan karya tari yang dibagi menjadi beberapa zaman.

1.   Zaman Pra-Hindu

Karya tari pada zaman pra-Hindu merupakan sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Pada zaman itu, masyarakat sangat yakin bahwa dengan menari bersama akan tercapai keinginannya. Seni tari mendapatkan tempat sesuai dengan tingkat kepercayaan sejak manusia hidup berkelompok. Tari dianggap sebagai bagian dari daur kehidupan.

Masyarakat percaya bahwa sejak kelahiran sampai meninggal dunia, tari adalah bagian penting. Oleh karena itu, muncullah tari upacara yang bersifat sakral dan magis. Pada zaman pra-Hindu, tarian dihadirkan dalam berbagai acara. Acara itu, di antaranya, pada saat kelahiran anak, sebelum melakukan perburuan, dan sebelum bercocok tanam untuk meminta kesuburan.

Berikut ini beberapa ciri seni tari pada zaman pra-Hindu:

a.   Gerak tari sederhana, berupa hentakan-hentakan kaki dan tepukan tangan. Gerakan itu cenderung menirukan gerak-gerik binatang dan alam lingkungan.

b.   Iringan tarinya berupa nyanyian dan suara-suara kuat bernada tinggi. Pada saat itu masyarakat juga sudah mengenal alat musik berupa nekara.

c.   Sudah mengenal aksesori untuk busana tari. Aksesori tersebut terbuat dari bulu-bulu burung dan dedaunan.

2.   Zaman Indonesia Hindu

Seni tari pada zaman Hindu dipengaruhi oleh peradaban dan kebudayaan dari India yang dibawa oleh para pedagang. Setelah penyebaran agama Hindu dan Buddha, karya tari mengalami kemajuan pesat. Seni tari telah mempunyai standardisasi atau patokan. Hal ini terbukti dengan adanya literatur seni tari yang berjudul Natya Sastra karangan Bharata Muni. Buku itu berisi tentang unsur gerak tangan mudra yang berjumlah 64 motif.

Motif itu dibagi menjadi beberapa bagian berikut:

a.   Dua puluh empat motif mudra yang terbentuk dari satu tangan.

b.   Tiga belas motif mudra yang terbentuk dari kedua tangan.

c.   Dua puluh tujuh motif mudra dari hasil kombinasi kedua motif tangan.

Motif-motif yang mengandung keindahan dalam literatur tersebut juga banyak yang diambil untuk seni tari Indonesia. Pemerintahan pada zaman Hindu memakai sistem kerajaan. Oleh karena itu, pada saat itu muncul tari-tarian yang bernapaskan istana. Tari-tarian di istana berkembang dengan baik karena mendapat perhatian dari para raja. Perkembangan karya tari pada masa kerajaan Mataram Hindu ditunjukkan dengan peninggalan budaya yang berupa candi. Pada berbagai candi dipahat relief gerak-gerak dan alat-alat iringan tari.

Secara garis besar perkembangan seni tari pada zaman Hindu memiliki beberapa ciri berikut:

a.   Gerak-gerak tari mulai disusun secara sungguh-sungguh.

b.   Pertunjukan karya tari mulai difungsikan.

c.   Karya tari mendapatkan perhatian dan dukungan dari para raja dan bangsawan sehingga karya tari mempunyai nilai artistik yang tinggi. Karya tari pada masa itu disebut sebagai karya tari tradisional.

d.   Tema karya tari mulai beragam karena banyak mengambil tema dari cerita Mahabarata, Ramayana, dan cerita Panji.

e.   Iringan karya tari juga mulai beragam. Alat musik berupa cengceng, rebab, saron, dan seruling mulai digunakan.

3.   Zaman Penjajahan

Pada zaman penjajahan, seni tari di dalam istana masih terpelihara dengan baik. Namun, tari hanya digunakan untuk kepentingan upacara istana, misalnya, penyambutan tamu raja, perkawinan putri raja, penobatan putra-putri raja, dan jumenengan raja. Hal itu berbeda dengan seni tari di kalangan rakyat biasa. Di kalangan rakyat biasa, pertunjukan karya tari hanya merupakan jenis hiburan atau tontonan pelepas lelah setelah selesai bercocok tanam.

Oleh karena itu, seni tari pada zaman penjajahan dikatakan mengalami kemunduran. Namun, di kalangan rakyat biasa, penderitaan rakyat akibat penjajahan juga menjadi ide untuk membuat karya tari yang bertema kepahlawanan. Salah satu karya tari yang terinspirasi oleh penderitaan rakyat pada zaman penjajahan adalah tari Prawiroguno.

4.   Zaman Indonesia Islam

Seni tari yang sudah tersusun pada zaman Indonesia Hindu masih terpelihara dengan baik. Namun, seni tari juga semakin berkembang. Karya tari baru pun mulai bermunculan. Apalagi setelah adanya perjanjian Giyanti. Perjanjian Giyanti adalah perjanjian yang berisi tentang penetapan pembagian kerajaan Mataram Islam menjadi dua, yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kesunanan Surakarta. Perjanjian itu dilakukan pada tahun 1755.

Selanjutnya, Kesultanan Ngayogyakarta dan Kesunanan Surakarta mencari identitas diri, antara lain, melalui karya tari yang dihasilkan. Dua kerajaan itu menciptakan karya tari dengan penampilan yang berbeda. Perbedaan tersebut, di antaranya, dapat dilihat dari sikap anggota tubuh dalam melakukan gerak tari. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, antara lain, mengakibatkan meluasnya tata pergaulan hidup masyarakat daerah.

Lalu lintas budaya antardaerah dan antarbangsa pun semakin meningkat. Hal itu menimbulkan perubahan dalam pikiran, pandangan hidup, dan tingkat kehidupan bangsa kita. Selain itu, lalu lintas budaya memengaruhi kehidupan seni, termasuk seni tari. Kondisi tersebut mendorong seniman muda untuk menciptakan karya tari baru. Namun, kita harus tetap selektif untuk menjaga kelangsungan hidup dan perkembangan seni tari kita.

Seni tari hasil ciptaan yang baru diharapkan tetap memerhatikan nilai-nilai seni dan keindahan sesuai dengan budaya bangsa kita. Agar dapat bersikap selektif, kita perlu melakukan hal-hal berikut:

a.   Menjaga kelangsungan hidup seni tari bangsa kita dari kemungkinan terseret ke dalam arus penetrasi budaya dari luar bangsa kita.

b.   Menciptakan keseimbangan nilai-nilai seni tari kita dengan nilai seni tari di luar bangsa kita.

c.   Memanfaatkan nilai-nilai seni tari dari luar lingkungan kita untuk memperkaya dan menyempurnakan perkembangan seni tari kita.

Jika kamu banyak melakukan apresiasi seni tari, kamu akan mengetahui perkembangan seni tari bangsa kita saat ini. Salah satu perkembangan itu tampak pada keragaman tema tari, misalnya, pada tema tari Ah. Tari Ah bertema sosial. Tari ini merupakan karya tari kreasi baru yang menceritakan beberapa gadis pemakai narkoba. Tarian ini memiliki pesan moral yang ditujukan kepada generasi muda agar tidak mencoba narkoba. Narkoba dapat menghancurkan masa depan. Karya tari Ah diciptakan oleh seniman muda Eka dan Titin pada saat kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta.

5.   Zaman Setelah Kemerdekaan Sampai Sekarang

Setelah kemerdekaan, seni tari dalam masyarakat mulai difungsikan kembali. Tarian untuk upacara adat dan upacara keagamaan kembali hidup dan berkembang. Tarian sebagai hiburan juga memegang peran yang cukup besar dalam masyarakat.


Seni tari benar-benar mengalami kemajuan pesat. Bahkan, berdiri sekolah-sekolah seni, sehingga semakin banyak bermunculan taritarian baru. Koreografer-koreografer muda pun banyak bermunculan. Para koreografer yang ada pun selalu mencoba mewujudkan pembaruan nilai artistik dan bentuk tari. Hal ini sebagai upaya menambah perbendaharaan karya tari. 

Video yang berhubungan

Video yang berhubungan

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề