Berikut ini pernyataan yang benar tentang beriman kepada rasul Allah yaitu

Home Gaya Hidup Gaya Lainnya

Tim | CNN Indonesia

Senin, 07 Jun 2021 16:05 WIB

Selain merupakan perintah Allah SWT, terdapat manfaat dan hikmah iman kepada rasul bagi umat Islam. Berikut 5 hikmah beriman kepada rasul Allah SWT. [Ilustrasi Foto: Istock/panyajampatong]

Jakarta, CNN Indonesia --

Rasul merupakan manusia pilihan yang bertugas menyampaikan wahyu dari Allah SWT kepada umat-Nya. Keistimewaan inilah yang membedakan rasul dengan manusia lainnya.

Iman kepada rasul berarti meyakini bahwa rasul itu benar-benar utusan Allah SWT yang ditugaskan untuk membimbing umatnya ke jalan yang benar agar selamat di dunia dan akhirat.

Mengimani rasul-rasul Allah SWT merupakan kewajiban bagi seorang muslim karena merupakan bagian dari rukun iman yang tidak dapat ditinggalkan.

Sebagai perwujudan iman tersebut, kita wajib menerima ajaran yang dibawa rasul-rasul Allah SWT. Perintah beriman kepada rasul Allah terdapat dalam surat dalam Alquran An-Nisa: 136.

Yaaa ayyuhal ladziina aamanuuu aaminuu billaahi wa Rasuulihii wal Kitaabil lazii nazzala 'alaa Rasuulihii wal Kitaabil laziii anzala min qabl; wa mai yakfur billaahi wa Malaaa'ikatihii wa Kutubihii wa Rusulihii wal Yawmil Aakhiri faqad dalla dalaalam ba'ii.

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya [Muhammad] dan kepada Kitab [Alquran] yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh."

Selain merupakan perintah Allah SWT, terdapat sejumlah manfaat dan hikmah iman kepada rasul bagi umat Islam. Berikut 5 hikmah beriman kepada rasul Allah SWT.

Hikmah beriman kepada rasul Allah SWT. [Ilustrasi Foto: Diolah dari Istock]

  1. Menyempurnakan iman.
  2. Memiliki teladan dan contoh dalam hidup.
  3. Terdorong untuk berperilaku dan bersikap baik.
  4. Mencintai para rasul dengan mengikuti dan mengamalkan ajarannya.
  5. Menyadarkan bahwa manusia diciptakan Allah SWT untuk mengabdi kepada-Nya.

Tugas Rasul-Rasul Allah

Rasul dipilih oleh Allah SWT dengan mengemban tugas yang tidak mudah. Dilansir dari situs Kementerian Agama [Kemenag], berikut tugas yang diterima para rasul Allah.

1. Mengajarkan tauhid dengan membimbing kaumnya untuk meyakini dan mengesakan Allah SWT 

2. Mengajarkan kepada manusia cara beribadah

3. Menjelaskan hukum-hukum Allah, baik berupa perintah-perintah maupun larangan-Nya

4. Menyampaikan kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai dengan ketentuan Allah SWT

5. Memberikan kabar gembira bagi umat yang taat dan patuh kepada Allah SWT dan memberikan kabar berita bagi yang melanggar perintah Allah SWT

6. Memberikan teladan

Rasul Allah memberikan contoh dan mengajarkan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi panutan umat-Nya. Allah berfirman dalam QS. Al-Ahzab: 21:

Laqad kaana lakum fii Rasuulil laahi uswatun hasanatul liman kaana yarjul laaha wal yawmal Aakhira wa azkaral laaha katsiiraa.

"Sungguh, telah ada pada [diri] Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu [yaitu] bagi orang yang mengharap [rahmat] Allah dan [kedatangan] hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah."

Allah SWT mengutus para rasul sebagai suri teladan, artinya teladan dalam kesabaran dan menanggung penderitaan dalam memperjuangkan Islam, tabah memegang prinsip, teladan dalam saling mencintai dan persaudaraan muslim, dan teladan dalam setiap akhlak mulia.

Usai mengetahui hikmah beriman kepada rasul-rasul Allah SWT di atas, diharapkan menjadi pedoman setiap umat muslim untuk berlaku arif dan beramal baik.

[din/fef]

Saksikan Video di Bawah Ini:

TOPIK TERKAIT

Selengkapnya

IMAN KEPADA PARA RASUL ALLAH

Oleh
Ustadz Kholid Syamhudi

IMAN KEPADA NABI DAN RASUL MERUPAKAN SALAH SATU RUKUN IMAN
Iman kepada para nabi dan rasul Allah, merupakan salah satu rukun iman.Keimanan seseorang itu tidak sah, sampai ia mengimani semua nabi dan rasul Allah dan membenarkan bahwa Allah telah mengutus mereka untuk menunjuki, membimbing dan mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya kebenaran. Ditambah juga keharusan membenarkan bahwa mereka telah menyampaikan apa yang Allah turunkan kepada mereka dengan benar dan sempurna, dan mereka telah berjihad dengan sebenar-benarnya di jalan Allah.

Adapun dalil tentang kewajiban iman kepada para rasul, ialah sebagai berikut:
Allah berfirman:

ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَآأُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ ءَامَنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Rabb-nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya dan rasul-rasulNya. [Mereka mengatakan]: “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun [dengan yang lain] dari rasul-rasulNya,” dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”. [Mereka berdoa]: “Ampunilah kami, ya Rabb kami. Dan kepada Engkaulah tempat kembali”. [Al Baqarah:285].

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ باِللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ وَالْمَلَئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّنَ وَءَاتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقاَمَ الصَّلَوةَ وَءَاتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَآءِ وَالضَّرَّآءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir [yang memerlukan pertolongan] dan orang-orang yang meminta-minta; dan [memerdekakan] hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar [imannya]; dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. [Al Baqarah:177].

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ءَامِنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَن يَكْفُرْ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada RasulNya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. [An Nisaa’:136].

Dalam ayat-ayat tersebut di atas, Allah memerintahkan kaum mukminin untuk beriman kepada Allah, RasulNya, Al Qur’an dan kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Hal ini menunjukkan kewajiban beriman kepada para rasul.

Juga sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Jibril yang terkenal, ketika ditanya tentang iman, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :

أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْقَدَرِ كُلِّهِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

Beriman kepada Allah, malaikatNya, kitab-kitab suciNya, para RasulNya dan hari akhirat serta taqdir yang baik dan yang buruk.

Dalam hadits ini, Rasulullah menjadikan iman kepada para rasul termasuk salah satu rukun iman. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Satu keharusan dalam iman, [yaitu] seorang hamba beriman kepada Allah, Malaikat, kitab-kitab suciNya, para RasulNya dan hari akhir. Dia harus beriman kepada seluruh rasul yang diutus dan seluruh kitab suci yang diturunkan.[1]

PERBEDAAN ANTARA NABI DAN RASUL
Para ulama berselisih pendapat dalam mendefinisikan nabi dan rasul [2]. Namun yang rajih [kuat], menyatakan rasul adalah seorang yang mendapatkan wahyu dengan membawa syariat baru. Adapun nabi adalah seorang yang diberi wahyu untuk menetapkan syariat sebelumnya.[3]

AN NUBUWAH [KENABIAN] ADALAH ANUGERAH ILAHI
An nubuwah [kenabian] merupakan perantara antara Sang Pencipta dengan makhlukNya dalam menyampaikan syariatNya.

Ditinjau dari sisi makhluk, an nubuwah merupakan duta antara Allah dengan hambaNya, serta ajakan Allah kepada makhlukNya untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya kebenaran. Memindahkan makhlukNya dari kesempitan dunia menuju keluasan dunia dan akhirat. Sehingga kenabian merupakan nikmat petunjuk dari Allah kepada hambaNya dan anugerah Ilahi kepada mereka.

Adapun ditinjau dari diri rasul tersebut, maka kenabian merupakan karunia Allah untuknya, pilihan Allah untuknya dari seluruh manusia dan hadiah yang Allah khususkan kepadanya dari seluruh makhluk.[4]

Dengan begitu, kenabian tidak dapat dicapai dengan ketinggian ilmu, ibadah dan ketaatan. Kenabian juga tidak dapat dicapai dengan semedi, mengosongkan perut, meditasi dan yang lainnya. Namun kenabian merupakan anugerah Ilahi semata, dan pilihan dari Allah, sebagaimana firmanNya:

اللهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلاَئِكَةِ رُسُلاً وَمِنَ النَّاسِ إِنَّ اللهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ

Allah memilih utusan-utusan[Nya] dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [Al Hajj:75].

وَاللَّهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَن يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

Dan Allah menentukan siapa yang dikehendakiNya [untuk diberi] rahmatNya [kenabian]; dan Allah mempunyai karunia yang besar. [Al Baqarah:105].

Demikianlah, kenabian adalah kedudukan dan martabat yang tinggi, yang Allah khususkan kepada para nabi, semata-mata karena keutamaanNya, lalu Allah mempersiapkan dan memudahkan mereka mengembannya. Dengan keutamaan dan rahmatNya tanpa bersusah payah, Allah menjaga mereka dari pengaruh syetan dan menjaganya dari kesyirikan.

أُوْلَئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ مِن ذُرِّيَّةِ ءَادَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِن ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَاءِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ ءَايَاتُ الرَّحْمَـنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا

Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayt-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. [Maryam:58].

Allah berfirman kepada Musa:

قَالَ يَامُوسَى إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالاَتِي وَبِكَلاَمِي فَخُذْ مَآءَاتَيْتُكَ وَكُن مِّنَ الشَّاكِرِينَ

Allah berfirman: “Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih [melebihkan] kamu dari manusia yang lain [di masamu] untuk membawa risalahKu dan untuk berbicara langsung denganKu, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”. [Al A’raf:144].

Demikian juga Allah menceritakan pernyataan Nabi Ya’qub kepada anaknya :

وَكَذَلِكَ يَجْتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيلِ اْلأَحَادِيثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَعَلَى ءَالِ يَعْقُوبَ كَمَآأَتَمَّهَا عَلَى أَبَوَيْكَ مِن قَبْلُ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبَّكَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

Dan demikianlah Rabb-mu, memilih kamu [untuk menjadi Nabi] dan diajarkanNya kepadamu sebagian dari tabir mimpi-mimpi dan disempurnakanNya nikmatNya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmatNya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, [yaitu] Ibrahim dan Ishaq. Sesungguhnya Rabb-mu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. [Yusuf:6].

Ayat-ayat di atas jelas menunjukkan, bahwa kenabian bukanlah sesuatu yang dapat diraih dengan latihan dan pencarian dan angan-angan. Oleh karena itu, ketika kaum musyrikin berkata:

وَقَالُوا لَوْلاَ نُزِّلَ هَذَا الْقُرْءَانُ عَلَى رَجُلٍ مِّنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ

Mengapa Al Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri [Mekkah dan Thaif] ini?” [Az Zukhruf:31]

Maka Allah menjawab dengan firmanNya:

أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم مَّعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُم بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمُت رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجَمْعَوُنَ

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabb-mu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Rabb-mu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. [Az Zukhruf:32].

URGENSI IMAN KEPADA PARA NABI DAN RASUL
Pertama : Iman kepada kenabian [an nubuwah] adalah jalan mengenal untuk Allah dan mencintaiNya. Juga merupakan piranti untuk mencapai keridhaan Allah dan keselamatan dari adzabNya, serta menjadi dasar kebahagian dan keselamatan di dunia dan akhirat.

Baca Juga  Mengapa Mencium Hajar Aswad Dan Mengusap Rukun Yamani?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan: “Iman kepada nubuwah merupakan dasar pokok keselamatan dan kebahagiaan. Barangsiapa yang tidak memahami benar permasalahan ini, akan bingung untuk mengetahui mana pintu petunjuk dan kesesatan, iman dan kufur, dan tidak dapat membedakan yang salah dan yang benar”.

Kedua : Kebutuhan hamba Allah untuk mengakui kenabian lebih besar dan mendesak daripada kebutuhan mereka terhadap udara, makanan dan minuman. Sebab, akibat kehilangan udara, makanan atau minuman hanyalah kematian dan kerugian dunia. Berbeda jika ia tidak mengakui kenabian, akan mengakibatkan kerugian di dunia dan akhirat.

Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata,”tanda-tanda kenabian termasuk menjadi bukti-bukti rububiyah Allah. Semuanya jelas dan nyata pada setiap orang, seperti kejadian yang tampak terlihat; karena makhluk membutuhkan pengakuan kepada Sang Pencipta dan para rasulNya.[5]

Tidak diragukan lagi, setiap makhluk yang mukalaf membutuhkan untuk mengenal Allah, iman kepadaNya, beribadah kepadaNya dan mengenal para rasulNya serta mentaatiNya?. Oleh karena itu, Allah memudahkan hambanya untuk mendapatkan hal-hal tersebut.

Syaikh Islam berkata,”Sesungguhnya sesuatu yang dibutuhkan pengenalannya oleh manusia seperti iman kepada Allah dan RasulNya, maka Allah menjabarkan dan memudahkan jalan mendapatkannya. [6]

Kemudian Syaikh Islam Ibnu Taimiyah menambahkan : “Demikianlah, setiap kali manusia sangat butuh mengenal sesuatu. Maka Allah memudahkan mereka dengan bukti-bukti yang mengenalkannya, seperti bukti-bukti yang menunjukkanNya, bukti-bukti kenabian RasulNya dan bukti-bukti ketentuan taqdir dan ilmuNya”.[7]

Dalam masalah ini, Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Sesungguhnya Allah menjadikan para rasul sebagai perantara antara Dia dengan hambaNya, dalam mengenalkan kepada mereka apa-apa yang bermanfaat dan yang merugikan mereka, dan menyempurnakan apa-apa yang mashlahat bagi kehidupan dunia dan akhirat mereka. Para rasul ini seluruhnya diutus untuk berdakwah kepada Allah, mengenalkan jalan untuk sampai kepada Allah dan menjelaskan keadaan mereka setelah sampai kepadaNya.

Selanjutnya beliau rahimahullah menjelasakan beberapa pokok yang perlu diperhatikan :

Pokok pertama : Mengandung penetapan sifat-sifat Allah, tauhid dan taqdir, serta penjelasan perlakuan Allah terhadap para wali dan musuhNya. Yaitu yang Allah kisahkan kepada hambaNya dan permisalan yang dibuat untuk mereka. Pokok Kedua : Mengandung perincian syari’at, perintah, larangan dan perkara mubah, serta penjelasan apa-apa yang dicintai dan dibenci Allah.

Pokok ketiga : Mengandung iman kepada hari akhir, syurga, neraka, pahala dan siksaan.

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề