Berilah contohnya evaluasi afektif dan psikomotor pada pembelajaran daring

Bambang Subali/Foto: UNY

Prof. Dr. Bambang Subali, M.S.
Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

Suyanto.id–Setelah mengikuti beberapa kegiatan webinar yang sebagian kajiannya berkait dengan asesmen hasil belajar pada masa pandemi Covid-19, hal yang paling menarik justru pada permasalahan penilaian afektif, selain permasalahan penilaian kognitif dan psikomotor. Untuk penilaian aspek kognitif, yang menjadi persoalan, seberapa jauh peserta didik, baik di tingkat pendidikan dasar, menengah, ataupun di pendidikan tinggi, mengerjakan sendiri tugas-tugasnya. Misalnya, ketika diberi kuis atau soal untuk dikerjakan atau saat menghasilkan suatu produk, apakah jawaban kuis, soal, ataupun produk yang dihasilkan benar-benar hasil kerja peserta didik yang bersangkutan? Bagaimana pendidik yakin bahwa peserta didik tidak bekerja sama dengan temannya atau dibantu oleh orang lain atau hanya sekadar mencari laporan di internet?

Faktor yang selama ini dipertanyakan adalah masalah kejujuran. Dalam pembelajaran luring, kecurangan dapat ditangkal dengan cara mengawasi peserta didik saat mengerjakan soal. Namun, untuk penyelesaian tugas kelompok atau individu, tidak bisa dilakukan pengendalian, apakah laporan/hasil tugas benar-benar hasil kerja peserta didik yang bersangkutan, terlebih selama diterapkannya pembelajaran daring. Dengan demikian, kejujuran sebagai salah satu aspek afektif ikut mempengaruhi keberhasilan aspek kognitif.
Untuk aspek afektif sendiri, ada dua dimensi, yaitu dimensi yang bersifat umum atau dikenal dengan istilah generic affective dan yang bersifat spesifik atau spesific affective. Generic affective, seperti kejujuran, kedisiplinan, kerajinan, dan ketekunan dapat dicapai dengan mempelajari semua bidang ilmu yang manapun. Sementara itu, specific affective melekat pada konten yang dipelajari, seperti sikap ilmiah, objektif, tidak mudah percaya kepada temuan hasil penelitian, dan kehati-hatian dalam mengumpulkan fakta dan dalam menerima konsep baru. Ini akan berbeda-beda antarbidang kajian.

Permasalahan yang timbul adalah apakah semua aspek afektif itu dapat ditumbuhkembangkan melalui pembelajaran daring? Jika ya, maka dapatkah diamati/diukur agar dapat dilakukan penilaian terhadap keberhasilannya.

Pendidik bisa menilai peserta didik jujur karena dalam pembelajaran luring peserta didik tidak menyontek. Bagaimana dalam hal menyusun laporan terhadap tugas yang harus diselesaikan, apakah benar laporan itu buatan sendiri, apalagi selama pembelajaran daring.

Saya tidak habis pikir, kalau ada pendidik berpendapat bahwa laporan kegiatan luring ataupun daring dibuat dalam bentuk laporan kelompok dengan cara memadukan laporan individual. Pertanyaannya, siapa yang memadukan? Kedua, mengapa harus dibuat laporan kelompok sementara sampai saat ini hal tersebut justru menjadi persoalan yang serius ketika akan menilai setiap individu berdasarkan hasil kerja kelompok?

Penilaian laporan kelompok dari suatu praktikum atau makalah presentasi kelas, tidak dapat dijadikan dasar untuk menilai siapa membuat apa. Akibatnya, seluruh anggota kelompok akan memperoleh nilai yang sama jika yang dinilai hanya didasarkan hasil kerja kelompok. Padahal, dalam penyusunan tugas kelompok, masing-masing anggota memiliki peran berbeda-beda. Hal ini dapat dieliminasi bias penilaiannya dengan menyertakan lembar penilaian antarteman. Atas dasar lembar penilaian teman, akan dapat diidentifikasi siapa mengerjakan apa menurut pernyataan teman dalam kelompok. Ini pun menghadapi kendala manakala semua sepakat untuk menyatakan bahwa semua aspek laporan disusun bersama.

Dalam pembelajaran, faktor kejujuran akan sangat sulit untuk dinilai. Contoh perilaku jujur ditunjukkan oleh seorang pekerja pembersih KRL, yang menemukan uang di dalam kantong sebanyak 500 juta dan kemudian diserahkan kepada pengelola KRL, tidak bisa diterapkan dalam proses pembelajaran. Padahal, itulah contoh indikator kejujuran yang sesungguhnya.

Baca juga:   Kecerdasan Orang Tua Mengelola Emosi di Puncak Pandemi

Tidak dapat dipungkiri, bahwa persoalan kejujuran sampai detik ini menjadi momok dalam dunia pendidikan. Bahkan, ada tingkat kejujuran yang sangat serius ketika disertasi berupa sontekan dari suatu skripsi. Akibatnya, gelar doktor dapat dicabut ketika diyakini adanya plagiasi di dalamnya. Sekarang pun, karya ilmiah tidak boleh mengandung banyak autoplagiasi.

Ada pula pendidik yang berpendapat bahwa aspek afektif selama kegiatan daring dapat dilakukan dengan menghimpun data melalui observasi. Pertanyaannya, bagaimana cara mendeteksi bahwa kejujuran sudah dilakukan oleh setiap peserta didik selama pembelajaran daring, sementara tadi sudah diuraikan, bahwa dalam pembelajaran luring pun plagiasi bisa saja terjadi.

Mestinya, justru kerja individual itu lebih mudah untuk menetapkan prestasi setiap peserta didik karena hasil belajar yang benar adalah bersifat individual. Jika pembelajarannya berbasis proyek individual, maka diharapkan semua yang dilaporkan masing-masing peserta didik adalah hasil kerja individual. Setidaknya, sudah menghindari kerja kelompok yang dalam pembelajaran luring pun sulit dideteksi peran masing-masing anggotanya.

Kedisiplinan dalam pembelajaran daring pun, bukan menjadi hal yang mudah untuk dinilai. Akibat faktor kelancaran internet, bisa saja peserta didik tidak dapat menyerahkan jawaban kuis/soal/tugas tepat waktu ketika sudah ditetapkan batas waktu pengumpulannya. Ketidaklancaran internet menjadikan peserta didik bukan hanya gagal mengumpulkannya tepat waktu, tetapi juga ketika dihubungi menggunakan HP pun tidak bisa. Setelah mengumpulkan, ada catatan, mohon maaf ada gangguan sinyal.

Tidak dapat dipungkiri bahwa di pendidikan tinggi pun sering terjadi hasil-hasil kerja pembelajaran jarak jauh menjadi sulit dikontrol ketika satu kelas memberikan jawaban yang sama untuk mata kuliah yang dipandang sulit, seperti matematika dan statistika. Hal yang terjadi, dalam satu kelas/rombel, mahasiswa yang dianggap mampu akan mengerjakan terlebih dahulu, kemudian teman lain akan mencontohnya.

Penilaian aspek psikomotorik juga menjadi kendala dalam pembelajaran daring ketika laporannya dibuat secara kelompok. Dosen tidak akan pernah tahu siapa sebetulnya yang melakukan pengukuran/pengamatan saat pengumpulan data. Data hasil pengukuran/pengamatan yang dilaporkan pun tidak ada jaminan bukan data fiktif yang oleh mahasiswa cerdas dapat direkayasa agar mendukung hipotesis yang disusunnya. Oleh karena itu, laporan individual melalui kerja proyek masih dipandang lebih mendukung adanya kinerja yang lebih otentik daripada laporan kelompok, terlebih bila mahasiswa yang bersangkutan diminta menyerahkan rekaman hasil kerjanya.

Perlu diketahui, beberapa keterampilan psikomotor dalam praktikum sebenarnya adalah kemampuan prasyarat yang diperlukan bagi seorang mahasiswa agar dapat memperoleh data yang tepat dan akurat. Keterampilan psikomotor bukan lagi menjadi kemampuan yang harus dinilai karena jika tidak terampil, berarti data yang dihimpun tidak tepat dan akurat, sehingga kesimpulan yang dibuat pun akan tidak sesuai dengan harapan.

Aktivitas dalam diskusi kelompok sering dijadikan indikasi keaktifan dalam belajar kemompok. Namun, benarkah seorang pendidik dapat memantau semua kelompok jika misalnya satu kelas dibagi menjadi 8 kelompok dengan anggota masing-masing 5 orang? Ketika pendidik sedang asyik mengamati kelompok yang satu, sudah secara otomatis mengabaikan aktivitas diskusi kelompok lain. Hanya penilaian antarteman, juga jurnal penilaian diri, yang berisi laporan dalam kegiatan diskusi saja yang dapat membantu memperoleh data penilaian. Kembali lagi, itupun kalau peserta didik jujur dalam mengisinya. Akhirnya tidak dapat dipungkiri bahwa strategi asesmen dalam pembelajaran luring pun tidak dapat mulus seperti yang dibayangkan, apalagi dalam pembelajaran daring. [*]

Tentukan benar [B] atau salah [S] pernyataan berikut. PR No. Pernyataan Jawaban 1. Warna merah/biru pada saguran disebabkan karena adanya zat anthocya … nin yang B-S sensitif terhadap perubahan pH dan dapat larut dalam air. 2. Labu siam merupakan contoh sayuran berwarna kuning/oranye. B-S 3. Kandungan klorofil pada sayuran hijau dalam suasana asam akan berubah men- B-S jadi hijau tua dan dalam suasana basa menjadi hijau terang. 4. Sayuran berwarna ungu seperti terong, bawang, bayam ungu, dan paprika ungu B-S mengandung vitamin A, dan kalsium yang tinggi. 5. Turi merupakan contoh sayuran buah. B-S 6. Contoh sayuran umbi akar yaitu wortel dan lobak. B-S 7. Sayuran umbi lapis yang baik mempunyai ciri lapisan umbi tebal dan kompak dan B-S tampak berukuran besar. 8. Sayuran jamur yang baik adalah yang sudah tua. B-S 9. Brokoli adalah sayuran yang tumbuh di daerah beriklim panas dan tanah yang B-S kering B-S Tomat merupakan salah satu jenis tanaman yang mempunyai manfaat ganda, yaitu sebagai buah dan sayur.

c. Jawablah soal-soal berikut dengan singkat dan tepat. 1. Jelaskan pengertian pengolahan. Jawab: 2. Buah-buahan dan sayur-sayuran dikatakan sebagai p … angan fungsional. Jelaskan hal tersebut. Jawab: Jelaskan pengertian mengukus. Jawab. 4. Sebutkan tiga macam kegunaan dari minuman. Jawab: 5. Sebutkan empat contoh hasil samping pengolahan sayuran yang masih berguna untuk produk pa- ngan. Jawab: 6. Sayuran daun merupakan jenis sayuran yang dapat dikonsumsi pada bagian daunnya. Jelaskan kualitas sayuran daun yang baik, Jawab:

B. Lengkapilah soal berikut dengan jawaban yang tepat. 1. Manfaat jamu daun pepaya adalah .... 2. Untuk memulihkan kesehatan sesudah sakit dapat digun … akan jamu 3. Jamu yang digunakan untuk melancarkan ASI adalah .... 4. Wedang kopi, wedang jahe, dan wedang serbat termasuk jenis minuman... 5. Es dawet, es kopyor, dan es buah termasuk jenis minuman 6. Semelak pace merupakan jamu yang dapat digunakan sebagai obat .... 7. Alat penyajian minuman jamu tradisional pada zaman dahulu berupa 8. Daerah asal minuman khas wedang ronde adalah 9. Minuman khas dari Banjarnegara adalah .... 10. Alat untuk menghidangkan es campur adalah .... PR C. Jawablah soal-soal berikut dengan singkat dan tepat.

Suatu senyawa mengandung 32,00% karbon, 18,67% nitrogen, 2,67% hidrogen dan sisanya klor [Ar C = 12, N = 14, H = 1, Cl = 35]. Senyawa tersebut mempuny … ai Mr = 75. Jumlah atom klor [L = 6,02 x 10^23] yang terdapat dalam 2 mol senyawa tersebut adalah …

Limbah keras domestik itu contohnya apa? ​

6. Berapa massa dari 3 mol molekul oksigen ? [Ar O = 16 ]​

tembaga bermassa 100 gram berada pada suhu 0 derajat Celsius dipanaskan hingga seluruhnya melebur dengan suhu 100 derajat Celcius. Tentukan kalor yang … diperlukan untuk proses peleburan tersebut. [kalor lebur tembaga 205. 3 kal/gr​

Q..Beban bermassa m di ujung pegas bergetar dengan frekuensi 8 Hz. Jika massa beban ditambah 700 g, frekuensi getarannya menjadi 6 Hz. Nilai m adalah[ … Pakai Penjelasan ]​

5. Setarakan persamaan reaksi berikut dengan cara tidak langsung : Al [OH]3 + HNO3 → Al [NO3]3 + H2O ​

ayah saya sedang bertemu dengan kepala sekolah [+][- ][?]​

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề