Dalam bidang aqidah NU mengikuti ulama yang dipelopori oleh

Pedoman

Nahdlatul Ulama berpedoman kepada Al-Qur’an, As-Sunnah, Al-Ijma’ dan Al-Qiyas.

Aqidah

Nahdlatul Ulama beraqidah Islam menurut faham Ahlussunnah wal Jama’ah; dalam bidang aqidah mengikuti madzhab Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi; dalam fiqih mengikuti salah satu dari madzhab empat [Hanafi, Maliki Syafi’i dan Hanbali]; dan dalam bidang tasawuf mengikuti madzhab Imam Al-Junaidi Al-Bagdadi dan Abu Hamid Al-Ghazali.

Asas

Dalam Kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia Nahdlatul Ulama berasas kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Guidelines

Nahdlatul Ulama is guided by the Qur’an, As-Sunnah, Al-Ijma ‘and Al-Qiyas.

Aqidah

Nahdlatul Ulama has Islamic beliefs according to the ideology of Ahlussunnah wal Jama’ah; in the field of aqidah follow the schools of Imam Abu Hasan Al-Asy’ari and Imam Abu Mansur Al-Maturidi; in fiqh following one of the four schools of thought [Hanafi, Maliki Syafi’i and Hanbali]; and in the field of Sufism following the schools of Imam Al-Junaidi Al-Bagdadi and Abu Hamid Al-Ghazali.

Principle

In the life of the nation and state in Indonesia, Nahdlatul Ulama is based on Pancasila and the 1945 Constitution.

Keagamaan Warga NU - Islam Ahlussunnah Wal Jamaah merupakan prinsip utama dari Nahdlatul Ulama. Sedangkan formulasi Khittah NU, yaitu Mabadi Khaira Ummah merupakan tafsir atas prinsip utama yang diharapkan mampu mewujudkan kepribadian dan perilaku-perilaku warga nahdiyin yang berkarakter.

Perilaku keagamaan warga NU yang menggunakan sistem bermazhab memberikan spesifikasi di bidang akidah, syariah dan tasawuf.

1. Bidang Akidah

Dalam bidang akidah, ciri perilaku yang dikembangkan oleh warga NU adalah sebagai berikut:

Mengembangkan keseimbangan antara logika dan teks Ilahiyah atau keseimbangan pengguna antara dalil aqli [argumentasi rasional];

  • Warga NU berusaha menjaga kemurnian Aqidah Islam dari pengaruh eksternal;
  • Warga NU memahami konsep “Jalan Tengah” takdir, yaitu percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas ketentuan Allah, sedangkan manusia mempunyai kewajiban untuk berusaha atau berikhtiar;
  • Warga NU tidak memiliki kecondongan terhadap Aqidah ekstrem mana pun. Mereka tidak condong ke arah aliran Qodariyah [ekstrim kiri] maupun Jabariyah [ekstrim kanan].

Dalam bidang akidah, NU mengikuti Ahlussunnah Wal Jamaah yang dipelopori oleh al-Imam Abu Hasan Al-Asy'ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi.

2. Bidang Syariah

Di bidang Syariah, ciri perilaku yang dikembangkan oleh warga NU adalah sebagai berikut:

  • Warga NU berpegang Teguh kepada Al-Qur’an dan Hadits dengan menggunakan metode pemahaman yang dapat dipertanggungjawabkan, hanya saja untuk memahami dua sumber utama Islam tersebut menyandarkan diri kepada hasil ijtihad dan bimbingan para ulama; 
  • Warga NU  juga mentolerir perbedaan pendapat tentang masalah furu'iyah dan muamalah ijtima’iyah selama tidak bertentangan dengan prinsip agama.
  • Pada permasalahan yang sudah ada dalil Nash yang sharih dan qath’i [tegas dan pasti], tidak boleh ada campur tangan pendapat akal.

Dalam bidang syariah atau fikih, warga NU mengikuti jalan pendekatan kepada salah satu Madzhab empat, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i dan Imam Hambali

3. Bidang Tasawuf/Akhlak

Sedangkan dalam bidang tasawuf atau akhlak, ciri perilaku yang dikembangkan oleh warga NU adalah sebagai berikut:

  • Warga NU mempercayai bahwa syariah harus didahulukan daripada tasawuf. Tasawuf tidaklah identik dengan kejumudan. Sebaliknya, tasawuf adalah penyucian hati dan pembentukan sikap mental se-ideal mungkin dalam menghambakan diri kepada Allah. Karena itu, warga NU mengakui tarekat muktabarah di bawah bimbingan ulama Mursyid sebagai salah satu cara bertasawuf;
  • Menganjurkan usaha memperdalam penghayatan ajaran Islam dengan Riyadhoh dan Mujahadah menurut cara-cara yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum dan ajaran Islam;
  • Mencegah ekstremisme yang dapat menjerumuskan orang kepada penyelewengan aqidah dan syariah;
  • Berpedoman pada akhlak yang luhur dan selalu berada di antara 2 ujung sikap yang tepat [tatharruf]. Misal, sikap berani yang merupakan langkah tengah antara sikap penakut dan sembrono. Demikian pula sikap tawadhu yang merupakan sikap menempatkan diri secara tepat di antara sombong dan rendah diri. Selain itu juga sikap dermawan sebagai jalan tengah di antara sikap kikir dan boros.

Dalam bidang tasawuf atau akhlak ini, warga NU mengikuti Imam Abu Qosim Al-Junaidi Al-Baghdadi dan Imam Al-Ghazali serta imam-imam lainnya yang sepaham.

Perilaku warga NU juga mempunyai spesifikasi tersendiri. Mereka menjunjung, melaksanakan, mempertahankan, membela, dan melestarikan secara ikhlas.

Warga NU juga berupaya mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan, menjunjung tinggi persaudaraan, nilai-nilai kerja, prestasi dan ilmu pengetahuan. Di samping itu, warga NU juga menghormati kejujuran dalam berpikir, bersikap dan bertindak.

Perilaku politik kaum Nahdiyin adalah menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, bersikap konstitusional dan menegakkan supremasi hukum. Instrumen lainnya adalah mengembangkan mekanisme musyawarah dan mufakat, sadar akan fungsi dan posisi diri di tengah pergaulan masyarakat. Perilaku politik yang juga dikenal dinamis, religius dan terbuka.

Perilaku kaum Nahdiyin adalah proporsional normatif. Maksudnya, kebudayaan dengan segala manifestasinya mereka tempatkan pada posisi yang wajar. Kaum Nahdiyin juga menyikapi kebudayaan dengan ukuran nilai atau norma-norma hukum ajaran agama.

Sikap kaum Nahdiyin yang objektif, selektif dan memandang kebudayaan itu sendiri. Karena itu kaum Nahdiyin tidak pernah menempatkan diri sebagai kelompok yang berhadap-hadapan dengan kebudayaan. Sebab, sikap apriori hanya akan menimbulkan sikap fobia terhadap segala hal yang beraroma kebudayaan asing.

Demikianlah pembahasan singkat mengenai perilaku keagamaan warga NU dalam bidang Akidah, Syariah, Tasawuf, Politik, dan Budaya. Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam

Berikut kami jelaskan ajaran ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah mencakup bidang akidah dan tasawuf :
Baca juga : Pengertian Ahlusunnah Wal Jamaah Secara Bahasa dan Istilah

Ajaran Ahlusunnah Wal Jamaah Bidang Akidah

Akidah erat kaitannya dengan iman yang secara bahasa berarti percaya, akan tetapi bagi Ahlussunnah Wal Jamaah iman merupakan sebuah perkara harus diucapkan dengan lisan dan diakui dalam hati kemudian diamalkan dalam perbuatan. Secara garis besar, Ahlussunnah Wal Jamaah memiliki beberapa ajaran pokok dalam bidang akidah yaitu :
  • Allah mempunyai takdir atas manusia tetapi manusia memiliki bagian untuk usaha atau ikhtiar [kasb]
  • Ahlussunnah Wal Jamaah tidak mudah mengkafirkan manusia. Ahlussunnah Wal Jamaah berpendapat bahwa manusia yang berdosa besar tetaplah seorang mukmin dan bukan kafir. Dia kelak tetap akan masuk surga setelah menerima balasan atau hukuman di neraka sesuai dengan perbuatannya.
  • Ahlussunnah Wal Jamaah berkeyakinan bahwa Al-Qur'an itu Firman Allah dan bukan makhluk.
  • Ahlussunnah Wal Jamaah meyakini Allah memiliki 20 sifat wajib, 20 sifat mustahil dan 1 sifat Jaiz.
  • Ahlussunnah Wal Jamaah berpendapat bahwa orang yang beriman kelak masuk surga dan dapat melihat Allah, Jika Allah mengizinkan.
  • Ahlussunnah Wal Jamaah berpendapat bahwa keadilan Allah adalah Allah menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya.
  • Ahlussunnah Wal Jamaah mentakwilkan tangan Allah, mata Allah dan wajah Allah sebagai kekuasaan Allah, penglihatan Allah dan Dzat Allah.

Ajaran Ahlusunnah Wal Jamaah Bidang Tasawuf

Dari sisi bahasa, tasawuf berasal dari kata Shafaa yang artinya bersih atau suci. Ada yang mengatakan berasal dari kata Shaff yang berarti barisan dalam salat. Ada juga yang mengatakan berasal dari bahasa Yunani Shopia artinya Hikmah. Akan tetapi tujuannya sama yaitu mementingkan kebersihan batin. Orang yang mengamalkan nya disebut Sufi sedangkan ilmunya disebut tasawuf.

Menurut istilah, tasawuf adalah perpindahan sikap mental, keadaan jiwa dari suatu keadaan kepada suatu keadaan yang lain yang lebih tinggi dan lebih sempurna, pindah dari ilmu kebendaan [bersifat keduniawian] ke alam rohani[ akhirat]. Tasawuf membimbing agar kualitas ibadah dan keislaman seseorang benar-benar sempurna, Juga membimbing agar manusia mengenali hakikat sebagai hamba yang lemah dan selalu bersandar, berserah diri kepada Allah dalam setiap perbuatannya jam. Berikut inti ajaran tasawuf, khususnya yang menjadi kepercayaan Ahlusunnah Wal Jamaah:
  • Keikhlasan pengabdian kepada Allah sehingga memiliki jiwa yang bersih, tidak sombong, selalu berhati-hati dan waspada. Tidak mudah puas dan selalu meningkatkan ibadah kepada Allah SWT.
  • Menyadari kelemahan sebagai manusia sehingga selalu menerima kegagalan dengan kebersihan jiwa, lapang dada, selanjutnya Berusaha atau berikhtiar dengan sungguh-sungguh dan berserah diri semata-mata mendapat bimbingan dari ridho Allah.
  • Sejak abad ke-2 Hijriyah banyak tokoh ulama tasawuf yang terkenal diantaranya adalah Imam Abu Mansur Al Maturidi, Imam Abu Hasan Al Asy'ari, Syekh Abdul Qodir Al Jaelani, Imam Al Ghazali dan Imam Abul Qosim Al Junaidi Al Baghdadi dan lain sebagainya.
Baca juga :

Berikut tiga golongan besar dalam tasawuf


  1. Golongan yang antipati terhadap tasawuf dan hanya berpegang kepada syariat atau fiqih. Diantara tokoh-tokoh Golongan ini adalah Ibnu Taimiyah, Ibnu qoyyim dan lain sebagainya.
  2. Golongan yang terlalu berlebihan bahkan sampai meninggalkan syariat. Mereka tidak lagi shalat dan puasa. Bagi mereka, Jika seorang hatinya baik, maka tidak perlu lagi melakukan ibadah-ibadah lain seperti salat, puasa, haji dan lain sebagainya.
  3. Golongan yang menerima tasawuf tetapi juga tidak meninggalkan syariat.Tokoh-tokoh Golongan ini adalah Imam Abul Qosim Al Junaidi Al Baghdadi dan Imam Al Ghazali termasuk Syekh Abdul Qodir Al Jaelani.

Untuk ajaran tasawuf Ahlussunnah Wal Jamaah sendiri mengikuti Imam Abul Qosim Junaidi Al Baghdadi dan Imam Al Ghazali. Junaidi Al Baghdadi merupakan salah satu ulama Sufi yang terkenal dengan sebutan penghulu ulama akhirat. Lahir di Nahuwan tahun dan wafat di Irak sekitar tahun 279 Hijriyah atau tahun 91 Masehi. Beliau adalah salah satu tokoh sufi yang menguasai hadits dan fiqih serta dikenal sebagai tokoh kritis. Ia dibesarkan dalam dunia tasawuf, dan merupakan seorang perumus sufisme yang Ortodoks. Ajaran tasawufnya tidak berbeda-beda dengan pokok syariat dan menjaga kehidupan sufisme yang tetap dalam batas wajar. Tidak melakukan perbuatan-perbuatan ganjil apalagi meninggalkan syariat. Imam Abu Qosim Junaidi Al Baghdadi berkata: Bagiku ibadah atau syariat adalah sesuatu yang maha penting. Orang-orang yang melakukan zina dan mencuri itu lebih baik daripada orang-orang yang berbuat ganjil dan meninggalkan syariat. Al Ghazali lahir di wajah pada tahun 450 Hijriyah atau 1058 Masehi dan wafat di sana pada tahun 505 Hijriyah atau 1111 Masehi. Beliau memperoleh gelar Hujjatul Islam sebab mampu dan merupakan tokoh utama yang menyatukan sufisme dengan syariat. Beliau juga perumus tasawuf dan membersihkannya dari unsur yang tidak Islami dan mengabdikannya kepada paham sunni atau Ahlussunnah Wal Jamaah serta tasawufnya telah memperoleh restu dari ijma' atau kesepakatan para ulama.

Pemilihan ajaran tasawuf Imam Abu Qosim Junaidi Al Baghdadi dan Imam Al Ghazali sebagai sandaran ajaran di bidang tasawuf Ahlussunnah Wal Jamaah merupakan bukti bahwa NU sebagai pembela dan penegak ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jamaah dan sekaligus menolak ajaran Wihdatul wujud atau Pantheisme dari Al Hallaj [ Manunggaling kawulo Gusti] yang pernah berkembang di Indonesia.


Video yang berhubungan

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề