Dengan berpuasa kita bisa merasakan lapar hal itu dapat mendorong sikap

Suara.com - Puasa adalah kegiatan yang dilakukan menahan diri dari nafsu mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Bagi seluruh umat Islam yang sudah baligh menjalankan ibadah Puasa Ramadhan merupakan sebuah kewajiban karena puasa termasuk dalam rukun Islam yang ketiga. Tahukah Anda hikmah puasa Ramadhan?

Melakukan puasa bukanlah sekedar menjalankan perintah agama. Ada beberapa hikmah yang bisa kita petik saat menjalankan ibadah puasa. Berikut adalah hikmah yang bisa kita petik dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan:

1. Mendekatkan Diri kepada Sang Pencipta

Ketika kita menjalankan ibadah puasa sesuai dengan perintah Allah, maka berarti kita mempasrahkan segalanya pada Allah. Tujuan dari puasa kita adalah untuk mentaati segala perintah Allah demi mendekatkan diri kepadanya.

Baca Juga: Manfaat Puasa Ayyamul Bidh Bulan Rajab 1442 H

2. Mendorong pada Perbuatan Baik

Hikmah puasa Ramadhan - foto ilustrasi puasa. [Shutterstock]

Saat kita menjalankan ibadah puasa kita tidak hanya menahan rasa haus dan lapar, tetepi kita juga menjaga diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak baik pula. Secara tidak langsung ketika kita menjauhi hal tersebut artinya kita akan terdorong untuk melakukan hal-hal baik demi kesempurnaan puasa

3. Meningkatkan Rasa Empati

Bulan Ramadhan menjadi kesempatan bagi setiap Muslim untuk meningkatkan ketakwaan, nilai moral dan sosial. Dengan menjalankan puasa orang kaya merasakan bagaimana perasaan menahan lapar seharian, hal yang setiap hari dirasakan oleh orang yang kurang mampu.

Contohnya pada bulan Ramadhan orang-orang berbondong-bondong untuk berbagi, seperti membagikan makanan kepada orang yang kurang mampu untuk berbuka puasa

Baca Juga: Sangat Mudah di Hafal Berikut Bacaan Doa Buka Puasa

4. Mencegah Maksiat

Termasuk ketika menjalankan ibadah puasa, maka akan ada manfaat yang dapat kita peroleh. Tentu saja hikmah apa yang dijalankan setiap orang akan berbeda-beda, namun dalam menjalankan-nya ada beberapa hal yang kita rasakan bersama. Hal ini disampaikan dalam hadis sebagai berikut,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ مَا شَاءَ اللَّهُ يَقُولُ اللَّهُ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

“Setiap amal anak Adam akan dilipat gandakan, satu kebaikan menjadi sepuluh hingga tujuh ratus kebaikan sekehendak Allah, Allah berfirman, “Kecuali puasa, puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya, ia tinggalkan makan dan minumnya karena Aku.

Orang yang berpuasa itu mempunyai dua kebahagiaan, satu kebahagiaan ketika tiba waktu berbuka, dan satu kebahagiaan lagi ketika berjumpa dengan Rabbnya. Dan sungguh, bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih harum dari bau minyak kesturi. ” [HR Ibnu Majah]

Untuk itu, menjalankan ibadah puasa sunnah tentunya sebagaimana hadis di atas, akan mendapatkan banyak sekali kebaikan termasuk mampu menahan diri dan kebahagiaan lainnya yang dapat dirasakan oleh ummat islam yang menjalankannya.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut beberapa hikmah dari menjalankan ibadah puasa:

1. Melatih diri melawan hawa nafsu

Puasa yang dilaksanakan dari subuh hingga adzan magrib berkumandang tentu bukan hal mudah jika kita tidak terbiasa menahan diri. Larangan saat berpuasa seperti makan dan berhubungan suami istri tentu mengajarkan agar manusia dapat mengelola emosi dan dorongan hawa nafsunya, tentu saja bukan untuk dihilangkan namun dapat dikelola dengan baik agar dapat mencapai tujuan hidup menurut islam, dan tujuan penciptaan manusia.

2. Mengajarkan untuk hidup sederhana

Dengan berpuasa kita pun juga dapat melatih untuk hidup sederhana. Ketika berpuasa kita tidak banyak untuk membeli makanan atau minuman, dan menahan diri dari segala hal duniawi. Hal ini juga sekaligus mengajarkan kita untuk hidup berempati sosial pada lingkungan sekitar yang mungkin hidupnya lebih kurang beruntung dari kita.

3. Menjaga kesehatan

Manfaat dari puasa adalah kesehatan tubuh lebih terjaga dan dapat melakukan detoksifikasi atau pengeluaran racun dalam tubuh. Hal ini tentu saja dapat membuat tubuh kita lebih fit dan sehat. Hal ini karena tubuh kita beristirahat dari segala macam makanan atau minuman yang tidak sehat serta dibatasi agar tidak banyak makan berlebihan. Bahkan, para pakar kesehatan banyak merekomendasikan orang-orang yang sedang mengalami penyakit tertentu untuk melakukan puasa.

4. Melatih diri membiasakan istiqomah beribadah

Jenis puasa banyak. Ada puasa wajib dan puasa sunnah. Jika dilakukan terus menerus maka hal ini akan menambah keistiqomah kita dalam beribadah dan juga melaksanakan perintah-perintah Allah lainnya.

5. Memperoleh kenikmatan sebagai umat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam

Kita tidak akan pernah mendapatkan kenikmatan menjadi ummat rasul jika kita tidak pernah menjalankannya. Untuk ibadah puasa akan membuat kita semakin bermakna dan nikmat menjadi ummat Rasulullah SAW.

Wallahu A'lam

[wid]

Kota Mungkid – Puasa mengajarkan umat manusia akan kepekaan sosial. Ketika seseorang melakukan puasa, orang merasakan lapar dan haus, sehingga menyadari kesulitan orang lain untuk mendapatkan sesuatu untuk dimakan.

Demikian pesan K.H Ahmad Labib Asrori, SE, MM, pada acara Targhib Ramadhan dan Santunan UPZ Bersama Dharma Wanita Persatuan Kantor Kemenag Kab. Magelang, Jumat, [01/04/2022] di Gedung Serba Guna Komplek Kantor Kemenag Kab. Magelang.

Ahmad Labib menyampaikan bahwa sejak bulan Rajab, umat Islam sudah dimotivasi untuk mempersiapkan bulan Ramadhan dengan doa yang sangat mashur: “Allaahumma baarik lanaa fî rajaba wasya‘baana waballighnaa ramadlaanaa.” [HR. Imam Ahmad, dari Anas bin Malik]. Yang artinya: Duhai Allah, berakhilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan.

Ramadhan memiliki nilai yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena di bulan Ramadhan orang-orang beriman diperintahkan untuk berpuasa sesuai perintah Allah Swt dalam Q.S. Al Baqarah ayat 183: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

“Ketika seseorang melakukan puasa, orang memahami lapar dan haus, yang membuat seseorang menyadari kesulitan orang lain dalam mendapatkan sesuatu untuk dimakan. Dari aspek kehidupan sosial, orang akan menyadari kesusahan orang-orang yang menderita kelaparan,” kata Kyai Labib.

Dalam perjalanan Rasulullah Saw, beliau telah mengalami banyak ketidaknyamanan dalam hidup. Sehingga Rasulullah sangat menghayati kesusahan yang dialami umatnya. Makan dalam berpuasa, kita sangat dianjurkan untuk mengikuti Sunnah beliau, antara lain menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur.

Melalui puasa, kita diajarkan untuk mengendalikan diri karena lawan terberat adalah diri sendiri. Betapa banyak orang yang berpuasa tetapi hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja, sebagaimana sabda Nabi saw:  “Banyak orang yang berpuasa, namun ia tak mendapatkan apa pun dari puasanya selain rasa lapar saja,” [HR Imam Ahmad].

Dalam era kekinian, Kyai Labib menyampaikan kemaksiatan tidak harus ada di luar rumah. Sebab di rumah pun, tayangan televisi dan media sosial menjadi penyumbang hilangnya pahala puasa. Sebab, ghibah [menggunjing orang lain], dalam bentuk berbagai macam versi telah menghiasi layar televise konten enternainment.

“Sehingga tantangan terberat saat ini adalah menghindari tayangan TV, dan konten di media sosial yang belum jelas kebenarannya,” lanjut Kyai Labib.

Kyai Labib mendorong agar selalu mengedepankan keikhlasan dalam berpuasa dengan mengharap ridlo Allah Swt agar dosa-dosa kita diampuni, sebagaimana sabda Nabi Saw: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ’Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan berharap pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. [HR. Al-Bukhari dan Muslim].[m45k/Sua].

Banyak kamu muslimin yang menyatakan bahwa kita berpuasa untuk ikut merasakan apa yang dialami kaum fakir. Apakah ada dalil dalam Al-Quran dan Sunah tentang hal ini?

Alhamdulillah.

Tidaklah Allah menetapkan suatu syariat kecuali karena hikmahnya, apakah diketahui oleh orang atau tersembunyi, apakah diketahui sebagiannya atau tersembunyi sebagiannya. Bagi Allah hikmah yang dalam yang tidak diketahui oleh pemahaman dan akal.

Allah telah sebutkan hikmah dari disyariatkannya puasa dan diwajibkannya kepada kita. Dia berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمْ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ [سورة البقرة:  183]

“Wahai orang beriman, telah diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” [QS. Al-Baqarah: 183]

Sebagian ulama menyebutkan bahwa termasuk di antara kandungan takwa yang dilahirkan dari ibadah puasa adalah lahirnya empati dari orang kaya terhadap kondisi kaum fakir, bagaimana mereka merasakan lapar dan berbagai kebutuhan, sehingga hal tersebut akan mendorongnya untuk memenuhi kebutuhan saudaranya, dan ini termasuk di antara kandungan takwa.

Takwa adalah ungkapan yang bersifat menyeluruh untuk setiap perbuatan baik dan meninggalkan keburukan.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Takwa adalah ungkapan yang menyeluruh untuk perbuatan ketaatan dan meninggalkan kemungkaran.” [Tafsir Ibnu Katsir, 1/492]

Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Takwa adalah ungkapan menyeluruh untuk segalah sesuatu yang Allah perintahkan kepadanya dan meninggalkan segala sesuatu yang dilarang.” [Majmu Fatawa Wa Rasa’il Al-Utsaimin, 24/40]

Tidak terdapat nash, baik dalam Al-Quranul Karim maupun dalam sunah nabi yang menunjukkan secara khusus bahwa Allah Taala mewajibkan puasa kepada kita untuk menghadirkan simpati kepada kaum fakir. Akan tetapi, kalaupun ada ulama yang menyatakan demikian, mereka berlandaskan bahwa perkara tersebut termasuk dalam bagian takwa yang dengan jelas Allah nyatakan dalam Al-Quran sebagai hikmah dari puasa dan bahwa perkara tersebut cocok dengan kondisi orang yang berpuasa, juga dengan anjuran syariat untuk membantu, mencintai dan mengasihi di antara kaum beriman.

As-Sa’di rahimahullah berkata, “Allah Taala telah menyebutkan hikmah tentang syariat puasa dengan firmanNya, “Agar kalian bertakwa.” Karena puasa merupakan sebab terbesar bagi lahirnya takwa, karena di dalamnya melaksanakan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi apa yang Allah larang.

Termasuk dalam kandungan takwa adalah bahwa seorang yang berpuasa meninggalkan apa yang Allah haramkan berupa makan, minum, berjimak dan semacamnya yang nafsu biasanya cenderung kepadanya, dalam rangka beribadah kepada Allah dan berharap pahala dariNya dalam meninggalkan semua itu. Hal itu termasuk takwa.

Di antaranya; Bahwa puasa melatih jiwa untuk merasa selalu terpantau oleh Allah Taala, dan itu dia meninggalkan apa yang diinginkan hawa padahal dia mampu melakukannya karena dia menyadari Allah melihatnya. Di antara hikmah lainnya, puasa mempersempit jalur bagi setan, karena setan masuk ke dalam tubuh anak Adam melalui saluran darah, maka dengan puasa, pengaruh setan akan semakin lemah dan dengan sendirinya maksiat akan berkurang. Di antara hikmahnya bahwa orang yang berpuasa pada umumnya banyak melakukan ketaatan dan ketaatan merupakan ciri-ciri takwa. Di antara hikmah puasa lainnya; Bahwa orang kaya jika dia merasakan pedihnya lapar, maka hal itu akan mendorongnya untuk menyayangi kaum fakir yang tak berpunya, dan inipun merupakan ciri-ciri takwa.” [Tafsir As-Sa’dy, hal. 86]

Syekh Muhammad Mukhtar As-Sinqithy hafizahullah berkata, “Dalam ibadah puasa terdapat kebaikan yang banyak, dia dapat mengingatkan orang-orang kaya terhadap kaum fakir yang membutuhkan. Karena manusia, jika dia lapar dan dahaga, sementara dia masih mampu dan mengetahui bahwa di penghujung hari dia akan mendapatkan makanan, maka dia akan mengingat si fakir yang tidak mendapatkan makanan dan minuman. Karena itu mereka berkata, ‘Puasa memiliki kebaikan yang banyak bagi seseorang dari sisi bahwa dia dapat mengingatkan orang-orang miskin, khususnya di kalangan orang-orang kaya.” 

Karena orang kaya, boleh jadi dia lupa nasib saudara-saudaranya yang lemah dan fakir karena kekayaan yang ada padanya, sebagaimana firman Allah Taala,

كَلَّا إِنَّ الإِنسَانَ لَيَطْغَى * أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَى [سورة العلق: 6-7]

“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas. karena dia melihat dirinya serba cukup.” QS. Al-Alaq: 6-7

Manusia, jika merasa kaya, maka dia dapat melampaui batas, akan tetapi jika dia lapar seperti laparnya orang fakir atau dahaga seperti dahaganya fakir, maka hal itu akan menggiringnya untuk mengingat kaum fakir sehingga timbul rasa belas kasih kepada mereka.

[Syarh Zadil Mustaqni, 7/100, dengan penomoran maktabah syamilah]

Kita berpuasa sebagai bentuk ibadah kepada Allah Taala, taat kepada Allah dan RasulNya untuk meraih derajat takwa dalam hati kita yang menjadi sebab kebahagiaan di dunia dan akhirat. Di antara bentuk takwa adalah; Merasakan apa yang dirasakan kaum fakir yang mendorong sikap berbuat baik kepadanya.

Lihat pertanyaan no. 26862

Wallahu a’lam.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề