Disebut apakah motif batik yang menggunakan zat pewarna soga alam

Pewarna batik adalah salah satu faktor yang menunjang pembuatan sebuah batik. Dahulu hanya dikenal pewarna alami, namun sekarang telah dikenal berbagai zat sintetis/kimia untuk mewarnai batik. Penggunaan pewarna alami tentu tidak lepas dari ilmu pengetahuan dan kearifan yang dimiliki nenek moyang kita. Sedangkan, munculnya pewarna kimia adalah simbol dari kemajuan teknologi dan perkembangan Industri batik.

Berbagai keunggulan dan kekurangan dimiliki pewarna alami dan sintetis/kimia. Pewarna alami terkenal dengan keramahan lingkungan, namun memiliki jumlah yang terbatas. Sedangkan pewarna sintetis/kimia sangat menguntungkan untuk industri, walaupun memiliki dampak pada pencemaran lingkungan.

Artikel ini akan mengulas tentang berbagai hal tentang pewarna batik.

Mari disimak!

Pewarna Batik Alami

Pewarna Batik alami adalah pewarna yang dihasilkan dari berbagai tumbuhan dan bahan-bahan alami lainnya. Apakah bisa tumbuh-tumbuhan menjadi zat pewarna pada kain?

Contoh yang dapat terjadi sehari-hari adalah ketika baju kita terkena tumpahan atau cipratan kuah soto. Kuah soto biasanya berwarna kuning, warna kuning itu berasal dari kunyit.

Jika kuah soto terciptrat atau tertumpah di baju atau celana yang berwarna putih. Maka baju atau celana yang terciprat itu akan mempunyai noda kuning ketika air kuah itu kering.

Kira-kira seperti itu lah pewarna alami.

Sebenarnya, pengetahuan akan pewarna alami telah dikenal sejak zaman dahulu.

Pengetahuan itu telah diaplikasikan ke berbagai hal, salah satunya adalah membatik.

Untuk mengingatkan, proses pembuatan batik yang ditulis ataupun dicap keduanya memiliki tahapan pewarnaan. Pada proses ini lah, zat-zat pewarna dicampur dengan air dan diaduk bersama kain yang telah dilapisi lilin.

[Kenali perbedaan batik tulis, cap dan print dalam artikel ini!]

Pengetahuan pewarnaan alam ini berbeda di satu tempat dengan tempat yang lain karena para pembatik menggunakan bahan pewarna yang tersedia di lingkungannya.

Mari kita kenali tumbuhan-tumbuhan apa saja yang dapat menghasilkan warna-warna untuk batik:

Kunyit, tumbuhan yang memiliki sejuta manfaat. Sumber: hallosehat.com

Kunyit yang juga disebut kunir [Curcuma longa, Curcuma domestica] adalah tanaman rempah-rempah yang tumbuh di Indonesia. Kunyit dalam pewarnaan menghasilkan warna kuning. Selain, menjadi bahan pewarna kunyit memiliki banyak manfaat untuk kesehatan dan bumbu masak.

Kulit akar mengkudu yang telah dipotong-potong untuk dijadikan pewarna batik. sumber: batiktuliscanting.blogspot.com

Kulit akar mengkudu [Morinca citrifolia] dikenal juga sebagai noni, pace atau bentis dalam bahasa Jawa. Dalam pewarnaan menghasilkan warna merah cerah. Tumbuhan ini juga memiliki banyak manfaat, buahnya terkenal sebagai obat herbal untuk sakit kanker, loh.

Pohon Buah Mundu, bentuknya yang bulat seperti apel membuat tanaman ini juga dinamakan Apel Jawa. Sumber: jitunews.com

Kulit pohon mundu [Garcinia dulcis] biasa disebut juga buah apel Jawa. Tanaman ini dapat menghasilkan warna hijau jika dicampur dengan air tawas.

Tawas yang berbentuk kristal. sumber pipitta.com

Air tawas sebenarnya biasa digunakan untuk penjernih air. Namun, jika digabungkan dengan kulit pohon mundu dapat menghasilkan warna hijau.

Daun pohon nila. Sumber: obatrindu.com

Danu nila [Indofera] atau yang disebut juga tarom dapat menghasilkan warna biru jika dicampur dengan air kapur.

Kulit buah manggis yang akhir-akhir ini terkenal sebagai obat herbal, ternyata juga bisa menjadi pewarna batik alami. Sumber: sehatcenter.com

Kulit buah manggis selain banyak mengandung khasiat untuk kesehatan, juga dapat menghasilkan warna. Beberapa warna yang dapat dihasilkan dari kulit buah manggis adalah merah, ungu dan biru. Buah manggis memiliki zat tannin, zat warna yang dimiliki tumbuhan, yang terbaik.

Tumbuhan Soga tingi yang dapat digunakan kulit pohonnya sebagai pewarna alami batik. Sumber: wikipedia.org

Kulit pohon soga tingi [Ceriops tagal] dikenal sebagai pewarna batik oleh sebagian besar pembatik. Warna yang dihasilkan oleh kulit pohon soga tingi bergantung dari proses pewarnaannya. Handayani PA menyebutkan dalam abstraksi esainya bahwa  ekstrak kulit pohon soga tingi dapat memproduksi tannin [zat warna pada tumbuhan] jika dicampur dengan 96% ethanol dan memakan waktu selama 3 jam. Ekstrak kulit pohon soga tingi jika bercampur dengan tumbuhan tunjung menghasilkan warna hitam, jika bercampur dengan jeruk nipis menghasilkan warna cokelat, dan jika bercampur dengan tawas menghasilkan warna cokelat kemerah-merahan.

Pohon Soga Jambal. sumber: obatrindu.com

Kulit Pohon Soga Jambal [Pelthophorum Ferruginum] memiliki 17,7% zat tanin. Warna yang dihasilkan dari kulit kayu jambal adalah cokelat kemerahan.

Kayu tegeran yang sudah dipotong-potong dan dikeringkan. sumber: zatwarnaalami.blogspot.com

Kayu tegeran [Cudraina Javanensis] digunakan bersaman dengan kulit kayu soga untuk menghasilkan warna kuning. Kayu tegeran daapat digunakan sebagai pewarna batik yang memiliki kecerahan warna dan ketahanan luntur yang baik, menurut hasil penelitian Vivin Atika dan Irfa’ina Rohana Salma. Hasil penelitian tersebut terbit dalam jurnal Majalah Ilmiah: Dinamika Kerajinan dan Batik Vol. 34 No 1 tahun 2017. Untuk lebih lengkapnya silahkan klik di sini.

Pohon Kesumba. Sumber: zatwarnaalami.blogspot.com

Kesumba [Bixa Orelana] adalah tanaman yang berasal dari Mediterania. Buah kesumba dapat dijadikan sumber pewarna alam. Selain dapat digunakan untuk pewarna batik, buah kesumba juga bisa digunakan untuk berbagai macam bahan pewarna, seperti makanan, kosmetik dan sabun.

Daun jambu biji. selain dapat mengatasi diare juga bisa menjadi pewarna batik. sumber: vemale.com

Jambu biji [Psidium Guajava] sangat bermanfaat bagi tubuh. Daunnya pun telah diketahui menjadi obat diare sejak zaman orang tua dahulu. Ternyata, daunnya juga dapat menjadi sumber pewarna alami. Zat warna yang dihasilkan dari daun jambu biji adalah warna hijau kecoklatan. Beberapa mahasiswa UNY telah meriset tentang hal ini. Lengkapnya silahkan cek di sini.

Daun teh ternyata juga bisa menjadi sumber pewarna alami. sumber: Medkes.com

Teh tentu biasa kita lihat sehari-hari. Ternyata, selain dapat diminum, daun teh juga bisa menjadi sumber pewarna alami. Ekstrak daun teh dapat menghasilkan warna merah kecokelatan. Terdapat hasil penelitian mengenai teh sebagai sumber pewarna alam. Untuk lebih lanjut, silahkan baca di tautan berikut ini.

  • Bagian-bagian Tanaman Bakau

Tanaman Bakau [Mangrove], selain memiliki manfaat sebagai penjaga ekosistem bawah air juga dapat menjadi bahan pewarna alam. Seperti yang tertulis di buku Keeksotisan Batik Jawa Timur: Memahami Motif dan Keunikannya. Di daerah Kedung Baruk, kecamatan Rungkut, Surabaya para pengrajin batik dapat menggunakan beberapa bagian tanaman bakau sebagai sumber pewarna alam.

Penggunaannya dicampur dengan berbagai zat lainnya seperti caping bunga dan bruguira untuk menghasilkan warna merah dan mencampur kunyit, getah nyamplung dan gambir untuk menghasilkan warna kuning.

Dr Ir Delianis Pringgenies MSc juga pernah mempraktikan cara pengolahan tanaman bakau sebagai sumber pewarnaan alami. sila di cek di tautan berikut ini.

Dari sekian banyak tanaman sumber pewarnaan alami yang telah diulas, mereka juga memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan pewarna alami, di antaranya:

  1. Ramah lingkungan;
  2. Kombinasi warnanya bersifat lembut, harmonis, dan tidak bertabrakan;
  3. Disertai dengan aroma yang khas;
  4. Kain batik yang menggunakan pewarna alami memiliki harga yang lebih tinggi

Kekurangan pewarna alami, antara lain:

  1. Variasi warna yang sangat terbatas;
  2. Bahan pewarna harus diolah terlebih dahulu, cukup memakan waktu;
  3. Proses pewarnaan pun perlu diulang-ulang untuk mendapatkan warna sesuai selera;
  4. Warna yang dihasilkan tidak tahan terhadap sinar matahari, jika terlalu sering dipakai di kegiatan luar ruangan dapat membuat warna gelap menjadi pudar;
  5. Membutuhkan modal yang besar menggunakan pewarna alami.

Pewarna Batik Sintetis/Kimia

Pewarna batik sintetis/kimia muncul seiring dengan perkembangan industri batik. Penggunaan pewarna alami memakan waktu dan biaya yang cukup tinggi. Untuk produksi yang jauh lebih besar, dibutuhkan sebuah pewarna yang dapat menunjang produktivitas.

Seperti yang tercatat pada buku Keeksotisan Batik Jawa Timur: Memahami Motif dan Keunikannya, Zat pewarna kimia ini pertama kali diperkenalkan oleh pedagang Tionghoa sekitar awal abad ke-20.

Pewarna kimia pun juga memiliki spesifikasi yang berbeda.

Tergantung dengan harganya.

Untuk yang mahal, warna yang dihasilkan jauh lebih bagus.

Ketimbang, yang murah.

Beberapa pewarna batik kimia, di antaranya:

Bubuk Napthol memiliki berbagai macam warna. sumber: kidungasmara.com

Napthol adalah jenis pewarna yang susah larut di air. Untuk menggunakannya dapat melarutkan dengan air panas dan diberi sedikit Caustic Soda.

Beberapa jenis Napthol yang ada di pasaran adalah Naphthol AS, Naphtol ASG, Napthol ASBU, Napthol ASGR, Naphtol ASOL, Napthol ASWR, Naphtol ASBR dan sejenisnya.

Tahapan penggunaan Napthol di antaranya:

  1. Kain dicelupkan ke dalam air panas yang mengandung Napthol dan Caustic soda. Pada tahap pencelupan pertama warna belum timbul pada kain.
  2. Kain yang telah melewati proses pertama dicelupkan kembali ke dalam laurtan garam diazodium yang sesuai dengan warna yang diinginkan.

Ketebalan warna yang dihasilkan pada jenis zat pewarna kimia naphtol ini tergantung dari kadar Napthol yang diserap oleh kain. Biasanya penggunaan napthol hanya pada proses pencelupan tidak untuk mencolet atau mengkuas.

Bubuk indigosol. sumber: tradeindia.com

Indigosol adalah jenis pewarna sintetis/kimia yang mudah larut di air.

Ketika kain dicelupkan ke dalam air yang telah dicampur Indigosol, hanya akan timbul warna yang samar.

Kain harus dioksidasi dengan zat Natrium Nitrit [NaNo2] lalu dicelupkan ke dalam larutan HCI atau H2SO4 untuk memunculkan warnanya.

Indigosol dapat digunakan pada proses pencelupan dan mencolet sekaligus.

Remazol termasuk dalam jenis zat warna reaktif. Maksudnya adalah dapat beraksi dan mengadakan ikatan langsung dengan serat sehingga menjadi bagian serat itu sendiri.

Penggunaan remazol pada batik bisa dalam proses pencelupan, coletan dan kuasan.

Karakteristik zat ini di antaranya: mudah larut dengan air; warna yang bagus dengan ketahanan luntur yang baik, daya afinitas rendah.

Penggunaan remazol dapat menggabungkan natrium silikat untuk menjaga warna.

Kekurangan dan kelebihan pewarnaan ini terletak dalam kacamata bidang industri.

Kelebihan yang paling utama adalah unggul dari berbagai bidang produksi, seperti mudah didapatkan, cepat teraplikasi pada kain, tersedia dalam jumlah yang banyak.

Kekurangannya adalah risiko penggunaan bagi lingkungan sekitar. Penggunaan zat pewarna kimia yang berlebihan dapat mencemarkan lingkungan, membahayakan kehidupan manusia dan alam.

Penutup

Kedua jenis zat pewarna ini mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun, opini penulis  adalah lebih baik menggunakan zat pewarna alami. Tentunya, penggunan zat pewarna alami harus melibatkan segenap pihak. Membuat sistem yang baik terhadap sumber daya pewarna alam, yang di dalamnya termasuk produksi, distribusi, penelitian dampak terhadap lingkungan, dan lain-lain.

Penulis berharap. Jika seluruh pihak bergerak dalam bidang  ini,  maka mampu menciptakan ekosistem kebudayaan yang baik. Di mana semua pihak merasakan manfaatnya. Kelestarian budaya terjaga, masyarakat pendukungnya sejahtera, dan alam pun terawat baik.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề