Faktor yang dapat mempengaruhi subjektivitas sejarawan ditunjukkan oleh kombinasi

a.Subjektivitas      

Subjektivitas adalah kesaksian atau tafsiran yang merupakan gambaran hasil parasaan atau pikiran manusia. Jadi, subjektivitas adalah suatu sikap yang memihak dipengaruhi oleh pendapat pribadi atau golongan,  dan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang melingkupinya. Dalam sejarah sukyektifitas banyak terdapat dalam proses interpretasi. Sejarah, dalam mengungkapkan faktanya membutuhkan interpretasi dan interpretasi melibatkan subyek. Dalam subjektivisme, dimana objek tidak lagi dipandang sebagaimana seharusnya, tetapi dipandang sebagai kreasi dan konstruksi akal budi. subjektif diperbolehkan selama tidak mengandung subjektivistik yang diserahkan kepada kesewenang-wenangan subjek, dan konsekuensinya tidak lagi real sebagai objektif.

Dalam suatu peninggalan sejarah, seorang sejarawan menggunakan analisis dan penafsirannya. Di sinilah akan muncul subjektivitas dalam penulisan sejarah. Dia berusaha untuk menerangkan mengapa,  bagaimana peristiwa terjadi dan mengapa saling berhubungan dengan peristiwa lain serta berupaya  menceritakan apa, bilamana, dimana terjadi dan siapa yang ikut serta didalamnya. Sehingga dalam penulisannya lebih bermakna.

Dalam merekonstruksi suatu peristiwa sejarah tidaklah akan untuk bagaimana peristiwa itu terjadi dimasa lampau. Hal ini disebabkan karena banyaknya hal atau rangkaian peristiwa yang hilang atau memang sengaja dihilangkan. Karena alasan itu juga, penafsiran dari seorang sejarawan sangat diperlukan untuk menghubungkan suatu peristiwa dengan peristiwa yang lain. Sehingga mendekati kebenaran. Dari sini dapat dilihat bahwa suatu penulisan peristiwa sejarah itu tidak dapat lepas dari unsur subjektivitas. Karena dalam penulisan sejarah itu tidak dapat objektif 100%. Dalam penulisan sejarah, seseorang tidak dapat melepaskan subjektifitasnya. Terdapat 2 faktor utama yang dapat menjadikan suatu penulisan sejarah bersifat subjektif, yaitu :

1.      Pemihakan pribadi [personal bias] : Persoalan suka atau tidak suka pribadi terhadap individu-individu atau golongan dari seseorang dapat mempengaruhi subjektivitas dari penulisan sejarah.

2.      Prasangka kelompok [group prejudice] : Keanggotaan sejarawan dalam suatu kelompok [ras, golongan, bangsa, agama] dapat membuat mereka memiliki pandangan yang bersifat subjektif dalam mengamati suatu peristiwa sejarah.

b.Objektivitas

Objektivitas adalah hal-hal yang bisa diukur yang ada di luar pikiran atau persepsi manusia.  Sikap objektifitas  tidak akan dipengaruhi oleh pendapat pribadi atau golongan didalam mengambil keputusan.  Jadi, objektivitas adalah usaha mendekatkan diri pada obyek atau dengan kata lain berarti bertanggung jawab pada kebenaran objek. Seorang sejarawan dalam merekonstruksi sejarah, harus mendekati objektivitas, karena akan didapat gambaran rekonstruksi yang mendekati kebenaran.

Dalam merekonstruksi suatu peristiwa sejarah diperlukan bukti-bukti sejarah atau lebih tepatnya fakta sejarah. Fakta atau peninggalan sejarah itu disebut objek, baik yang bersifat artifak, dokumen tertulis, dan lain sebagainya. Sejarawan selalu dituntut supaya dengan sadar dan jujur mengikatkan diri pada objek dan berfikir secara objektif. Seorang sejarawan dalam penulisan atau rekonstruksi suatu peristiwa sejarah diharapkan untuk tidak memihak. Maksudnya tidak terpaku secara subjektif 100% maupun objektif 100%.  Kendati demikian, sejarawan tetap tidak bisa objektif secara total. Hal ini diakibatkan keterbatasan sumber yang ditemukan dan faktor lainnya.

Nilai karya sejarawan akan selalu tergantung pada nilai objektivitasnya. Suatu karya sejarah akan jauh nilainya lebih baik apabila sejarawan dengan sengaja tidak objektif. Arti sederhana dari kata objektifitas dalam sejarah objektif adalah sejarah dalam kenyataan, jadi kejadian itu terlepas dari subjek.

Unsur yang harus ada dalam sejarah objektif adalah:

  1. Kebenaran mutlak
  2. Sesuai dengan kenyataan, termasuk juga yang tersembunyi.
  3. Tidak memihak dan tidak terikat
  4. Kondisi – kondisi yang harus lengkap untuk semua peristiwa

Seorang sejarawan asal Amerika Serikat, Garraghan mengatakan bahwa  yang dimaksud dengan objektivitas sejarah adalah:

Ø  Objektivitas tidak berarti menuntut agar sejarawan bebas sepenuhnya dari kecurigaan-kecurigaan awal yang bersifat sosial, politis, agama, atau lainnya.

Ø  Objektivitas tidak berarti menuntut agar sejarawan mendekati tugasnya terlepas dari semua perinsip, teori dan falsafah hidupnya.

Ø  Obyektifitas tidak berarti menuntut agar sejarawan bebas dari simpati terhadap obyeknya.

Ø  Objektivitas tidak berarti menuntut agar pembaca mengekang diri dari penilaian atau penarikan konklusi.

Ø  Objektivitas sejarawan tidak berarti bahwa semua situasi yang menimbulkan peristiwa historis dicatat sesuai dengan kejadiannya.

c.Kesimpulan

Objektivitas dan subjektivitas merupakan dua kata yang seringkali salah difahami oleh sebagian orang terutama dalam penulisan sejarah. Padahal kata objektif dalam penulisan sejarah mengacu pada peristiwa yang sebenarnya terjadi dan tidak bisa terulang lagi. Sedangkan sejarah yang subjektif merupakan gambaran dari peristiwa sejarah yang di tulis oleh seorang sejarawan. Karena itu kedua-duanya merupakan bagian dari penulisan sejarah.

  1. Kebenaran dalam penelitian sejarah itu tidak mutlak.

    SEBAB

    Hasil-hasil penelitian sejarah itu selalu terbuka untuk diuji dan digugat oleh sejarawan-sejarawan lain.

    Jawaban : a

    Sejarah yang kita pelajari dan pahami saat ini adalah hasil kajian atau rekonstruksi sejarawan tentang peristiwa masa lalu. Sebagai ilmu, sejarah mempunyai objek [yaitu suatu peristiwa masa lampau yang pernah dialami manusia]. Objek itu benar-benar pernah dialami manusia dalam waktu yang lampau [empiris]. Rekonstruksi peristiwa itu menggunakan metode ilmiah dan hasil rekonstruksi itu dapat diuji atau diverifikasi kembali secara terus menerus.

  2. Subjektivitas dalam penulisan sejarah disebabkan oleh beberapa faktor, kecuali ....

    1. perbedaan latar belakang penulisnya

    2. sikap berat sebelah pribadi

    3. pandangan hidup yang berbeda

    4. prasangka kelompok

    5. tingkat ekonomi dan kehidupan yang berbeda

    Jawaban : e

    Tingkat ekonomi dan kehidupan yang berbeda merupakan faktor yang kurang mendukung adanya subjektivitas dalam penulisan sejarah. Beberapa faktor yang menyebabkan subjektivitas dalam penulisan sejarah antara lain:

    1. Sikap berat sebelah pribadi.
    2. Prasangka kelompok.
    3. Pandangan hidup yang berbeda tentang penggerak sejarah.
    4. Perbedaan latar belakang penulis.

  3. Hasil kebudayaan pra-aksara yang berbentuk keranda dan bertutup disebut ....

    1. Sarkofagus

    2. Kuburan batu

    3. Menhir

    4. Dolmen

    5. Pandusha

    Jawaban : a

    Hasil kebudayaan pra-aksara yang berbentuk keranda atau tertutup adalah Sarkofagus. Benda ini merupakan benda hasil kebudayaan batu besar [megalithikum]. Benda-benda peninggalan zaman megalithikum:

    1. Untuk pemujaan
      1. Menhir atau tugu yang berbentuk tiang.
      2. Area atau patung yang masih kasar dan punden berundak atau bangunan bersusun.
    2. Untuk jenazah/mayat
      1. Peti kubur batu, tempat jenazah yang tidak ada tutupnya.
      2. Waruga, berbentuk kotak seperti kubus yang punya atap limasan. Banyak terdapat di Minahasa.
    3. Untuk meletakkan sesaji

  4. Kemampuan manusia mulai berorganisasi mulai terjadi.....

    1. Sejak masa pra-aksara

    2. Sejak masa mengalithikum

    3. Setelah masuknya budaya Hindu-Budha

    4. Setelah masuknya peradaban Islam

    5. Setelah berinteraksi dengan peradaban Barat

    Jawaban : a

    Kemampuan manusia berorganisasi mulai ada sejak zaman pra-aksara. Di Indonesia kemampuan berorganisasi mulai ada sejak zaman neolithikum atau zaman batu baru. Pada zaman inilah sering dikatakan sebagai cikal bakal masyarakat Indonesia.

  5. Perubahan pola hidup mengembara dan berpindah-pindah [nomaden] menjadi menetap [sedent air] terjadi pada masa ....

    1. BatuTua

    2. Batu Madya

    3. Paleolithikum

    4. Batu Muda

    Jawaban : d

    Perubahan pola hidup mengembara dan food gathering menjadi pola hidup menetap dan food producing merupakan suatu revolusi kebudayaan dalam manusia prasejarah di Indonesia. Hal ini terjadi pada masa neolithikum atau masa batu baru atau batu muda.

  6. Manusia pada perundagian sudah memiliki kepandaian membuat peralatan dari logam.

    SEBAB

    Teknologi peleburan logam sudah ada pada masa perundagian.

    Jawaban : a

    Pernyataan benar
    Pada saat perundagian di Indonesia, masyarakat sudah memiliki kepandaian membuat peralatan dari logam. Masa perundagian disebut juga zaman pertukangan, zaman logam, zaman perunggu, karena kebanyakan alat yang ditemukan terbuat dari perunggu.

    Alasan benar
    Teknik peleburan logam sudah ada pada masa perundagian. Ada dua teknik peleburan logam yaitu teknik bivalve [setangkap] dan Acire Produe [cetakan lilin].

  7. Asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia adalah dari Yunan, Cina Selatan.

    SEBAB

    Penyebarannya ke wilayah Indonesia disebabkan oleh desakan dan perang melawan bangsa-bangsa di Asia.

    Jawaban : b

    Asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia adalah dari Yunan, Cina Selatan. Nenek moyang bangsa Indonesia adalah bangsa Austronesia yang bermigrasi pertama sekitar 2000 SM dengan membawa kebudayaan Neolithikum [bangsa Proto Melayu]. Kemudian migrasi kedua sekitar 500 tahun SM yang membawa kebudayaan logam [bangsa Deutro Melayu/Melayu Muda].

  8. Bangsa Arya merupakan pendukung peradaban lembah Sungai Gangga yang tersebar di antara Pegunungan Himalaya dan Pegunungan Windya-Kedna.

    SEBAB

    Bangsa Arya berhasil mengalahkan bangsa Dravida di lembah Sungai Indus dan menguasai daerah yang subur untuk bercocok tanam.

    Jawaban : b

    Pernyataan benar
    Bangsa Arya merupakan pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga yang tersebar antara pegunungan Himalaya dan Pegunungan Windya-Kedna.

    Alasan benar
    Bangsa Arya berhasil mengalahkan bangsa Dravida dan menguasai daerah yang subur dan bercocok tanam didaerah Punjab.

    Pernyataan benar dan alasan benar tetapi keduanya tidak ada hubungan sebab akibat.

  9. Pembangunan sistem drainase pertama kali dilakukan oleh masyarakat Mohenjo Daro di India.

    SEBAB

    Masyarakat Mohenjo Daro sudah memiliki saluran pembuangan air dari rumah tangga ke bak kontrol.

    Jawaban : a

    Pernyataan benar
    Pembangunan sistem drainase pertama kali ada di Mohenjo Daro dan Harappa di India. Kota Mohenjo Daro dan Harappa [yang berjarak 600 km] merupakan kota tertua di dunia. Tata kotanya sangat teratur. Jalan rayanya sangat luas, setiap lebih kurang 40 m dipotong oleh jalan yang kecil yang juga luas dan dilengkapi saluran air.

    Alasan benar
    Masyarakat Mohenjo Daro dan Harappa sudah memiliki saluran pembuangan air dari rumah tangga ke bak kontrol. Hal ini dapat diketahui dari reruntuhan bekas kota Mohenjo Daro dan Harappa di India [sekarang di Pakistan].

    Pernyataan benar dan alasan benar, dan keduanya ada hubungan sebab akibat.

  10. Hukum "Dua Belas Lempeng" merupakan produk undang-undang tertulis pada masa Yunani kuno.

    SEBAB

    Hukum "Dua Belas Lempeng" ditulis di atas 12 lempeng logam.

    Jawaban : d

    Pernyataan salah
    Hukum "Dua Belas Lempeng" bukan merupakan produk undang-undang tertulis pada masa Romawi Kuno.

    Alasan benar
    Hukum "Dua Belas Lempeng" ditulis di atas 12 lempengan logam. Maka nama undang-undang tertulis tersebut adalah Hukum "Dua Belas lempeng.




Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề