Faktor yang mempengaruhi terbentuknya kemajemukan di Indonesia adalah

Kemajemukan Masyarakat Indonesia dan Faktor Yang Mempengaruhinya – Indonesia merupakan negara yang besar yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Jika dilihat dari struktur sosial yang ada, masyarakat Indonesia dapat dikatakan sebagai masyarakat majemuk. Kita dapat melihat hal itu dari kenyataan sosiologis dalam masyarakat Indonesia.

Dalam masyarakat Indonesia terdapat banyak perbedaan budaya dan cara hidup di antara kelompok-kelompok dan anggota masyarakat yang ada. Kita lihat hal itu di masyarakat Indonesia yang membentang dari arah barat menuju ke arah timur mulai dari Sumatera hingga Irian Jaya.

Di Sumatera kita dapat menemukan keanekaragaman suku bangsa dan agama, misalnya suku Aceh yang mayoritas beragama Islam, suku Batak yang mayoritas beragama Kristen/Katholik, suku Minangkabau di Sumatera Barat dan suku Melayu di Sumatera Selatan.

Di Jawa kita temukan suku Sunda dengan bahasa lokal bahasa Sunda, suku Jawa dengan bahasa sehari-hari menggunakan bahasa Jawa. Suku Madura yang juga memiliki bahasa sendiri yaitu bahasa Madura. Suku Bali yang menggunakan bahasa Bali dan mayoritas beragama Hindu, dan seterusnya.

Kita dapat menemukan beragam suku bangsa, agama, bahasa semacam itu di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan di Irian Jaya dan yang lainnya.

Faktor Yang Mempengaruhi Kemajemukan Masyarakat Indonesia

Keanekaragaman suku bangsa, agama, tas bahasa dan etnis lain di Indonesia merupakan warisan sejarah. Hal ini sudah lama ada sebelum negara Republik Indonesia berdiri.

Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi keberadaan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat majemuk di antaranya adalah faktor geografis, perdagangan laut dan kedatangan penjajah Belanda di Indonesia. Berikut penjelasan lengkapnya.

Baca juga: Diferensiasi Sosial : Pengertian, Jenis, Ciri-Ciri dan Bentuknya

1. Masyarakat Kepulauan dan Perbedaan Etnik

Wilayah Indonesia adalah wilayah yang terdiri dari tiba pulau yaitu sekitar 17.504 pulau besar dan kecil. Sebagai negara kepulauan, Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman suku dan budaya yang khusus di setiap pulau yang ada Setiap pulau di Indonesia secara umum dihuni oleh suku bunga yang berbeda.

Setiap pulau memiliki iklim dan geografis tertentu. Keadaan iklim dan geografis itu berpengaruh terhadap budaya yang mereka miliki. Suku bangsa ini berasal dari suatu induk bangsa tertentu yang dulunya membuka dan menemukan pulau yang sekarang didiami oleh keturunan mereka

Pembentukan suku-suku bangsa di Indonesia sekarang ini terjadi karena perpindahan kelompok-kelompok manusia dari Asia ke Kepulauan Nusantara. Mereka berasal dari bangsa berlainan dan memiliki budaya yang beragam pula. induk bangsa yang besar dan tertua yang pernah hidup di Indonesia adalah induk bangsa Negroid. Weddad, dan Melayu.

Induk bangsa Negroid mempunyai ciri-ciri berkulit hitam dan rambut ikal. Di antara kelompok ini adalah orang-orang Tapiro di Irian Jaya. Keturunan Negroid di Indonesia umumnya berdiam di daerah kepulauan sebelah timur Indonesia, seperti Irian jaya.

Induk bangsa Weddid berasal dari bangsa Wedda yang hidup di Sri Lanka yang di antaranya bercirikan rambut berombak tegang dan lengkung alis agak menjorok ke depan. Tipe keturunan induk bangsa ini di Indonesia terutama dijumpai di semenanjung barat daya Sulawesi [Toala, Tomuna dan Tokea] dan di Sumatera Selatan [terdapat orang kubu].

Induk bangsa Melayu adalah induk bangsa yang paling terkenal dan banyak dijumpai di Indonesia. Induk bangsa Melayu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proto-Melayu dan deutro-Melayu. Mereka berbeda dengan induk bangsa lain.

Wajah mereka mirip dengan raut wajah bangsa Mongol yang memiliki ciri tulang pipi agak menonjol ke depan, berhidung lebar dan pesek, kulit cokelat dan tubuh pendek. Mereka kebanyakan tinggal di Pulau Jawa. Sumatera, dan Kalimantan.

Baca juga: Prinsip Ekonomi: Pengertian, Manfaat dan Contoh Penerapannya

Ketiga induk bangsa tersebut mendiami wilayah Nusantara selama berabad-abad. Kemudian, sebagian terdesak masuk ke pedalaman jauh dari pesisir karena datangnya para pedagang dan kolonialis yang berasal dari Eropa dan Asia, seperti bangsa Tionghoa, Arab, dan India.

Para pedagang tersebut umumnya tinggal di daerah perkotaan atau di pesisir pantai, sedangkan suku bangsa asli banyak yang terdesak ke daerah pedalaman dan hidup di pedesaan.

Kalian sekarang telah mewarisi berbagai macam suku bangsa yang berbeda satu sama lain ditinjau dari keturunan bentuk fisik tubuh, dan budaya. Para ahli menduga sekarang di Indonesia terdapat lebih dari 300 kelompok-kelompok sosial yang berbeda menurut suku bangsa.

Kelompok-kelompok itu berbicara dalam lebih dari 250 macam bahasa yang berbeda. Sepuluh kelompok dari seluruh kelompok yang ada menyatakan diri mempunyai lebih dan satu juta anggota [Geertz, 1963].

2. Perdagangan Laut dan Perbedaan Agama

Karena posisi Indonesia yang strategis, di persimpangan lalu lintas perdagangan dunia, terjadi persinggahan kaum pedagang dari segala penjuru dunia di negara kepulauan Indonesia.

Banyak antara mereka yang dikenal selain sebagai pedagang juga sebagai kaum yang membawa misi keagamaan. Selain membawa barang perdagangan, mereka juga membawa kebudayaan baru ke indonesia.

Di Jawa misalnya, dijumpai adanya suatu kebudayaan campuran antara penduduk asli dan pengaruh kaum pendatang yang beragama Hindu. Pengaruh itu terjadi sejak kaum pedagang India masuk membawa agama Hindu yang kemudian menjadi agama Hindu-Jawa.

Pengaruh agama Hindu tidak hanya sampai pada tingkat budaya dan cara hidup rakyat tetapi juga tingkat politik. Sistem kerajaan saat itu banyak dijalankan dengan berpedoman pada ajaran agama Hindu.

Kita bisa melihat sisa pengaruh agama Hindu, misalnya di dalam upacara-upacara ritual yang sampai sekarang masih terpelihara di daerah Pegunungan Bromo di Jawa Timur, di Bali, dan candi-candi bekas peninggalan kerajaan Hindu Jawa di Jawa Tengah.

Pada abad-abad berikutnya di Indonesia juga terjadi sentuhan kebudayaan asli dengan kebudayaan yang dibawa oleh agama lain. Selain menerima pengaruh agama Hindu, Indonesia juga menerima pengaruh agama Islam.

Pengaruh kebudayaan Islam disebarluaskan oleh para pedagang muslim yang menelusuri jalur perdagangan di pantai Laut Hindia sampai kemudian tiba di daerah Aceh dan pantai utara Sumatera.

Dikemukakan oleh Castle [1982] bahwa kaum pedagang muslim dan para sufi Islam selain berdagang juga menyebarluaskan budaya Islam di kerajaan-kerajaan pantai utara Sumatera, Jawa, hingga di Maluku. Hal ini dapat dilihat misalnya kerajaan-kerajaan Islam di Aceh, Banten, Gowa, dan Ternate.

Baca juga: Masyarakat Majemuk : Pengertian Dan Unsur Kemajemukan Masyarakat

Kerajaan yang menerima pengaruh budaya Islam dapat pula dilihat di pedalaman Jawa. Di daerah pedalaman, budaya Islam umumnya bercampur dengan budaya Hindu-Jawa yang menciptakan campuran budaya antara Hindu Jawa dan Islam. Hal ini dapat kita lihat di Kerajaan Mataram.

Meskipun secara formal penduduk kerajaan Mataram beragama Islam, tetapi rajanya menghidupkan kembali ciri-ciri budaya Hindu dalam praktik politik dan budaya mereka, misalnya upacara labuhan dan sesaji.

Kemudian pada abad-abad berikutnya Indonesia menerima pengaruh budaya barat dan budaya yang dibawa oleh mereka yang beragama Kristen dan Katolik.

Budaya ini pertama kali dibawa ke Indonesia oleh kaum misionaris yang datang bersama dengan datangnya kaum penjajah seperti bangsa Portugis, Belanda, Inggris, dan Perancis.

Hal ini kemudian memunculkan kelompok masyarakat yang beragama Kristen dan Katolik, seperti di daerah Sumatera Utara. Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara [Toraja], Maluku [Ambon], dan Nusa Tenggara [Timor dan Flores].

Seperti halnya budaya Hindu dan Islam, budaya yang dibawa agama Kristen dan Katolik juga tidak sepenuhnya diterima murni tetapi bercampur dengan budaya setempat.

Dengan demikian, di Indonesia terdapat keanekaragaman budaya yang diwarnai oleh perbedaan agama. Dari beberapa agama di Indonesia, agama Islam merupakan agama mayoritas penduduk Indonesia.

3. Penjajahan dan Perbedaan Ras

Masuknya penjajah Belanda ke Indonesia ikut mewarnai kemajemukan masyarakat Indonesia, terutama dalam hal ras. Ras pada zaman penjajah menjadi pembeda yang sangat penting dalam pergaulan sosial sehari-hari dan kebudayaan anggota masyarakat.

Pembagian sosial atas dasar ras terutama berlaku antara ras kulit putih dengan ras kulit cokelat. Ras kulit putih adalah bangsa Eropa, terutama Belanda. Adapun ras kulit cokelat adalah bangsa pribumi. Perbedaan ras di zaman penjajah Belanda tidak hanya berkaitan dengan soal pergaulan sosial dan budaya saja, tetapi juga tingkat kesejahteraan ekonomi mereka.

Masyarakat Indonesia pada zaman penjajah Belanda memiliki kemajemukan atas dasar ras dan ekonomi. Hal itu diperlihatkan oleh hasil penelitian Furnivall yang membagi masyarakat Indonesia menjadi tiga golongan, yaitu sebagai berikut.

  1. Golongan Eropa atau kulit putih yang aktif di perusahaan perkebunan atau bekerja di pemerintahan.
  2. Golongan Cina atau etnis Cina yang memonopoli perdagangan.
  3. Masyarakat Golongan pribumi atau bumiputera yang berdiam di pedesaan dan menjadi petani tradisional.

Ketiga golongan tersebut hidup berdampingan satu sama lain tetapi secara sosial, kultural, dan politik terpisah sama lain. Diantara mereka kurang memiliki rasa kebersamaan dan cenderung berbeda pendapat yang menimbulkan adanya konflik [pertentangan] satu sama lain.

Ketiga golongan lembut selain berbeda ras, asal keturunan, dan ekonomi juga berbeda agama. Orang kulit putih pada umumnya beragama Kristen dan Katolik, orang Cina pada umumnya beragama Budha, dan orang pribumi mayoritas beragama Islam. Perbedaan mereka meliputi banyak unsur, bukan hanya ras melainkan juga ekonomi dan agama.

Nah Itulah mengenai kemajemukan masyarakat Indonesia dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Semoga apa yang sudah di jelaskan diatas bisa bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan tentang kemajemukan masyarakat Indonesia.

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề