Hama daun dapat diatasi dengan penyemprotan

Disebut Arief, Ulat Grayak menyukai dan bergerak aktif pada kondisi lingkungan yang teduh seperti saat mendung dan tidak disinari matahari. Cara mengendalikan ulat yang senang memakan daun tanaman hingga habis itu, menurut dia, dilakukan secara manual, diambili di malam hari pada saat ulat keluar, kemudian dimusnahkan. 


"Atau cara lainnya dengan menggunakan insektisida dan disemprotkan pada malam hari. Yang aman adalah insektisida organik misalnya yang dibuat dari perasan daun dan batang tanaman tembakau atau dari bji tembelekan," ujarnya.


Namun hama ulat ini dapat dicegah dengan cara praktis, yakni sebelum menanam cabai, tanah diolah dulu secara sempurna dan bedengan [bidang tanah yang digunakan untuk perkecambahan biji di persemaian] dibolak-balik agar sisa ulat dan pupa [ulat dalam kepompong] benar-benar mati.

Selain itu, dilakukan pembersihan gulma [tumbuhan pengganggu semacam rumput] yang ada di bedengan dan parit yang menjadi tempat berlindung ulat dan disiangi hingga bersih untuk menghilangkan populasi ulat.


Antisipasi Cendawan

Arief kemudian menuturkan bahwa sejumlah daerah sentra cabai yang terserang penyakit patek [antraknosa], disebabkan oleh cendawan Colletrotichum sp yang dipicu oleh situasi lingkungan lembap dengan suhu udara 29-32 derajat Celcius. Saat musim hujan lanjutnya, serangan penyakit justru lebih dominan dibandingkan hama.

Gejala jamur patek diketahui dengan munculnya bercak-bercak hitam pada cabai yang segera menjadi busuk kering dan menghitam, lalu merembet hingga tangkai buahnya pun rontok. 

"Serangan penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan parah hingga sebesar 80-90 persen dari tanaman cabai. Kondisi lingkungan tersebut biasa terjadi pada musim hujan seperti sekarang ini," katanya.


Cara praktis pencegahannya adalah mengurangi kelembapan di sekitar tanaman cabai dengan memberikan ruang bagi air dan udara untuk mengalir seperti dengan menyiangi gulma, karena gulma dalam jumlah besar akan menyebabkan aliran air terhambat dan kelembapan meningkat.

Cara lainnya adalah menjaga jarak antar-tanaman, karena jarak tanaman yang rapat membuat kondisi lingkungan semakin lembap. Selain itu ujarnya, perbaiki galengan [lahan pembatas] agar aliran air untuk drainasenya menjadi lancar, juga melakukan perempelan [pemotongan tunas samping] agar dapat memperbaiki iklim mikro tanaman menjadi lebih kering sekaligus memberi manfaat merangsang pembuahan cabai.

Cara berikutnya, pemupukan dengan memberikan pupuk K [Kalium] dan ditambah Ca [Kalsium] unsur utama penyusun dinding sel tanaman, untuk penguatan buah dan daun. Kelebihan Nitrogen membuat tanaman rentan terserang penyakit. 

Namun kata Arief, jika tanaman sudah terserang, harus segera dipetik tanaman cabai tersebut lalu segera dibakar habis di luar lokasi budidaya agar spora-nya tidak tersebar kemana-mana. 

“Juga semprotkan tanaman yang masih sehat dengan fungisida dalam takaran yang tepat, tidak berlebihan karena residunya membahayakan lingkungan”, imbuhnya. 

Untuk mengatasi penyakit ini, petani sangat dianjurkan hanya menggunakan benih cabai yang telah teruji kualitasnya dan tahan terhadap patek, namun jika menggunakan benih dari tanaman sendiri, gunakan yang sehat, bukan yang terinfeksi, karena penyakit ini bisa menyerang sejak masih berupa biji.

Petani cabai khususnya sebut Arief memang perlu memiliki pengetahuan tentang bagaimana mengantisipasi dan menanggulangi tanaman dari kerusakan.  “Solusi lain, untuk memutus siklus hidup hama atau penyakit pada tanaman cabai bisa dilakukan dengan melakukan rotasi tanaman  yang bukan inang dari hama atau penyakit tanaman cabai. Misalnya dengan tanaman jagung atau kacang-kacangan," tutup Arief. [Humas/HMP]

Editor: SP

Serangan hama dan penyakit pada tanaman memang tidak dapat dihindari. Di tingkat yang lebih serius, serangan ini berakibat pada busuknya tanaman dan pada akhirnya binasa. Pada tanaman sawit sendiri, hama dan penyakit ini bisa menurunkan produktivitas. Tentunya hal ini sangat kita hindari. Tapi bukan berarti gangguan ini menjadi sesuatu yang tidak bisa dikendalikan. Sebelum dilakukan penanganan untuk mengatasi serangan hama dan penyakit, diperlukan pengenalan terlebih dahulu seperti apa ancaman dan gangguan pada perkebunan dan bagaimana penanganannya?

Mengenali hama dan penyakit dan pengendaliannya

Hama ulat. Bukan sembarang ulat, biasanya ulat yang terdapat pada perkebunan tanaman ini ialah ulat api. Dari namanya saja sudah menyeramkan ya? Ulat api sendiri banyak terdapat pada daun tumbuhan ini. Dalam intensitas rendah, penanganannya cukup dengan diambil secara manual [handpicking]. Pada tingkat lanjut, jika penyebaran hama meluas, pengendalian dilakukan dengan penyemprotan pestisida. Perlu diingat ya bahwa penyemprotan pestisida sendiri dilakukan berdasarkan survei sehingga penggunaan zat kimia pada pestisida sendiri tidak menjadi momok bagi tanaman sawit kita.

Hama kumbang. Nah, hewan perusak ini merupakan gangguan yang paling banyak kita temui pada perkebunan sawit. Jenis kumbangnya biasanya kumbang bertanduk. Kumbang tanduk ini memiliki siklus hidup yang relatif lama sehingga kemungkinan bertambahnya populasi kumbang ini berakibat pada menurunnya produktivitas sawit. Pengendalian yang benar dapat menekan laju populasi kumbang tanduk ini. Sama seperti mengendalikan ulat api, perlu perhitungan matang agar penggunaan insektisida/pestisida dapat mengurangi kerusakan lingkungan. Kunci keberhasilan penanganannya bergantung pada tim penanggulangan hama.

Hama tikus. Sepertinya hewan yang satu ini memang menjadi gangguan dimanapun ya. Baik di persawahan maupun di perkebunan. Hewan yang satu ini menyerang sawit pada masa pembibitan. Bayangkan berapa banyak kerugian jika semua bibit sawit kita dihabiskan oleh si pengerat ini. Adanya tikus disebabkan salah satunya oleh sistem sanitasi yang tidak baik pada perkebunan. Seperti yang dilakukan PT Propadu Konair Tarahubun [Plantation Key Technology/PKT], pada survei lapangan dapat dibuat sanitasi yang baik dengan menemukan sarang tempat persembunyian dan membersihkankannya dari tumpukan sampah yang ada. Di sisi lain, penyemprotan pestisida dilakukan dengan menyesuaikan luas lahan serta intensitas hama itu sendiri.

Busuk Pangkal Batang. Biasanya penyakit ini disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense. Kurangnya pengetahuan petani tentang penyakit ini menyebabkan kerugian dengan jumlah yang tidak sedikit. Hal ini bisa ditangani dengan memberikan bimbingan pada petani dimulai dari proses pemupukan. Pemilihan pupuk tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Sistem yang diterapkan oleh PKT sendiri selalu mengedepankan kebutuhan dari setiap tanaman. Dengan mengetahui kondisi pH tanah dan akar tanaman, aplikasi pupuk untuk tingkat lanjut bisa dilaksanakan

Daun menguning. Ditandai dengan menguningnya daun hingga berubah menjadi kecoklat-coklatan dan mengering. Kalau daun sawit mulai menguning, itu tandanya virus yang bernama potyvirus ini mulai menyerang. Jika tidak ditangani dengan baik, lama-kelamaan daun akan layu dan kemungkinan panen tidak maksimal. Kenali tandanya agar penanganannya bisa dilakukan.

Cincin Merah. Bukan cincin sembarangan nih. Biasanya lebih dikenal dengan red ring disease dan merupakan ancaman paling berbahaya bagi sawit. Gejalanya bisa dilihat dari daun yang tumbuh mengecil, juga terdapat bercak-bercak kuning sampai jingga di petiol dan daun tombak. Dinamakan seperti itu karena biasanya pola cincin merah akan muncul pada batang meski tidak selalu. Maka dari itu, kumbang tanduk itu perlu ditangani karena hewan Bursaphelenchus cocophilus  ini ternyata hewan perantara penularan nematoda, penyebab penyakit cincin merah.

Itulah beberapa ancaman yang bisa kita temukan. Bukan tidak bisa, tapi tergantung bagaimana cara kita mengelola dan menerapkan manajemen perkebunan yang baik sehingga angka kerugian yang ditimbulkan hama dan penyakit bisa diatasi. Semoga penjelasan ini membantu ya.

Sumber://manajemenperkebunansawit.com/mengendalikan-hama-dan-penyakit-pada-tanaman-sawit-2

Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung [FP Unila] melalui Prof. Dr. Ir. Rosma Hasibuan, M.Sc. [Dosen Ilmu Hama Tumbuhan], Ir. Lestari Wibowo, M.P. [Dosen Ilmu Hama Tumbuhan], dan Ir. Joko Prasetyo, M.P. [Dosen Ilmu Penyakit Tumbuhan], dalam siaran Faperta Berkarya dengan topik Pemanfaatan Pestisida Nabati untuk Pengendalian Hama dan Penyakit yang Ramah Lingkungan, bertempat di radal lampung Televisi, Kamis [27/05/2021].

Tanpa disadari konsumen, produk pertanian yang ditawarkan pada masyarakat mengandung berbagai bahan berbahaya [misalnya residu pestisida sintetik] yang terikutkan dalam produk pertanian yang dapat mengancam kesehatan masyarakat apabila dikonsumsi dalam jangka panjang.

Untuk itu, penting kesadaran stakeholder [pengambil kebijakan] mengantisipasi teknologi produksi dengan muatan lokal yang lebih akrab lingkungan dan menjamin kesehatan jangka panjang bagi masyarakat.

Konsep pertanian ramah lingkungan adalah konsep pertanian yang mengedepankan keamanan seluruh komponen yang ada pada lingkungan ekosistem dimana pertanian ramah lingkungan mengutamakan tanaman maupun lingkungan serta dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahan yang relatif murah dan peralatan yang relatif sederhana tanpa meninggalkan dampak yang negatif bagi lingkungan.

Salah satunya adalah teknologi Pengendalian Hama dan Penyakit Tumbuhan dengan menggunakan Pestisida Nabati.

Secara umum pestisida nabati [PESNAB] dapat diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tanaman atau tumbuhan dan bahan organik lainya yang berkhasiat mengendalikan serangan hama dan penyakit tanaman.

Pestisida nabati digolongkan menjadi pestisida alami yang bahan bakunya mudah diperoleh di sekitar kita.

Secara global terdapat lebih dari 1500 jenis tumbuhan dan telah dilaporkan dapat digunakan sebagai sumber bahan baku pestisida nabati.

Sedangkan di Indonesia, sebenarnya sangat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati, dan diperkirakan ada sekitar 2400 jenis tanaman yang termasuk ke dalam 235 famili.

Tanaman yang berpotensi sebagai bahan pestisida memiliki ciri beraroma kuat, rasa yang pahit, tidak disukai serangga hama, dan dapat digunakan sebagai tanaman obat.

Sejumlah tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan baku pestisida nabati seperti daun pepaya, brotowali, bawang putih, mimba, kipait, saliara, suren, dan jarak pagar.

Manfaat dan Keunggulan Pestisida Nabati
Beberapa manfaat dan keunggulan pestisida alami, antara lain:

  1. Bahan bakunya tersedia di alam sehingga harganya murah. Hal ini dapat mengatasi kesulitan ketersediaan dan mahalnya harga pestisida sintetis/kimiawi
  2. Mudah terurai [biodegradable] di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan [ramah lingkungan].
  3. Pembuatan pestisida nabati menggunakan peralatan yang sederhana sehingga petani dapat membuatnya secara mandiri
  4. Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintesis sehingga resiko overdosis dapat dihindari
  5. Relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang.
  6. Tidak menimbulkan kekebalan pada serangga karena pestisida ini cepat terurai.

Sifat Dan Fungsi Pestisida Nabati
Pestisida nabati atau disingkat dengan mempunyai sifat dan fungsi sebagai berikut:

  1. Sebagai penghambat nafsu makan [anti feedant] bagi OPT
  2. Sebagai penolak [repellent]
  3. Sebagai penarik [atractant]
  4. Sebagai penghambat perkembangan
  5. Pengaruh langsung sebagai racun
  6. Mencegah OPT untuk meletakan telur.

PENGGUNAAN / APLIKASI PESTISIDA NABATI
Cara membuat pestisida nabati:

  • Siapkan  bahan yang terdiri dari   5 jenis tanaman pesnab @ 200 gr
  • Potong-potong lalu haluskan
  • Tambahkan 10 liter air, rendam selama 24 jam
  • Keesokan harinya saring dengan kain kassa.
  • Tambahkan  bahan perata perekat.
  • Pestisida nabati siap digunakan

Aplikasi :

  • Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan
  • Aplikasi dapat diulangi setiap minggu atau dua minggu sekali. 
  • Kombinasi bahan pesnab sebaiknya berganti-ganti/ bervariasi.

Untuk pengendalian wereng coklat, penyemprotan harus mengenai pangkal batang padi agar mengenai koloni wereng.

Untuk pengendalian walang sangit, penyemprotan perlu dilakukan saat walang sangit masih fase nimfa [pradewasa].  Nimfa walang sangit belum aktif terbang dan kutikulanya masih tipis. Aplikasi dapat dilakukan seminggu sekali setelah membentuk malai.

Untuk mengendalikan kutu tanaman, cairan pestisida nabati perlu ditambahkan deterjen cair agar lilin yang ada pada tubuh kutu dapat terlarut.

PENGGUNAAN / APLIKASI UNTUK PENYAKIT TUMBUHAN

Pestisida nabati dapat digunakan untuk mengendalian berbagai jenis penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur dan bakteri, beberapa diantaranya adalah penyakit busuk buah kakao, penyakit bercak daun, dan penyakit bulai jagung. Penyemprotan dilakukan secara merata pada permukaan tanaman dengan dosis 250 mL dilarutkan ke dalam 1 tangki [10 L air].

Pengendalian penyakit tanaman yang ada di pangkal batang atau dalam tanah dilakukan dengan menyiramkan aau menyemprotkan larutan pestisida nabati pada bagian pangkal batang tanaman. Beberapa penyakit yang ada di dalam tanah yang bisa dikendalikan antara lain penyakit layu pada tanaman tomat, cabai, terong dan penyakit busuk pangkal batang lada.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi pestisida nabati adalah

  1. Pestisida nabati mempunyai kemampuan yang lebih rendah daripada pestisida anorganik, sehingga hasilnya tidak bisa dilihat dengan cepat seperti aplikasi pestisida anorganik. Aplikasinya harus dilakukan secara berkala dengan intensitas yang lebih sering daripada pestisida anorganik [misal: seminggu 2 kali] untuk memberikan hasil yang omtimal.
  2. Bahan racun yang terkandung dalam pestisida nabati mudah rusak oleh faktor lingkungan, terutama suhu. Oleh karena itu, aplikasi sebaiknya dilakukan pada waktu sore hari.
  3. Dengan hanya menggunakan pestisida nabati tidak bisa menjamin permasalahan hama dan penyakit tumbuhan pasti dapat diatasi 100%, oleh karena itu penggunaan metode pengendalian yang lain seperti penggunaan varietas tahan, pemupukan berimbang, sanitasi, rotasi, penggunaan agensia hayati atau bahkan penggunaan pestisida anorganik [kalau memang sangat sangat diperlukan] perlu dilakukan.
  4. Pemantauan terhadap serangan hama dan penyakit tumbuhan merupakan hal yang paling penting untuk dilakukan
  5. Mencegah lebih baik daripada mengobati.

Sumber data: Fakultas Pertanian Universitas Lampung, 2021.

Maju Cemerlang Faperta Kita.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề