Ing Dolanan tradisional kebak nilai budi pekerti apa wae

1 NILAI BUDI PEKERTI DALAM BUKU PRASASTI ANTOLOGI GEGURITAN KARYA EKO WAHYUDI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Asih Puspitarini NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2016 i

2 ii

3 iii

4 PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Mahasiswa : Asih Puspitarini NIM : Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan plagiat karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat, saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas Muhammadiyah Purworejo. Purworejo, 26 September 2016 Asih Puspitarini iv

5 MOTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO 1. Segala yang pernah dilalui jadikanlah suatu pengalaman, segala yang sedang dilalui adalah kenyataan, dan segala yang akan dialui adalah harapan dan citacita. 2. Ketika kita dihadapkan pada suatu masalah, siapkan diri kita untuk hasil [takdir] yang paling buruk. 3. Kawula mung saderma, mobah-mosik kersaning Gusti. Lakukan yang kita bisa, setelahnya kita serahkan kepada Tuhan PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan dukungan, dan doanya, serta kasih sayangnya. 2. Kakak-kakakku tercinta khususnya Yuni Ermawati dan Titik Kurniasari yang selalu memberikan semangat dan mendukung dalam menyusun skripsi ini. 3. Kamu yang selalu ada untuk mendoakan, dan memberikan motivasi, J. S. v

6 4. Teman serta sahabatku, Faera yang selalu menemani dan selalu ada disaat suka ataupun duka, Ika Kurniati dan Lisa yang telah memberikan semangat dan memberikan curahan ilmu, Solikhah, Intan, Malinda dan Diana yang selalu menemani saat bimbingan. 5. Teman-teman kos Faera, Anis, Fina, dan Alifah. 6. Teman-teman angkatan 2012, khususnya kelas 8C PBSJ yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya selama 4 tahun. 7. Semua sahabatku yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memneri semangat, motivasi dan doa. vi

7 PRAKATA Alhamdullilah, seiring dengan untaian pujian dan syukur atas rahmat dan karunia yang telah diberikan Allah Swt. Atas segala nikmat dan karunia yang tak ternilai sehingga penyusunan skripsi dengan judul Nilai Budi Pekerti Dalam Buku Antologi Geguritan Karya Eko Wahyudi sekarang ini dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan tugas wajib yang ditempuh mahasiswa sebagai tugas akhir studi di Universitas Muhammadiyah Purworejo jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa. Dalam skripsi ini, saya sangat menyadari kekurangan dan keterbatasan untuk mencapai kesempurnaan, sehingga keberhasilan sangat sulit tercapai tanpa adanya bimbingan dan motivasi dari beberapa pihak, untuk itu saya ingin menyampaikan rasa hormat serta ucapan terimakasih yang tak ternilai kepada: 1. Drs. H. Supriyono, M.Pd., Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2. Yuli Widiyono, M.Pd., Dekap FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo, yang telah memberikan izin dan rekomendasi kepada penulis mengadakan penelitian untuk penyusunan skripsi ini. 3. Rochimansyah, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa dan selaku Pembimbing II yang telah berkenan dan memberikan petunjuk, arahan, bimbingan, saran-saran dari awal sampai akhir dengan terselesainya penyusunan skripsi ini. vii

8 4. Eko Santosa, S.Pd., M.Hum, Selaku pembimbing I yang telah mengkoreksi dan memberikan saran. 5. Keluarga, Sahabat, dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan skripsi ini. 6. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam meyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Peneliti hanya dapat berdo a semoga Allah Swt memberikan rahmat dan karunia-nya sebagai balasan atas bimbingan dan motivasi yang telah diberikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan para pembaca umumnya. Wassalamu alaikum Wr. Wb Purworejo, 26 September 2016 Penulis Asih Puspitarini viii

9 ABSTRAK Asih Puspitarini. Nilai Budi Pekerti dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: [1] Nilai budi pekerti yang terdapat dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi; [2] Relevansi Nilai budi pekerti yang terdapat dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi dengan kehidupan sekarang. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi. Data penelitian ini berupa kutipan-kutipan dari geguritan yang terdapat dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pustaka, teknik simak, teknik catat, dan teknik terjemahan. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri yang dibantu dengan buku-buku teori tentang sastra, dan kartu pencatat data. Teknik keabsahan data menggunakan teknik keakuratan. Teknik analisis data menggunakan content analysis atau analisi isi. Penyajian hasil analisis menggunakan teknik informal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: [1] nilai budi pekerti yaitu: a] sikap dan perilaku hubungannya dengan Tuhan, yang meliputi sikap beriman, takwa, dan pengabdian; b] sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri, meliputi sikap menghargai waktu, terbuka, berpikir matang, adil, pengendalian diri, bersemangat, gigih, pengabdian, kasih sayang, berani memikul resiko, setia, bersikap konstruktif, kukuh hati, bijaksana, mawas diri, percaya diri, sabar, dan ulet; c] sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga, meliputi rasa kasih sayang, hormat, rela berkorban, terbuka, menghargai waktu, dan setia; d] sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa, yang meliputi sikap tegas, hormat, menghargai waktu, dan berpikir jauh kedepan; e] sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar, meliputi sikap berpikir jauh kedepan, pengabdian, bekerja keras, dan menghargai kesehatan. [2] Relevansi nilai budi pekerti dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi dengan kehidupan sekarang. [3] Buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi ini dapat digunakan sebagai pembelajaran di SMA, karena terkandung nilai-nilai budi pekerti di dalamnya. Pembelajaran Geguritan Karya Eko Wahyudi di SMA dapat dijelaskan melalui pembelajaran sastra, tujuan pembelajaran, materi atau bahan ajar, metode pembelajaran, media dan sumber belajar, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi. Kata Kunci: Budi Pekerti, relevansi, Prasasti Antologi ix

10 SARIPATI Asih Puspitarini. Nilai Budi Pekerti dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Di Kelas XII SMA. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bahasa Dan Sastra Jawa. Universitas Muhammadiyah Purworejo Ancasipun panaliten inggih menika kangge ngandharaken: 1] Nilai Budi Pekerti wonten salebeting buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi; 2] Relevansi nilai budi pekerti wontenbuku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi; 3] Rancangan pelaksanaan pembelajaran antologi geguritan karya Eko Wahyudi wonten kelas XII SMA. Jinis panaliten ingkang dipun ginakaken inggih menika jinis panaliten diskriptif kualitatif. Sumber dhatanipun saking buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi. Teknik pangempalan dhata ngginakaken teknik pustaka, teknik simak, teknik catat, lan teknik terjemahan. Instrumen panaliten inggih punika peneliti piyambak ingkang dipunbiyantu kalian kertas catetan dhata. Teknik analisis dhata ngginakaken teknik analisis isi. Asil panaliten menika dipuncaosaken ngginakaken metode informal. Asil panaliten inggih menika: [1] nilai Budi Pekerti wonten salebeting buku Prasasti Antologi Geguritankarya Eko Wahyudi inggih punika [a] Nilai Budi Pekerti gegayutan manungsa kaliyan Gusti inggih punika: beriman, takwa, lan pengabdian. [b] Nilai Budi Pekerti gegayutan tiyang kaliyan dhiri piyambak kadosta: menghargai waktu, terbuka, berpikir matang, adil, pengendalian diri, bersemangat, gigih, pengabdian, kasih sayang, berni memikul resiko, setia, bersikap konstruktif, kukuh hati, bijaksana, mawas diri, percaya diri, sabar, lan ulet. [c] Nilai Budi Pekerti gegayutan tiyang kaliyan kaluarga kadosta: rasa kasih sayang, hormat, rela berkorban, terbuka, menghargai waktu, lan setia. [d] Nilai Budi Pekerti gegayutan tiyang kaliyan masyarakat lan bangsa kadosta: tegas, hormat, menghargai waktu, lan berpikir jauh ke depan. [e] Nilai Budi Pekerti gegayutan tiyang kaliyan lingkungan [alam sekitar] kadosta: berpikir jauh ke depan, pengabdian, bekerja keras, lan menghargai kesehatan. [2] Relevansi wonten salebeting buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi. [3] Rancangan pelaksanaan pembelajaran buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Di Kelas XII SMA, yaiku: Kompetensi Inti, kompetensi dasar dan indikator, tujuan pembelajaran, materi atau bahan ajar, metode pembelajaran, media lan sumber belajar, kegiatan pembelajaran, lan evaluasi. Kata Kunci: Budi Pekerti, relevansi, Prasasti Antologi x

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... MOTO DAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... ABSTRAK... SARIPATI... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vii ix x xi xiii xiv BAB I BAB II BAB III BAB IV PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 5 C. Batasan Masalah... 6 D. Rumusan Masalah... 6 E. Tujuan Penelitian... 7 F. Manfaat Penelitian... 7 TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEROETIS A. Tinjauan Pustaka... 9 B. Kajian Teoretis Pengertian Karya Sastra dan Sastra Pengertian Nilai Budi Pekerti Geguritan Relevansi Rencana Pembelajaran Sastra a. Rencana Pembelajaran Geguritan b. Teori Pembelajaran Sastra METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Data dan Sumber Data C. Teknik Pengumpulan Data D. Instrumen Penelitian E. Teknik Keabsahan Data F. Teknik Analisis Data G. Teknik Penyajian Data PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN DATA A. Penyajian Data Nilai Budi Pekerti Hubungannya dengan Tuhan xi

12 2. Nilai Budi Pekerti Hubungannya dengan Diri Sendiri Nilai Budi Pekerti Hubungannya dengan Keluarga Nilai Budi Pekerti Hubungannya dengan Masyarakat dan Bangsa Nilai Budi Pekerti Hubungannya dengan Alam Sekitar Relevansi nilai budi pekerti dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi di Kelas XII SMA B. Pembahasan Data Nilai Budi Pekerti yang terkandung dalam Buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Relevansi nilai budi pekerti dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi di Kelas XII SMA BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Tabel 1: Kartu Data Penelitian Nilai Budi Pekerti Tabel 2: Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya Manusia dengan Tuhan Tabel 3: Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya Manusia dengan Diri Sendiri Tabel 4: Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya Manusia dengan Keluarga Tabel 5: Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya Manusia dengan Masyarakat dan Bangsa Tabel 6: Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya Manusia dengan Alam Sekitar Tabel 7: Relevansi Nilai Budi Pekerti dalam Buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Tabel 8: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Geguritan Karya Eko Wahyudi xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Antologi Geguritan karya Eko Wahydi Lampiran 2: Relevansi Nilai Budi Pekerti Lampiran 3: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 4: Silabus Lampiran 5: SK Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi Lampiran 6: SK Penetapan Dosen Penguji Skripsi Lampiran 7: Kartu Bimbingan Skripsi xiv

15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya imajinatif seseorang yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas sebagai karya seni. Karya sastra dipakai untuk menggambarkan apa yang ditangkap oleh pengarang, serta menjadi sarana untuk menyampaikan pesan. Karya sastra dapat dijadikan pembelajaran bagi kehidupan, karena sastra memiliki fungsi untuk menghibur, menyajikan keindahan, dan memberikan makna terhadap kehidupan. Sastra dapat diwujudkan dalam bentuk puisi [geguritan], cerpen, dan roman. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Jawa yang masih bertahan saat ini. Isi yang terkandung di dalam geguritan merupakan cerminan pengalaman, pengetahuan, dan perasaan penyair. Geguritan bertujuan untuk membentuk pribadi seseorang agar menjadi insan yang baik. Pada sisi lain, geguritan juga mengandung nilai keutamaan dalam hidup yang berisikan nilai moral maupun spiritual, seperti nilai budi pekerti, sosial, budaya dan tradisi. Nilai budi pekerti dimaksudkan untuk membentuk karakter pembiasaan positif. Sosial dimaksudkan agar pribadi seseorang dapat menyesuaikan diri dan membaur dengan masyarakat. Nilai budaya dan tradisi dimaksudkan agar seseorang mempunyai jiwa yang berkarakter budaya, dapat menghargai nilai-nilai yang terkandung dalam hasil karya, baik hasil karya 1

16 2 seseorang maupun hasil karya bangsa. Hasil karya yang terkait dengan kehidupan diarahkan pada pengajaran sastra. Pengajaran sastra digunakan sebagai wahana untuk belajar menemukan nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra, dengan suasana kondusif di bawah bimbingan guru. Pengajaran sastra tidak akan terlepas dari dunia pendidikan. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Sistem pendidikan yang baik diharapkan memunculkan generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sistem pendidikan dikatakan berkualitas, jika proses belajar berlangsung secara menarik dan menantang, sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Pencapaian tujuan pendidikan yang berkualitas, diperlukan manajemen pendidikan yang baik. Manajemen pendidikan yang baik, berkaitan dengan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas. Guru harus mampu melaksanakan pembelajaran secara praktis dan sistematis. Praktis yaitu guru harus mampu memberikan materi pembelajaran yang bermanfaat sesuai kebutuhan siswa. Sistematis, guru harus mampu memberikan pembelajaran menggunakan strategi, dan metode yang sesuai. Pengajaran satra yang ideal berpijak pada pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Puisi atau geguritan dapat dijadikan sebagai contoh pengajaran sastra. Puisi atau geguritan bukanlah cerminan kehidupan

17 3 dalam arti kiasan, karena puisi tidak semata-mata menghasilkan bayangan suatu kehidupan melainkan sebuah refleksi dengan makna kehidupan. Di era globalisasi, masyarakat telah banyak kehilangan budaya ketimuran, salah satunya adalah nilai-nilai yang terkandung dalam geguritan. Siswa sekarang belum mengerti apa arti sebuah geguritan, sehingga tidak dapat memaknai nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Contoh di atas membuat peneliti tertarik untuk meneliti buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi. Eko Wahyudi merupakan seorang sastrawan yang aktif dalam kegiatan Forum Penulis Kebumen [FKP] dan guru Bahasa Jawa di SMP Negeri 1 Karangsambung. Beliau lahir di Merapi, Cangkringan, Sleman pada 16 April Semasa SMA mulai mencoba dunia sastra dengan mengikuti [Teater Ngesthi] bersama Purbantara Sura Utama, IKIP Negeri Yogyakarta pada tahun Eko Wahyudi menyelesaikan sekolahnya di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah [PBSID] di Universitas Negeri Semarang [UNNES] tahun Karya-karyanya adalah sebagai berikut: artikel bertemakan pendidikan yang dimuat dalam berbagai media, seperti Suara Merdeka, Panjebar Semangat, Jaya Baya, Djaka Lodang, dan lain-lain, [2] novel, [3] cerkak, [4] buku yang berjudul Prasasti Antologi Geguritan pada tahun 2014, namun untuk karya novel dan cerkaknya belum dibukukan.

18 4 Buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi memuat pesan-pesan bijak yang dapat diajarkan kepada masyarakat, terutama pada siswa. Eko Wahyudi [2014: iii] berpesan bahwa, Anak-anakku Daksangoni pangeling-eling Supaya ingtembe kowe kabeh aja pangling Jembare donya kang sagodhong kelor, aja ndadekake drajatmu dadi asor Jembare bumi kang gari senyari aja gelem dadi wong mburi Jangkahmu ngupadi gegayuhan mung kari sekilan mula aja ketinggalan Jajahen desa wilangan kori, kowe bakal ngerti wewadi ing tembe mburi Tulisan tersebut termasuk salah satu faktor yang mendasari peneliti untuk mengkaji buku antologi tersebut. Berdasarkan geguritan di atas, penulis berpesan kepada pembaca agar menyampaikan kepada anak-anaknya, bahwa dengan luasnya dunia diharapkan tidak menjadikan manusia sombong dan terbelakang. Langkah untuk menggapai cita-cita sudah semakin dekat, maka berlatihlah dari sebuah pengalaman. Menurut peneliti, tulisan tersebut dapat dijadikan sebagai pesan budi pekerti untuk pegangan atau pedoman hidup bermasyarakat. Eko Wahyudi [2014: 57] menyatakan bahwa, Lanthing Tetepa dadi boga pengaji Najan samengko wis nora wigati Kagiles katlindhih keplasing rodha kentucky Tulisan tersebut memiliki makna, bahwa hendaknya manusia seperti lanthing. Dimana kesucian selalu menyelimuti, walaupun dianggap tidak penting namun tetap menjadi diri sendiri. Faktor yang menjadikan alasan peneliti memilih buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi adalah adanya nilai-nilai budi pekerti di dalamnya. Nilai-nilai budi pekerti tersebut mengajarkan tentang hubungan

19 5 manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan keluarga, hubungan manusia dengan masyarakat, hubungn manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan lingkungan. B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dalam penelitian antologi geguritan Prasasti Antologi Geguritan Karya Eko Wahyudi dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1. Keberadaan karya sastra geguritan dewasa ini mengalami penurunan eksistensi, dimana generasi penerus di masa sekarang kurang memperhatikan kebudayaan lokal, karena tidak mengerti terhadap bahasanya. 2. Banyak karya Eko Wahyudi yang memerlukan kajian mendalam serta mengandung nilai budi pekerti dan dapat dimanfaatkan bagi para pembaca. 3. Pada buku Prasasti Antologi Geguritan Karya Eko Wahyudi, terdapat ajaran budi pekerti yang dapat diambil sebagai perbaikan budi pekerti pada generasi muda. 4. Banyak beredar kasus yang diakibatkan runtuhnya nilai budi pekerti seseorang di masa kini, seperti: tawuran antar pelajar, pemerasan atau kekerasan, pelecehan seksual di lingkungan pendidikan, tidak menghormati guru, tidak menghormati kedua orang tua, dan belajar hanya asal-asalan [sing penting kelakon].

20 6 5. Nilai budi pekerti yang terdapat dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi meliputi: hubungan sikap dan perilaku terhadap Tuhan, diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa, serta alam sekitar. 6. Kurangnya minat pelajar [generasi muda] untuk mengetahui dan mempelajari karya sastra berupa geguritan, sehingga perlu adanya pengenalan yang lebih menarik yaitu melalui pembelajaran di sekolah dengan model pembelajaran yang menarik. C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, muncul masalah-masalah yang bervariasi. Supaya penelitian dapat berfokus dan terarah, peneliti membatasi masalah dengan memfokuskan permasalahan pada nilai budi pekerti dalam buku Prasasti Antologi Geguritan Karya Eko Wahyudi dan relevansi nilainya dengan kehidupan sekarang. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identitifikasi masalah dan batasan masalah di atas, peneliti menentukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Nilai budi pekerti apa saja yang terdapat dalam buku Prasasti Antologi Geguritan Karya Eko Wahyudi? 2. Bagaimana relevansi nilai budi pekerti dalam buku Prasasti Antologi Geguritan Karya Eko Wahyudi dengan kehidupan sekarang? 3. Bagaimanakah rencana pelaksanaan pembelajaran geguritan dalam buku Prasasti Antologi Geguritan Karya Eko Wahyudi?

21 7 E. Tujuan Penelitian Adanya suatu rumusan masalah yang timbul, maka peneliti ingin mencapai tujuan penelitian sebagai berikut: 1. mendeskripsikan nilai budi pekerti dalam buku Prasasti Antologi Geguritan Karya Eko Wahyudi. Hal ini bertujuan agar pembaca mengetahui nilai budi pekerti yang terkandung dalam buku Prasasti Antologi Geguritan Karya Eko Wahyudi. 2. mendeskripsikan relevansi budi pekerti dalam buku Prasasti Antologi Geguritan Karya Eko Wahyudi dengan kehidupan sekarang. Hal ini bertujuan agar pembaca mengetahui bagaimana relevansi nilai budi pekerti dalam buku Prasasti Antologi Geguritan Karya Eko Wahyudi dengan kehidupan sekarang. Pembaca juga dapat menentukan hal baik dan hal buruk pada buku Prasasti Antologi Geguritan Karya Eko Wahyudi, serta dapat mengaplikasikannya dengan kehidupan sekarang. 3. mendeskripsikan rencana pelaksanaan pembelajaran geguritan dalam buku Prasasti Antologi Geguritan Karya Eko Wahyudi. Hal ini bertujuan agar para pembaca dapat mengaplikasikan rencana pelaksanaan pembelajaran di kemudian hari. F. Manfaat Penelitian Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, baik secara teoritis atau praktis. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah.

22 8 1. Manfaat Teoritis Secara teoretis penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai nilai budi pekerti dalam buku Prasasti Antologi Geguritan Karya Eko Wahyudi dan relevansinya dengan kehidupan sekarang. Selain itu, dapat memberikan sumbangan ilmu sastra dan menambah khasanah pengetahuan karya sastra, serta masukan yang digunakan sebagai acuan penelitian karya sastra. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi praktisi pendidikan, mahasiswa, sastrawan, ataupun kalangan yang bergerak di bidang sastra, serta diharapkan pula dapat memberikan wawasan dalam memahami nilai budi pekerti dalam buku.

23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORITIS A. Tinjauan Pustaka Sebuah penelitian murni tanpa ada dasar dari penelian sebelumnya sangat jarang ditemukan. Seperti halnya penelitian yang akan dilakukan peneliti. Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian terdahulu dijadikan sebagai referrensi dalam penelitian ini. Seperti halnya penelitian yang telah dilakukan terkait dengan nilai budi pekerti diantaranya oleh Canadera De Tyas Sagita [2015], Sutarto Dwi Sutrisno [2015], dan Nur Isrofi [2014]. 1. Canadera De Tyas Sagita [2015] Universitas Muhammadiyah Purworejo melakukan penelitian dengan judul Nilai Budi Pekerti Dalam Cerita Bersambung Napak Tilas Pada Majalah Djaka Lodang Tahun Canadera De Tyas Sagita membahas tentang [1] unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita bersambung, dan [2] nilai budi pekerti yang terdapat dalam cerita bersambung Napak Tilas pada majalah Djaka Lodang tahun Hasil penelitiannya adalah [1] unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita bersambung Napak Tilas pada majalah Djaka Lodang tahun 2014: [a] tema dalam cerita bersambung Napak Tilas adalah kisah cinta Widyaka. [b] dengan tokoh utama Widyaka, tokoh tambahan Maryati, Nastiti, Bu Lurah, Pak Martoprawirawan, Ibu Partoprawirawan, Stiyo Basuki, Nurani, Mawarti Purih Astuti dan Garjito. [c] alur yang digunakan 9

24 10 adalah alur maju. [d] latar tempat yang terdapat dalam cerita bersambung Napak Tilas meliputi: alun-alun, pendhapa kalurahan Langen Sari, rumah Pak Lurah, rumah Martoprawirawan, kantor Kanwil Pendidikan dan Pengajaran, Gunung Pati, SMP Ungaran, di pengungsian, dapur umum gerilyawan, kontrakan Nastiti, pemancingan, Taman Kartini, rumah Nastiti, Bandungan, Jimbaran, dan rumah Purih Astuti, latar waktu meliputi: sore, malam, hari sabtu, siang hari, maghrib, pukul 10 lebih siang, hari minggu pagi, pukul 11 sing, dan latar suasana meliputi: rapi,kesedihan, ramai dan gembira, sepi, khawatir, menggembirakan, tergesa-gesa, kaget dan dingin. [e] sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga dia maha tahu. Hasil penelitian yang ke [2] mengenai nilai budi pekerti yang terkandung dalam cerita bersambung Napak Tilas pada majalah Djaka Lodang tahun Nilai budi pekerti yang terkandung dalam cerita bersambung tersebut yaitu: ingat kepada Tuhan, pemaaf, rendah hati, penyayang, menerima, setia, rila atau ikhlas, peduli, dan jujur. Penelitian yang dilakukan peneliti mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan Canadera De Tyas Sagita [2015]. Persamaannya sama-sama mengkaji nilai budi pekerti namun, objeknya berberda. Penelitian yang dilakukan Canadera De Tyas Sagita [2015] objeknya Cerita Bersambung Napak Tilas Pada Majalah Djaka Lodang Tahun 2014 sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti objeknya adalah buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi.

25 11 2. Penelitian yang dilakukan oleh Sutarto Dwi Sutrisno [2015] dengan judul Analisis Struktural dan Nilai Pendidikan Budi Pekerti Geguritan dalam Majalah Panjebar Semangat Serta Relevansinya sebagai Materi Ajar Apresiasi Sastra Jawa di SMA Universitas Sebelas Maret. Penelitian ini membahas tentang analisis struktural nilai pendidikan budi pekerti, serta relevansi sebagai materi ajar apresiasi sastra Jawa di SMA. Pembahasan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut: struktur geguritan dalam majalah Panjebar Semangat terdiri atas struktur fisik dan batin. Nilai yang terkandung dalam budi pekerti dikelompokkan menjadi empat nilai besar yaitu sikap terhadap Tuhan, sikap terhadap diri sendiri, sikap terhadap sesama manusia, dan sikap terhadap alam semesta. Dalam geguritan majalah Panjebar Semangat nilai tersebut dijabarkan menjadi nilai religius, nilai sosial, nilai kejujuran, nilai kemandirian, nilai tanggung jawab, nilai penghargaan terhadap lingkungan. Geguritan dalam majalah Panjebar Semangat sesuai dan layak untuk dijadikan sebagai materi ajar apresiasi sastra Jawa di SMA. Kelayakan dari geguritan dalam majalah Panjebar Semangat sebagai materi ajar, karena materi ajar sesuai dengan kompetensi dasar kurikulum 2013, serta kelayakan materi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Penelitian yang dilakukan peneliti mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan Sutarto Dwi Sutrisno [2015]. Persamaannya sama-sama mengkaji nilai budi pekerti dalam Geguritan

26 12 dan relevansinya dalam kehidupan, namun objeknya berbeda. Penelitian yang dilakukan Sutarto Dwi Sutrisno objeknya Geguritan dalam majalah Panjebar Semangat, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti objeknya adalah antologi Geguritan Prasasti Antologi Geguritan Karya Eko Wahyudi. 3. Penelitian Nur Isrofi pada tahun 2014 dengan judul Analisis Struktural Novel Rangsan Tuban karya Padmasusastra dan Pembelajarannya di SMA Universitas Muhammadiyah Purworejo. Penelitian ini membahas tentang struktur novel, pembelajaran novel Rangsan Tuban di SMA sesuai dengan kurikulum 2013, dan hubungan antar struktur dalam novel Rangsan Tuban. Pembahasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: [1] struktur novel Rangsan Tuban karya Padmasusastra yang memiliki [a] tema: hancurnya persaudaraan dua anak raja akibat rasa iri dan kecemburuan. [b] tokoh utamanya adalah Sri Narendra Sindupati, Raden Warihkusuma, Raden Warsakusuma, dan tokoh tambahannya adalah Rara Sendang Wresti, Retna Wayi, Kanjeng Rekyana, Prabu Hertambang, Kanjeng Kyai Buyut Wulusan, Kanjeng Nyai Buyut Wulusan, dan Raden Udakawimba. [c] novel ini menggunakan alur maju, dengan [d] latar tempatnya adalah Tuban, Banyubiru, Kasurwangi, Mudal, Sumbereja, Taman,Sungai, Jurang Kenaka, dan Hutan. Untuk [e] latarnya meliputi: latar waktu yang digunakan dalam novel Rangsan Tuban adalah kehidupan zaman dahulu tersebut menggambarkan pola pikir masyarakat yang maju. [f] sudut

27 13 pandang dalam novel ini, menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Hasil penelitian yang kedua adalah Pembelajaran novel Rangsan Tuban di SMA sesuai dengan kurikulum Hasil penelitian yang ketiga adalah hubungan antarstruktur dalam novel Rangsan Tuban meliputi hubungan tema dan alur, hubungan tema dengan tokoh penokohan, hubungan tema dengan latar, hubungan alur dengan tokoh penokohan, hubungan alur dengan latar, hubungan latar dengan tokoh dan penokohan, hubungan judul dengan tema, hubungan dengan tokoh penokohan, sehingga novel Rangsan Tuban Karya Padmasusastra dapat dijadikan bahan ajar sastra Jawa di SMA. Penelitian yang dilakukan peneliti mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan Nur Isrofi [2014]. Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang rencana pembelajaran sastra di SMA. Perbedaannya adalah dari subjeknya, penelitian yang dilakukan Nur Isrofi subjeknya adalah novel Rangsan Tuban,karya Padmasusastra sedangkan subjek penelitian yang dilakukan peneliti adalah buku Prasasti antologi geguritan karya Eko Wahyudi. Selain dari subjek, analisisnya pun berbeda. Penelitian yang dilakukan Nur Isrofi [2014] menganalisis tentang struktural dari novel Rangsan Tuban, sedang analisis yang dilakukan peneliti adalah nilai budi pekerti dalam buku Prasasti antologi geguritan karya Eko Wahyudi.

28 14 B. Kajian Teoritis 1. Pengertian Karya Satra dan Sastra Karya sastra merupakan gambaran kehidupan yang disampaikan pengarang dan menjadi sarana untuk menyampaikan pesan tentang kebenaran, tentang apa yang baik dan yang buruk. Pesan-pesan dalam karya sastra disampaikan secara jelas, ada pula yang tersirat. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhayati [2012: 7] yang mengungkapkan bahwa: Karya sastra dapat diibaratkan sebagai potret kehidupan. Namun, potret di sini berbeda dengan cerminan karena karya sastra sebagai hasil kreasi manusia yang di dalamnya terkandung pandangan-pandangan pengarangnya [dari mana dan bagaimana pengarang melihat kehidupan tersebut]. Gagasan-gagasan yang muncul ketika menggambarkan karya sastra itu dapat membentuk pandangan orang tentang kehidupan itu sendiri. Maksudnya adalah pengarang sebagai pengirim pesan dengan gambarangambaran yang disampaikan, karya sastra sebagai pesannya, dan pembaca sebagai penerima pesan. Karya sastra menampilkan gambaran kehidupan dengan menggunakan bahasa yang indah. Purwadi [2009: 3] menambahkan bahwa, karya sastra merupakan pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan orang dalam kehidupan, dialami orang tentang kehidupan, diperenungkan, dan dirasakan orang mengenai segi-segi kehidupan yang paling menarik minat secara langsung. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat mengenai kehidupan. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin sesorang, yang digunakan sebagai bahan sastra

29 15 adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau masyarakat. Hal ini senada dengan pendapat Wicaksono [2014: 1] yang mengungkapkan bahwa, karya sastra merupakan bentuk kreativitas dalam bahasa yang berisi sederetan pengalaman batin dan imajinasi yang berasal dari pengkhayatan atas realitas non-realitas sastrawannya. Karya sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediannya. Hasil pekerjaan seni tersebut merupakan pengalaman batin dan imajinasi yang berasal dari sebuah pengkhayatan manusia. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karya sastra merupakan hasil pekerjaan seni dari seorang pengarang dengan objek manusia. Karya sastra tercipta karena adanya imajinasi atau ide yang diungkapkan oleh pengarang, yang dituangkan dalam puisi, geguritan, cerkak, cerbung, dongeng, dan karya lainnya yang dapat dinikmati oleh pembaca. Tujuan dari adanya karya sastra adalah untuk menyampaikan gagasan-gagasan dan pengalaman kehidupan, baik yang pengarang alami atupun pengarang lihat guna menghibur, menambah pengetahuan dan memperkaya wawasan, sehingga pesan yang disampaikan kepada pembaca tidak berkesan mengguruinya. Sastra merupakan proses kreatif bahasa dari seorang seniman berupa ekspresi pengalaman jiwa mengenai kehidupn. Sastra menampilkan gambaran kehidupan mengenai suatu kenyataan sosial yang bersifat positif. Purwadi [2009: 3] menambahkan,

30 16 Sastra merupakan karangan bahasa yang mengenai masalah sosial budaya yang oleh bentuknya mendapat penilaian yang positif dari masyarakat, sehingga dipeliahara. Sastra merupakan kehidupan sosial yang menggunakan bahasa sebagai alatnya. Sastra menampilkan gambaran kehidupan mengenai suatu kenyataan sosial. Sastra dipandang positif karena memiliki nilai-nilai dan pesan-pesan, sehingga dipelihara oleh masyarakat. Sastra tercipta dari imajinasi seseorang mengenai suatu hal. Hal ini senada dengan pendapat Wellek & Warren dalam Widayat [2011: 5] yang menyakan bahwa sastra adalah sebagai karya imajinatif. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa sastra merupakan sebuah ciptaan dan sebuah kreasi, yang bersifat imajinatif. Sastra tercipta dari imajinasi seseorang mengenai sebuah luapan emosi yang spontan. Unsur kreativitas dan spontanitas tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman atau pengajaran dalam kehidupan. Seperti pendapat Teeuw [2015: 20] yang mengungkapkan bahwa, Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta; akar kata sas, dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberi pertunjukan atau intruksi. Akhiran tra biasanya menunjukkan alat sarana. Sastra dapat berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi dan pengajaran. Sastra merupakan sebuah tulisan yang spontan dari pemikiran seorang pengarang dalam membuat karya sastra. Hasil cipta dan budi manusia yang dijelaskan dengan bahasa atau diracik dengan wujud tulisan, dapat dijadikan pengajaran bagi kehidupan. Makna dan pesan yang

31 17 terkandung dalam sebuah karya dijadikan pedoman dalam menjalankan kehidupan sosial. Berdasarkan pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa sastra merupakan sebuah gambaran kehidupan dengan media bahasa. Gambaran kehidupan tersebut diungkapan secara spontan dari pemikiran i manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan yang diciptakan pengarang, dan dijadikan sebagai alat atau sarana untuk mengarahkan, memberi petunjuk, atau pengajaran. 2. Pengertian Nilai Budi Pekerti a. Pengertian Nilai Nilai adalah hal yang penting dan berguna bagi manusia. Nilai yang terdapat dalam karya sastra sangat bergantung pada persepsi dan pengertian yang diperoleh pembaca. Nilai dalam karya sastra dapat diperoleh pembaca jika karya sastra yang dibacanya itu menyentuh perasaannya. Dalam nilai terdapat dua hal, yaitu baik dan buruk, seperti yang dinyatakan Nurul Zuhriah [2011: 19] bahwa, Dalam nilai-nilai terdapat pembakuan tentang hal baik dan hal buruk serta pengaturan perilaku. Nilai-nilai hidup dalam masyarakat sangat banyak jumlahnya sehingga pendidikan berusaha membantu untuk mengenali, memilih, dan menetapkan nilai-nilai tertentu sehingga dapat digunakan sebagai landasan pengambilan keputusan untuk berperilaku secara konsisten dan menjadi kebiasaan dalam hidup bermasyarakat. Nilai merupakan pengaturan perilaku mengenai hal baik dan hal buruk. Karena jumlah nilai yang sangat banyak, maka perlu adanya pendidikan sebagai landasan pengambilan keputusan dalam

32 18 berperilaku. Nilai adalah suatu kepercayaan dimana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan, mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan. Nilai tidak dapat dilihat oleh panca indera, namun berkaitan erat dengan tingkah laku dalam kehidupan manusia. Setiap nilai memiliki dasar sebagai acuannya. Nilai dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat nyata, seperti yang diungkapkan Darmadi, [2009: 67] bahwa Nilai adalah suatu kenyataan yang tersembunyi di balik kenyataan-kenyataan lain sebagai pembawa nilai [wartrager]. Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu lain, kemudian diambil keputusan. Nilai digunakan sebagai alat untuk berpikir dalam pengambilan keputusan. Keputusan tersebut merupakan keputusan yang menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, dan baik atau tidak baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Ginanjar [2012: 57] bahwa, nilai adalah sesuatu yang berhubungan dengan etika [baik dan buruk], logika [benar dan salah], estetika [indah dan jelek]. Nilai dapat mengarah pada tingkah laku, sifat, penempatan diri seseorang di dalam lingkungan masyarakat, termasuk di dalamnya kesopanan, peduli sesama, solidaritas, kebenaran, dan sebagainya. Nilai dalam sastra adalah kebaikan yang ada dalam makna karya sastra bagi kehidupan seseorang. Nilai mengarah pada tingkah laku atau penempatan diri seseorang dalam lingkungan sosial. Nilai sebagai alat

33 19 ukur bagi manusia untuk mengendalikan beragam kemauan manusia yang selalu berubah-ubah. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan suatu sifat-sifat yang mengarah pada standar tingkah laku manusia dan berkaitan erat dengan kabaikan. Kebaikan tersebut menunjuk pada sikap seseorang terhadap sesuatu hal baik, sehingga perlu dijalankan dan dipertahankan. Nilai biasanya terkandung dalam karya sastra dengan tujuan sebagai pedoman tingkah laku, untuk membimbing dan membina manusia supaya menjadi manusia yang baik dalam berperilaku dan bersikap di segala aspek kehidupan. b. Pengertian Nilai Budi Pekerti Zuhriyah [2007: 68] menyatakan bahwa nilai budi pekerti merupakan uraian berbagai perilaku dasar dan sikap yang diharapkan, dimiliki manusia sebagai dasar pembentukan pribadinya untuk menjadi lebih baik. Nilai-nilai yang disadari dan dilaksanakan sebagai budi pekerti dapat diperoleh melalui proses yang berjalan pada kehidupan manusia, dimana nilai-nilai tersebut dapat diukur kebaikan dan keburukannya dengan norma agama, norma hukum, tata krama dan sopan santun, norma budaya dan adat istiadat masyarakat. Samani dan Hariyanto [2016: 46] menyatakan budi pekerti dicerminkan melalui sikap dan perilaku sehari-hari. Sikap dan perilaku tersebut mengandung lima jangkauan sebagai berikut: [a] sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan, [b] sikap dan perlaku

34 20 dalam hubungannya dengan diri sendiri, [c] sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga, [d] sikap dan perilaku sikap dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa, dan [e] sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar. Secara lebih mendalam Samani dan Haryanto [2016: 47] membagi jangkauan sikap-sikap tersebut ke dalam beberapa butir nilai budi pekerti, antara lain: [a] Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan yang meliputi sikap beriman, bertakwa, dan pengabdian. Kemudian Endraswara [2006: 7] merinci beberapa sikap menjadi sikap yang lebih spesifik, di antaranya sikap beriman, yang dibagi menjadi ingat kepada Tuhan, dan bersyukur, sikap takwa dibagi menjadi tawakal, dan berjihad. [b] Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri yang meliputi sikap menghargai waktu, terbuka, berpikir matang, adil, pengendalian diri, bersemangat, gigih, pengabdian, kasih sayang, berani memikul resiko, setia, bersikap konstruktif, kukuh hati, bijaksana, mawas diri, percaya diri, sabar, dan ulet. [c] Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga yang meliputi sikap rasa kasih sayang, hormat, rela berkorban, terbuka, menghargai waktu, dan setia. [d] Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa yang meliputi sikap tegas, hormat, menghargai waktu, dan

35 21 berpikir jauh ke depan. Kemudian Endraswara [2006: 7] merincikan beberapa sikap, di antaranya sikap tegas dirinci menjadi disiplin, sikap hormat dibagi menjadi sopan santun, toleransi, tepa slira, tata krama, dan empan papan. [e] Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar yang meliputi sikap berpikir jauh ke depan, pengabdian, bekerja keras, dan menghargai kesehatan. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai budi pekerti adalah nilai-nilai hidup manusia, berupa sikap dan perilaku yang dilandasi oleh kegiatan berpikir. Tujuannya adalah membentuk pribadi agar menjadi insan yang baik [baik untuk dirinya, masyarakat, dan bangsa]. Dalam menemukan nilai budi pekerti dalam karya sastra tidaklah mudah, sehingga perlu adanya analisis terhadap karya sastra. Teori nilai budi pekerti yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori Samani dan Hariyanto, karena nilai-nilai budi pekerti yang diungkapkan Samani dan Hariyanto, telah mewakili beberapa pendapat mengenai nilai budi pekerti. 3. Geguritan Puisi dalam sastra Jawa mencakup beberapa jenis, salah satunya adalah geguritan. Geguritan tidak memiliki aturan baku. Puisi atau geguritan bahasanya lebih indah dibandingkan dengan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Pemakaian bahasa dalam puisi berbeda dengan

36 22 pemakaian bahasa pada umunya. Seperti yang diungkapkan Sayuti [2015: 18] bahwa Puisi adalah karya estetis yang memanfaatkan sarana bahasa secara khas. Hal ini sejalan dengan pandangan yang menyatakan bahwa jika suatu ungkapan yang memanfaatkan sarana bahasa itu bersifat luar biasa, ungkapan itu disebut sebagai ungkapan sastra atau bersifat sastrawi. Puisi menggunakan kata-kata yang berbeda dengan kata seharihari. Bahasa puisi seolah-olah memiliki tata bahasa khusus, bahkan terkadang ada tata bahasa yang menyimpang, jika dilihat dari tata bahasa baku. Dalam konteks ini, penyimpangan bahasa yang ada dalam puisi bertujuan untuk memeperindah puisi. Bahasa dalam puisi digunakan sebagai sosok pribadi penyair yang berfungsi untuk menggambarkan, membentuk, dan mengekspresikan gagasan, perasaan, pandangan, dan sikap penyair. Pada batas tertentu, faktor kesadaran dalam diri penyair merupakan kendali penciptaan. Budianta [2002: 39-40] menyatakan bahwa, Horatius, seorang kritikus Romawi, mensyaratkan dua hal bagi puisi, yaitu puisi harus indah dan menghibur [dulce], namun pada saat yang sama puisi juga harus berguna dan mengajarkan sesuatu [utile]. Dalam hal ini, selain memiliki nilai estetika dan berfungsi menghibur, puisi juga mengandung nilai moral, pesan atau ajaran bagi masyarakat yang membacanya. Puisi telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat tradisional. Puisi merupakan bentuk kesusastraan yang paling tua dibandingkan dengan prosa dan drama. Berpuisi sudah menjadi tradisi

37 23 kuno dalam masyarakat Indonesia, seperti yang diungkapkan Purwadi [2007: 434] yang menyatakan bahwa, puisi merupakan kesusastraan yang sangat disenangi oleh masyarakat sejak zaman kuno sampai sekarang. Puisi di zaman kuno disebut kakawin atau geguritan. Geguritan merupakan karya unik sepanjang sejarah kesusastraan Jawa. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa geguritan merupakan sebuah karya sastra modern, dengan menggunakan kata atau ungkapan yang menarik. Geguritan menggunakan gaya bahasa untuk memperindah kata atau ungkapan-ungkapan, dimana di dalamnya terdapat nilai dan makna yang disampaikan penyair kepada pembaca. 4. Relevansi Setiap karya sastra biasanya memiliki sebuah keterkaitan dengan kehidupan. Adanya kesatuan antara karya sastra dengan lingkungan sosial dalam menghadapi kehidupan di masyarakat. Dalam KBBI [2008: 1159] disebutkan bahwa relevansi adalah kaitan atau hubungan. Relevansi merupakan keterkaitan atau kesesuaian antara sebuah karya sastra dengan kehidupan sosial, yang dirancang guna menghadapi pekembangan atau tuntutan hidup yang ada di masyarakat. Dalam bermasyarakat biasanya manusia memiliki alasan dalam bertindak yang menjadikan nilai sebagai pedomannya, seperti pendapat Darmadi, [2009: 72] yang mengungkapkan bahwa Dalam kehidupan manusia nilai dijadikan landasan, alasan atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku baik disadari maupun tidak.

38 24 Nilai lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut tindakan. Pada umumnya manusia mempunyai suatu pengetahuan adanya baik dan buruk, seperti pendapat Widyawati [2010: 37] yang mengungkapkan bahwa Manusia dibentuk oleh kesusilaan, yang berarti bahwa manusia hidup dalam norma-norma yang dibatasi tingkah lakunya, agar manusia tahu bagaimana seharusnya bertingkah laku dalam masyarakat. Pembatasan tingkah laku manusia misalnya, adanya nilai budi pekerti sebagai acuan dalam berperilaku. Manusia dalam berperilaku hendaknya tidak bertentangan dengan nilai yang merupakan batasan dalam berperilaku. Budi pekerti dapat diartikan sebagai kesadaran perbuatan atau tingkah laku seseorang. Artinya manusia hidup dalam norma-norma yang membatasi tingkah lakunya, supaya tahu bagaimana seharusnya bertingkah laku dalam masyarakat. Manusia harus mempunyai keseimbangan dalam memenuhi kebutuhan hidup, tidak hanya mementingkan kebutuhan jasmani saja, teapi kebutuhan rohani juga harus tercukupi. Di masa sekarang sudah tidak mengedepankan nilai budi pekerti dalam bermasyarakat. Hal ini dikarenakan pekembangan zaman dan kemajuan teknologi yang semakin meningkat. Pengaruh dari luar tersebut tidak sesuai dan cenderung membawa pengaruh negatif pada generasi muda. Contoh nyata semakin meningkatnya tawuran antarpelajar, serta bentukbentuk kenakalan remaja lainnya terutama di kota-kota besar, pemerasan atau kekerasan, kecenderungan dominasi senior terhadap junior, fenomena

39 25 suporter bonek, penggunaan narkoba, dan lain-lain, bahkan yang paling memprihatinkan adalah kejujuran yang semakin rendah. Hal tersebut telah menjadi keprihatinan nasional. Untuk membangun masyarakat Indonesia yang berakhlak dan berperilaku baik maka perlu diadakannnya pengembangan nilai budi pekerti di masyarakat. Bangsa Indonesia ingin memiliki kepribadian yang unggul dan mulia bagi generasi penerus. Kepribadian yang demikian dapat dicapai apabila masyarakatnya merupakan masyarakat yang baik, untuk itu perlu diadakan sosialisasi. Sosialisasi budi pekerti merupakan wahana penanaman nilai, yang di dalamnya tidak sekedar mentransfer nilai, melainkan melalui proses. Secara tradisional, penanaman nilai menjadi tanggung jawab orang tua dan lembaga. Pendidikan budi pekerti merupakan usaha menyeluruh mengenai hak asasi manusia serta perlawanan terhadap ketidakadilan agar terbentuk suatu hubungan sosial yang adil dan bebas dari kekerasan. Sosialisasi budi pekerti dapat dilakukan melalui proses kerja sama dengan bidang-bidang lain misalnya dalam karya sastra. Pengembangan karya sastra dengan pesan-pesan di dalamnya dapat membantu penanaman nilai budi pekerti dalam kehidupan. Maksudnya nilai-nilai budi pekerti dapat diterima secara alamiah dalam kehidupan tanpa suatu paksaan. Proses penanaman budi pekerti adalah sebagai upaya sadar untuk mempersiapkan generasi penerus yang kritis. Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa nilai yang terkandung dalam sebuah karya sastra memiliki peranan penting dan saling

40 26 berkaitan dalam kehidupan bermasyarakat. Seiring dengan kemajuan ilmu teknologi yang serba modern nilai-nilai budi pekerti semakin hilang, untuk itu hendaknya terus dipertahankan. Dengan demikian penanaman nilai budi pekerti di masyarakat khususnya generasi muda maka perilaku masyarakat akan menjadi lebih baik. 5. Rencana Pembelajaran Sastra a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Geguritan di SMA dengan menggunakan Buku Prasasti Antologi Geguritan Karya Eko Wahyudi Dalam sebuah pendidikan, semua guru atau tenaga pendidik pasti menyadari akan pentingnya sebuah motivasi dalam membimbing belajar siswa. Guru telah menggunakan berbagai macam teknik untuk mendorong murid-muridnya agar mau belajar. Selain memotivasi untuk belajar, guru juga memberikan motivasi tingkah laku kepada siswa kearah perubahan tingkah laku yang diharapkan. Tidak hanya guru, para orang tua dan keluarga juga ikut serta memberikan motivasi kepada anak, dengan harapan para siswa atau anak menjadi rajin belajar dan baik dalam berperilaku. Agar pelaksanaan pemberian motivasi dan pelaksanaan pembelajaran lebih sistematis dan terarah, maka guru perlu menyusun sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran [RPP] sebelum memulai pembelajaran di kelas. RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

41 27 kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Dalam pedoman umum pembelajaran untuk penerapan Kurikulum 2013 disebutkan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran [RPP] adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup: [1] data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester, [2] kompetensi inti [3] KD dan indikator pencapaian kompetensi, [4] tujuan pembelajaran [5] materi atau bahan ajar, [6] metode pembelajaran; [7] media dan sumber belajar, [8] kegiatan pembelajaran, dan [9] evaluasi. Berikut uraiannya. 1] Data Sekolah Data sekolah memuat identitas sekolah yang meliputi nama sekolah, mata pelajaran, kelas/ semester, dan alokasi waktu [Sukirno, 2015: 160]. Alokasi waktu digunakan untuk menentukan berapa lama waktu pembelajaran dapat terselesaikan. Sebagai contoh, jika 1 pertemuan sama dengan 90 menit, maka 2 kali pertemuan sama dengan 2 x 90 menit. Aloksi waktu pembelajaran tergantung pada mudah atau susahnya kompetensi dasar yang akan dicapai. 2] Kompetensi Inti Pada kurikulum 2013, digunakan istilah Kompetensi Inti [KI] sebagai pengganti Standar Kompetensi. Standar kompetensi

42 28 merupakan batas dan arah kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran tertentu [Sukirno, 2015: 161]. Standar kompetensi burguna sebagai pemandu guru atau pengembang silabus dalam menjabarkan kompetensi dasar yang menjadi pengalaman belajar. Standar kompetensi bersifat umum, sehingga perlu dijabarkan untuk menjadi sebuah kompetensi dasar. 3] Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Kompetensi dasar adalah kemampuan hasil belajar yang harus dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran materi pokok mata pelajaran tertentu [Sukirno, 2015: ]. Cakupan materi pada kompetensi dasar biasanya lebih sempit dibandingkan dengan standar kompetensi. Kompetensi dasar diuraikan menjadi sejumlah indikator, dan berguna untuk meningkatkan target kompetensi yang harus dicapai siswa. Indikator merupakan kompetensi dasar yang lebih spesifik, karena digunakan sebagai acuan dalam menentukan penilaian [Sukirno, 2015: 162]. Indikator pencapaian kompetensi menjadi pedoman mengenai tingkat pencapaian belajar peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dimiliki. Berhasil atau tidaknya pembelajaran suatu pembelajaran dapat dilihat dari tercapai atau tidaknya indikator.

43 29 4] Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai arah tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran [Sukirno, 2015: 163]. Tujuan pembelajaran merupakan penggambaran dari proses dan hasil belajar yang diharapkan mampu dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti pembelajaran. Ada tiga ranah dari tujuan pembelajaran yang meliputi tujuan kognitif atau pengetahuan, tujuan psikomor atau keterampilan dan tujuan afektif atau sikap. 5] Materi atau Bahan Ajar Materi pokok merupakan bagian dari struktur keilmuan mengenai suatu bahan kajian yang berupa pengertian koseptual, gugus isi atau konteks, proses, bidang ajar, pokok bahasan, dan keterampilan [Sukirno, 2015: 165]. Khusus pada materi atau bahan ajar sastra, bahan ajar utamanya adalah karya sastra. Karya sastra merupakan apresiasi dan sejarah sastra yang digunakan untuk menambah wawasan mengenai perkembangan karya sastra dari teori sampai sejarahnya. Materi tersebut dapat diambil dari bukubuku tentang sastra, buku paket, LKS, dan sumber-sumber lainnya. 6] Model Pembelajaran Model pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran geguritan adalah menggunakan model pembelajaran Cooperatif Learning [kooperatif]. Model pembelajaran kooperatif tidak sama

44 30 dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan tidak asal-asalan. Shoimin [2014: 45] menyatakan bahwa pembelajaran cooperatif learning adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah. Cooperatif learning adalah model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. 7] Pendekatan Kelompok Guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan anak didik yang bervariasi. Masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang terdapat perbedaan. Anak didik dalam belajar mempunyai motivasi yang berbeda. Anak didik terkadang memiliki motivasi belajar yang rendah, namun terkadang juga anak memiliki motivasi belajar tinggi. Sebagian besar anak belajar, satu atau dua orang anak tidak ikut belajar. Mereka duduk dan berbicara, [berbincang-bincang] satu sama lain tentang halhal lain yang terlepas dari masalah pelajaran. Guru yang hanya menggunakan satu metode dalam mengajar, akan sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu

45 31 relatif lama. Guru akan sulit menormalkan kembali keadaan kelas, apabila terjadi perubahan suasana kelas. Akibatnya, jalannya pembelajaran menjadi kurang efektif. Efisieni dan efektifitas pencapaian tujuan pun akn terganggu, hal tersebut disebabkan kurangnya konsentrasi dari anak didik. Guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap danperbuatan. Guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik, hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran. Guru harus memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaan, sehingga mudah untuk melakukan pendekatan dalam pengajaran. Ada beberapa pendekatan yang dapat diajukan dalam pembelajaran, diantaranya adalah pendekatan keompok. Djamarah [2010: 55] menyatakan bahwa dalam kegiatan belajar terkadang guru menggunakan pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok dapat digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Anak didik adalah makhluk homo socius, yakni makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama. Tujuan dari pendekatan kelompok adalah, diharapkan dapat tumbuh rasa sosial yang tinggi pada diri anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam dirinya. Pendekatan

46 32 kelompok sangat diperlukan dalam pengelolaan kelas, karena perbedaan anak didik pada aspek biologis, intelektual, psikologis digunakan sebagai pijakannya. 8] Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran yang digunakan adalah strategi Jigsaw. Strategi Jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Strategi ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara sebagai metode pembelajaran kooperatif [Cooperative Learning]. Aqib [2014: 21] manyatakan bahwa pada model pembelajaran tipe Jigsaw siswa lebih berperan dalam pembelajaran, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Siswa dikelompokkan kedalam beberapa tim dengan anggota 5-6 orang. b. Setiap siswa dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, materi tersebut berbentuk teks yang telah dibagi menjadi beberapa sub bab. c. Setiap siswa dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

47 33 d. Setiap anggota kelompok membaca atau mempelajari sub bab yang sama bertemu dengan kelompok baru [kelompok ahli] untuk mendiskusikan subbab mereka. e. Setelah selesai berdiskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh. f. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa kenai tagihan berupa kuis individu. g. Evaluasi. Evaluasi dilakukan pada tiga tingkatan, yaitu pada saat presentasi kelompok, yang dievaluasi oleh kelas, kontribusi indivisual terhadap kelompok dievaluasi oleh teman satu kelompok, presentasi kelompok dievaluasi oleh semua siswa. 9] Metode Pembelajaran Metode dapat diartikan sebagai cara untuk melakukan suatu kegiatan atau cara untuk melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis [Muhibbinsyah, 2011: 198]. Metode mengajar merupakan cara atau prosedur untuk melakukan kegiatan pebelajaran khususnya dalam menyajikan materi pelajaran. Metode mengajar adalah cara yang digunakan oleh pengajar dalam mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan pelajaran pada khususnya. Dalam berbagai macam

48 34 pembelajaran peserta didik berlatih untuk mengadakan observasi yang sistematis, membuat catatan, dan membuat laporan tertulis. Guru dalam mengajarka karya sastra [geguritan] harus memilih metode pemebelajaran yang tepat. Berdasarkan kebutuhan dan materi pembelajaran sastra, metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah metode campuran dari metode ceramah, metode diskusi, metode demonstrasi dan metode tanya jawab. Masing-masing metode tersebut, akan dijelaskan sebagai berikut. a] Metode Ceramah Muhibbinsyah [2011: 200] menyatakan bahwa, metode ceramah adalah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan, kepada sejumlah siswa yang mengikuti pembelajaran secara pasif. Guru biasanya memberikan uraian mengenai topik atau pokok bahasan tertentu dengan alokasi waktu tertentu. Metode ceramah merupakan sebuah cara yang dilaksanakan guru dalam melaksanakan pengajaran secara monolog, dan hubungan satu arah. Meskipun secara monolog, akan tetapi terkadang membuka peluang bertanya kepada siswanya. b] Metode Diskusi Menurut Muhibbinsyah [2011: 202] mengungkapkan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan belajar memecahkan masalah [problem

49 35 solving]. Metode ini lazim disebut dengan sebagai diskusi kelompok. Metode diskusi kelompok merupakan interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru, untuk memecahkan masalah dan menggali informasi mengenai topik atau permasalahan tertentu. c] Metode Tugas Djamarah [2010: 85] menyatakan bahwa metode resitasi [penugasan] merupakan metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak, sementara waktu sedikit. Tugas tidak sama dengan pekerjaan rumah [PR], tetapi jauh lebih luas maknanya. Tugas dapat dilaksanakan di rumah, sekolah, perpustakaan, dan tempat lainnya. Tugas merangsang anak untuk aktif dalam belajar, baik secara individu maupun kelompok. Tugas dapat diberikan secara secara indivudu ataupun kelompok. 10] Media, Alat, dan Sumber Belajar Sukirno [2015: 168] menyatakan bahwa media adalah alat. Media pembelajaran adalah alat yang berfungsi sebagai alat bantu belajar mengajar yang efektif. Media pembelajaran dapat berupa media pandang, media dengar, dan media pandang-dengar. Contoh dari media

50 36 pembelajaran adalah buku, papan tulis, radio, televisi, laptop dan lain sebagainya. Sumber belajar adalah bahan ajar yang memuat teks atau materi ajar yang dijadikan rujujan untuk mencapai kompetensi dasar [Sukirno, 2015: ]. Sumber belajar hendaknya diselaraskan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Untuk memenuhi pilihan pribadi setiap siswa, dan menghargai adanya perbedaan cita-cita, serta gaya belajar siswa sekaligus untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, gurudiharapkan mampu menyediakan sumber belajar yang bervariasi. Misalnya sumber belajar dalam bentuk buku, majalah, VCD, CD dan lain sebagainya. 11] Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran merupakan langkah-langkah yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah tersebut dipilih oleh guru dan disesuaikan dengan model dan metode pembelajaran yang digunakan. Secara garis besar, langkah-langkah pembelajaran meliputi pendahuluan, inti, dan penutup. Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran. Pendahuluan ditujukan untuk memotivasi dan memfokuskan perhatian siswa agar dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Hal pertama yang dilakukan dalam kegiatan pendahuluan adalah memberi salam kepada siswa, mengajak siswa

51 37 untuk berdoa, mengecek kehadiran siswa, dan memberikan motivasi kepada siswa terkait pembelajar yang akan dilaksanakan. Selanjutnya disambung dengan kegiatan inti. Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai suatu kompetensi dasar atau KD. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan inti meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengomunikasikan. Mengamati peserta didik dalam mendengarkan penjelasan dari guru. Menanya di sini maksudnya adalah guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang apa yang belum dimengerti. Mengumpulkan data adalah dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdikusi mengenai materi yang diajarkan. Mengasosiasi adalah kegiatan dimana peserta didik atau siswa mencatat hasil diskusi dan membuat laporan hasil diskusi untuk dipresentasikan, dan mengkomunikasikan merupakan kegiatan peserta didik atau siswa dalam menyempurnakan hasil diskusi dan membuat laporannya untuk dikumpulkan. Kegiatan terakhir adalah penutup, penutup merupakan kegiatan untuk mengakhiri pembelajaran. Kegiatan penutup dapat dilakukan dengan menyimpulkan bersama dari pembelajaran yang

52 38 telah dipelajari bersama, menyampaikan materi yang akan dibahas minggu depan, memberikan tugas rumah sebagai pendalaman, dan mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan doa dan salam. 12] Evaluasi Hamalik [2007: 145] menjelaskan bahwa evaluasi pengajaran merupakan suatu komponen dalam sistem pengajaran. Fungsi utama evaluasi dalam kelas adalah untuk menentukan hasilhasil urutan pengajaran. Evaluasi dimaksudkan untuk mengamati hasil belajar siswa dan berupaya menentukan bagaimana menciptakan kesempatan belajar. Evaluasi juga dimaksudkan untuk memperbaiki pengajaran dan penguasaan tentang tujuan tertentu dalam kelas. Tujuan utama dari kegiatan evaluasi adalah untuk mengukur keefektifan sistem mengajar atau belajar sebagai suatu hasil keseluruhan dari kegiatan pembelajaran. b. Teori Pembelajaran Sastra Pengajaran sastra adalah pengajaran yang menyangkut seluruh aspek sastra, yang meliputi: teori sastra, sejarah sastra, kritik sastra,, sastra perbandingan, dan apresiasi sastra [Ismawati, 2013: 1]. Dari kelima aspek tersebut, yang paling sulit untuk diajarkan adalah apresisasi sastra. Ini dikarenakan apresiasi sastra menekankan pengajaran pada aspek afektif yang berhubungan dengan rasa, nurani, nilai-nilai dan seterusnya. Dalam pencapaiannya apresiasi memerlukan

53 39 waktu yang sangat panjang serta proses yang belangsung secara terus menerus. 1] Fungsi Pembelajaran Sastra Ismawati [2013: 3] menyebutkan bahwa fungsi pengajaran sastra adalah sebagai wahana untuk belajar menemukan nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra yang dibelajarkan, dalam suasana kondusif di bawah bimbingan guru dan dosen. Dalam pengajaran sastra dimungkinkan tumbuhnya sikap apresiasi terhadap hal-hal yang indah, yang lembut, yang manusiawi, untuk diinternalisasikan menjadi bagian dari karakter anak didik yang akan dibentuk. Puisi merupakan karya yang paling familiar dalam pengajaran sastra, karena siswa, guru, mahasiswa, dosen, atau siapa saja dapat terlibat di dalamnya. Puisi adalah salah satu dari jenisjenis karya sastra yang dapat digunakan sebagai bahan refleksi dalam kehidupan. 2] Tujuan Pembelajaran Sastra Ismawati [2013: 30] menyebutkan bahwa fungsi pengajaran dapat dipilah menjadi dua bagian yakni tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Berikut penjelasan dari kedua tujuan tersebut adalah: a] Tujuan jangka pendek Tujuan sastra jangka pendek adalah agar siswa mengenal cipta sastra. Selain itu, juga bertujuan agar siswa

54 40 dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengannya. Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa tujuan sastra jangka pendek adalah agar siswa mampu memberikan tanggapan dan bertanya mengenai cipta sastra yang dibacanya. Siswa juga diharapkan mampu menyelesaikan tugas-tugas pengajaran sastra, mengunjungi kegiatan sastra, dan agar menyatakan tertarik dengan kegiatan pengajaran sastra. b] Tujuan jangka panjang Tujuan pengajaran sastra jangka panjang adalah terbentuknya sikap positif terhadap sastra dengan ciri siswa mempunyai apresiasi yang tinggi terhadap karya sastra dan dapat membuat indah dalam setiap fase kehidupannya. Sebagaimana pepatah mengatakan bahwa dengan seni [sastra] hidup menjadi lebih indah. Tujuan pembelajaran sastra yang ideal lebih banyak bergerak pada domaian afektif tetapi harus menunjukkan tingkah laku yang dapat diamati dan diukur, yakni apresiasi sastra. Mengapresiasi sastra berarti menghargai sastra.

55 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, artinya prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari objek yang diamat [Moleong, 2007: 4]. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan nilai budi pekerti dalam buku Prasasti Antologi Geguritan Karya Eko Wahyudi, dan rencana pelaksanaan pembelajarannya di kelas XII SMA. Peneliti menggunakan prosedur pemecahan masalah dengan memaparkan keadaan subjek penelitian pada saat sekarang, berdasarka faktafakta yang tampak pada data. Cara yang dipakai peneliti adalah dengan memberi deskripsi berupa kata-kata, tentang budi pekerti dan rencana pelaksanaan pembelajarannya di kelas XII SMA. Ismawati [2011: 112] mengungkapkan bahwa data kualitatif yaitu data yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Langkah-langkah metode deskripsi dalam penelitian ini meliputi mengelompokkan data yang terkumpul menurut jenis dan terjemahannya. Langkah selanjutnya dilanjutkan dengan mendeskripsikan nilai-nilai budi pekerti dan relevansi nilainya dengan kehidupan sekarang, serta rencana pelaksanaan pembelajarannya di kelas XII SMA. 41

56 42 B. Data dan Sumber Data Data adalah hasil pencatatan dalam penelitian, baik yang berupa fakta ataupun angka [Arikunto, 2013:161]. Data dalam penelitian ini berbentuk verbal yaitu berwujud kata, frasa, atau kalimat. Data dalam penelitian ini adalah deskripsi kalimat dalam buku, beserta kutipan-kutipannya dan nilai budi pekerti dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi. Sumber data adalah subjek dari mana data penelitian dapat diperoleh [Arikunto, 2013: 172]. Sumber data dalam penelitian ini diambil dari buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi. Buku tersebut diterbitkan oleh CV. Mitra Media Pustaka tahun Di dalam antologi tersebut terdapat 53 Geguritan dan informasi mengenai biografi penulis [penggurit], buku tentang teori sastra, nilai, nilai budi pekerti, dan referensi lainya. C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang ditetapkan [Sugiyono, 2011: 224]. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik simak, catat, terjemahan dan pustaka. 1. Teknik Pustaka Menurut Subroto [1992:42], teknik pustaka adalah teknik yang mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data.

57 43 Penelitian ini menggunakan sumber tertulis utama yang berwujud Geguritan pada buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi dengan pendukung yang berupa buku-buku dan referensi-referensi yang sesuai dengan fokus penelitian. 2. Teknik Simak Disebut metode simak atau penyimakan karena memang berupa penyimakan, dilakukan dengan menyimak yaitu menyimak penggunaan bahasa [Sudaryanto, 2015: 203]. Penggunaan teknik simak dalam penelitian ini adalah dengan cara membaca secara teliti, cermat dan berulang-ulang terhadap buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi dan menemukan nilai budi pekerti yang terkandung dalam masing-masing geguritan pada buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi. 3. Teknik Catat Teknik catat yang dimaksud adalah mengadakan pencatatan secara kritis dan teliti terhadap data yang relevan, sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian [Subroto, 1992: 41-42]. Adapun penggunaan teknik catat dalam peenelitian ini yaitu dengan mencatat data-data berupa kata-kata maupun kalimat yang terdapat dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi. Apabila pada penyimakan terdapat kutipan yang mengandung nilai budi pekerti akan peneliti catat untuk memudahkan dalam mengelompokkan data.

58 44 4. Teknik Terjemahan Menurut Suryani [2012: 87] terjemahan merupakan proses pemindahan arti dari suatu teks dengan memperhatikan pesan atau amanat yang ingin disampaikan pengarang pada teks aslinya serta diungkapkan kembali menggunakan bahasa yang berbeda. Penerjemahan suatu teks berfungsi memudahkan pembaca dalam memahami pesan yang terkandung dalam suatu teks. Dalam tahap ini peneliti menerjemahkan kutipan-kutipan Geguritan pada Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi tersebut, ke dalam bahasa Indonesia untuk mempermudah menganalisis data. Dari teknik-teknik pengumpulan data di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan teknik pustaka, teknik simak, teknik catat, dan teknik terjemahan. Langkahlangkah yang ditempuh peneliti dalam mengumpulkan data yaitu. a. Menentukan sumber berupa antologi Geguritan yaitu buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi b. Menyimak dan membaca keseluruhan dengan cermat, sehingga memperoleh data tentang analisis nilai budi pekerti dalam buku tersebut. Dalam hal ini peneliti membaca antologi Geguritan yaitu buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi untuk mendapatkan data yang lebih akurat. c. Mencatat data yang telah diperoleh sesuai dengan data yang dibutuhkan ke dalam nota pencatatan.

59 45 d. Menerjemahkan kutipan dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi tersebut ke dalam bahasa Indonesia untuk mempermudah dalam menganalisis data. D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah, hasilnya lebih baik, lebih cermat, lengkap serta sistematis, sehingga data lebih mudah diolah [Arikunto, 2013: 203]. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang tidak memerlukan observasi dan wawancara, sehingga peneliti menjadi instrumen utamanya. Hal tersebut sependapat dengan Sugiyono [2015: 60] yang menyatakan bahwa peneliti merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri, sebagai instrumen utama dibantu dengan buku-buku yang mendukung analisis tentang nilai budi pekerti, dan kartu pencatat data. Peneliti menggunakan kartu pencatat data berupa catatan bebas dalam sebuah buku, dengan tujuan untuk mempermudah dalam mencatat dan menganalisis data sesua dengan tujuan penelitian. Tabel berikut merupakan contoh dari kartu data yang digunakan oleh peneliti, bentuk kartu data sebagai berikut:

60 46 Tabel 1 Kartu Data Penelitian Nilai Budi Pekerti Data Kutipan dan No Pesan Budi Pekerti Bait Terjemahan Judul Geguritan Keterangan Gambar 1. Kolom pertama berisi nomor urut data. 2. Kolom kedua berisi indikator pesan budi pekerti. 3. Kolom ketiga berisi bait yang terdapat nilai budi pekerti 4. Kolom ketiga berisi data kutipan beserta terjemahannya. 5. Kolom kelima berisi judul geguritan E. Teknik Keabsahan Data Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada kemampuan peneliti dalam menyusun fenomena yang diamati, serta dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental dengan berbagai latar belakang. Menurut Endraswara [2013: 164] validitas semantis yakni mengukur tingkat kesensitifan makna simbolik yang bergayut dengan konteks. Pengukuran makna simbolik dikaitkan dengan konteks karya sastra dan konsep atau konstruk analisis. Data-data dimaknai setelah dikategorikan sesuai

61 47 dengan konsep teori dan konteks dalam data penelitian. Melalui validitas semantis dapat diukur seberapa jauh data berupa kalimat-kalimat yang mengandung nilai budi pekerti dalam geguritan tersebut. Dalam penelitian kualitatif reliabilitas sangat diperlukan agar data yang diperoleh lebih akurat. Reliabilitas yang dipakai adalah keakuratan, yakni penyesuaian antara hasil penelitian dengan kajian pustaka yang telah dirumuskan [Endraswara, 2013: 164]. Data yang yang mengandung nilai-nilai budi pekerti dibaca dan diteliti secara berulang-ulang sampai menghasilkan data yang realibel. Pembacaan yang cermat akan berpengaruh pada keajegan pencarian makna. Teknik keabsahan data yang digunakan peneliti adalah teknik keakuratan, yaitu menyesuaikan antara hasil penelitian dengan kajian pustaka yang telah dirumuskan, kemudian data yang berupa nilai-nilai budi pekerti dibaca dan diteliti secara berulang-ulang sampai menghasilkan data yang reliabel. F. Teknik Analisis Data Hal yang terpenting sesudah data diperoleh pada tahap pengumpulan data adalah mengolahnya pada teknik analisis data. Penelitian yang peniliti lakukan terhadap antologi Geguritan Prasasti Antologi Geguritan Karya Eko Wahyudi merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik content analysis atau analisis isi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis konten [content analysis]. Analisis konten adalah

62 48 strategi untuk menangkap pesan karya sastra. Teknik analisis konten ini bertujuan untuk mengungkap dan menangkap pesan karya sastra [Endraswara, 2013:160]. Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen dalam Moleong [2011: 248] adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Pada tahap ini data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenarankebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab setiap permasalahan dalam penelitian. Ismawati [2011: 81] menambahkan bahwa content analysis merupakan sebuah teknik untuk membuat inferensi-inferensi dengan mengi dentifikasikan secara sistematik dan objektif karakteristik-karakteristik khusus sebuah teks. Inferensi selalu bertumpu pada makna simbolik teks sastra berupa penarikan simpulan yang abstrak. Ismawati [2011: 88] menjelaskan bahwa tahapantahapan yang harus ditempuh peneliti dalam menganalisis data menggunakan content analysissebagai berikut: 1. Memilih teks yang akan dianalisis. 2. Perhatikan tujuan penelitian yang ingin dicapai. 3. Mendeskripsikan isi secara objektif, sistematik, dan kuantitatif sehingga ditemukan karakteristik-karakteristik khusus.

63 49 4. Membuat inferensi-inferensi. Berdasarkan teori di atas, maka langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam menganalis data adalah sebagai berikut: 1. Memilih teks yang akan dianalisis. Peneliti terlebih dahulu membaca serta memahami buku Prasasti Antologi Geguritan Karya Eko Wahyudi. Langkah selanjutnya peneliti menganalisis data sesuai dengan teori nilai budi pekerti yang dikemukakan oleh Samani [2016: 46] meliputi sikap dan perilaku dalam hubungan dengan Tuhan, diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa, serta alam sekitar. Terakhir peneliti menemukan data yang akan diteliti, yaitu nilai budi pekerti pada masing-masing geguritan dalam buku Prasasti Antologi Geguritan Karya Eko Wahyudi, dan relevansinya dengan kehidupan sekarang serta rencana pelaksanaan pembelajarannya di kelas XII SMA. 2. Memperhatikan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan nilai budi pekerti yang terdapat dalam dalam buku Prasasti Antologi Geguritan Karya Eko Wahyudi dengan relevansi nilainya, dan rencana pelaksanaan pembelajarannya di kelas XII SMA. Nilai budi pekerti tersebut meliputi sikap dan perilaku dalam hubungan dengan Tuhan, diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa, serta alam sekitar. 3. Mendeskripsikan isi objektif, sistematis, dan kuantitatif sehingga ditemukan karakteristik-karakteristik khusus.

64 50 [Objektif] yaitu mendeskripsikan isi geguritan buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi dengan benar. Langkah pada tahap ini adalah mempelajari dan memahami teori yang berkaitan dengan nilai-nilai budi pekerti. Langkah tersebut bertujuan untuk membedakan unsur-unsur yang mengandung nilai budi pekerti dan tidak mengandung budi pekerti. [sistematik] yaitu menguraikan dan merumuskan sesuatu dengan teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem. Pada tahap ini, langkah yang dilakukan peneliti adalah mengelompokkan data dengan urutan tepat. [kualitatif] adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian, kemudian melakukan deskripsi data sesuai dengan perumusan masalah. Perumusan masalah tersebut yaitu pendeskripsian nilai budi pekerti yang tekandung dalam geguritan dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi, relevansi nilainya dengan kehidupan sekarang, dan rencana pelaksanaan pembelajarnnya di kelas XII SMA. 4. Membuat inferensi-inferensi. Dalam melakukan inferensi [simpulan], peneliti harus sensitif terhadap data. Itulah sebabnya inferensi selalu bertumpu pada makna simbolik teks sastra. Inferensi tersebut berupa penarikan simpulan yang bersifat abstraksi karya sastra. Abstraksi tersebut hendaknya mewakili sekian fenomena. Dalam penelitian ini inferensi dilakukan dengan cara

65 51 memahami nilai-nilai budi pekerti yang terdapat dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi sebelum melakukan analisis. Setelah memahami nilai budi pekerti yang terdapat dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi, selanjutnya melakukan analisis sesuai dengan rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut yaitu nilai budi pekerti yang terkandung dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi, relevansi nilainya dengan kehidupan skarang, dan rencana pelaksanaan pembelajarannya di kelas XII SMA. Terakhir adalah menarik kesimpulan yang kaitannya dengan nilai-nilai budi pekerti dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi relevansinya dengan kehidupan skarang, dan rencana pelaksanaan pembelajarannya di kelas XII SMA. G. Teknik Penyajian Data Data yang diperoleh dari penelitian perlu disajikan dalam bentuk penyajian hasil penelitian. Untuk menyajikan hasil analisis data penelitian ini, penulis menggunakan teknik informal. Teknik informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa tanpa lambang-lambang [Sudaryanto, 1993: 145]. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bentuk tabel dan deskripsi data untuk menyajikan hasil analisis. Teknik informal yang dimaksud dalam penelitian ini yakni dengan memaparkan kata-kata tanpa menggunakan rumus atau simbol.

66 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Data Dalam bab IV ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian tentang nilai budi pekerti dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko wahyudi. Hasil penelitian nilai budi pekerti dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko wahyudi, menjelaskan tentang nilai budi pekerti dan relevansinsi nilainya dengan kehidupan sekarang. Teori yang dipakaii yaitu teori Samani [2016: 47] yang menjelaskan bahwa nilai budi pekerti meliputi: [1] sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa, serta dengan alam sekitar. Penyajian data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dengan tujuan mempermudah dalam menganalisis data. Tabel tersebut berisi tentang pesan nilai budi pekerti dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudibeserta terjemahan secara bebasdan relevansinya dengan kehidupan sekarang. Adapun hasil penelitian tersebut dipaparkan dalam tabel berikut: 52

67 53 1. Nilai Budi Pekerti dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi. Tabel 2 Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan No Pesan Budi Pekerti Bait Data Kutipan dan Judul Terjemahan Geguritan 1. Ingat kepada Tuhan 2 Saka kekesing angin ketiga lan gumrojoge udan salah mangsa Bisa dak krungu wisikmu manjing jroning nala Tumangkar ngrembaka dadi krodha Njugarake impen puspa tajem lan panjangka [PAG: 4] Prasasti dari dinginnya angin musim kemarau dan hujan yang turun tidak dimusimnya, aku bisa mendengar bisik-mu masuk dalam hati, yang menumbuhkan kekuatan dan membangunkan ku dari mimpi dan anganangan 1 Gusti dak krungu dhawuh sucimu Daksebut asmamu Daksikep raket welas lan asihmu Gusti kula rukuk Kula tundhuk Dakgayuh rahmad lan barokah-mu antuk Menebake tindak lan tanduk Gusti kula sujud Ing Tengahing Wengi 2

68 54 Daksuntak banyuning waspa Daksuwun welas lan pangapura Dakpasrahake jiwa lan raga Tumeka oncating nyawa [PAG: 39] Tuhan ku mendengar Perintah-Mu ibadah, ku memeluk kebesaran dan kasih saying-mu, aku bersujud kepada-mu shalat, untuk mendapatkan rahmat- Mu, ku teteskan air mata untuk meminta ampunan-mu, ku pasrahkan jiwa ragaku sampai nyawa ini berpisah dari raganya 4 Lanthing, Ginantha ginawe saka tela pohung Linambaran ati tansah tumangklung Mring Gusti Kang Maha Agung [PAG: 57] lanthing terbuat dari bahan ketela pohon, disertai dengan hati yang selalu tunduk, kepada Tuhan Yang Maha Agung 3 Kasetyan suwitane Mim_Mu Takzim tinulad para watu maewu Tumeka ngendi wae sela tansah prasaja Ngili ngenut pituduh Lanthing Segara Wedhi

69 55 kang Maha Karsa [PAG: 72] kesetiaan Mim-Mu mengabdi, Takzim menularkan semua ilmu kepada masyarakat, sampai manapun akan selalu baik, pergi dengan petunjuk Yang Maha Karsa 2. Takwa 3 Lanthing, Ginantha ginawe kinanthi adus banyu riwe Riwe kawula kebak pangawe-awe Muga katrima lelakuning urip mring Gustine [PAG: 56] lanthing, dibuat dengan cucuran keringat, dan disertai keringat dengan penuh pengharapan, semoga diterima sebagai alur kahidupan oleh Tuhan 3. Pengabdian 5 Lanthing Tetepa dadi boga pengaji Najan samengko wis nora wigati Kagiles katlindhih keplasing rondha kentucky [PAG: 57] Lanthing Lanthing lanthing, tetaplah menjadi pangan yang memiliki nilai, meskipun sudah tidak penting, karena sudah

70 56 dibuat kentucky Tabel 3 Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Diri Sendiri No Pesan Budi Pekerti Bait Data Kutipan dan Judul Terjemahan Geguritan 1. mengahargai waku 1 Anak-anakku, Dina iki dina kang Aja [Gurit lali dianti-anti Kanggo mujudake racikan ing ukara dadi sesanti Digurit diukir ing kanggo anakanakku kang arep lulus UN] watu prasasti [PAG: 1] anak-anakku, hari ini adalah hari yang ditunggu, untuk mewujudkan keinginan, ditulis dan diukir pada batu prasasti 3 Aku amung mesem ngguyu Nembangake tangis nora kuwagang Nggondheli pamberote jaman lan wektu Ngrerojeh sejarah lan silsilah anak putu [PAG: 93] aku hanya tersenyum, menyanyi dalam tangisan, tidak kuasa menahan berlalunya jaman yang menghancurkan sejarah dan keturunan 2. Terbuka 2 Ibu, dina iki aku kepengin blaka Sadawane dalan saka wetan poncot kulon Nalika Dakwaca Status Facebookmu Ibu, Aku Bali [Guritane bocah

71 57 Aku tansah nemahi sesinglon Sadawane lor tumeka kidul Gegayuhanku durung paja-paja gutul [PAG: 6] Ibu, hari ini aku ingin bercerita, sepanjang jalan dari timur sampai barat, aku menemukan masalah, sepanjang utara sampai selatan, perjalananku belum juga sampai 3. berpikir matang 1 Saka gedhene cangkir bisa daktaker Sepira iseniseningpikir Saka gedhene porong Bisa daketung sakehing usada Kang diiling ing raga-raga ngorong [PAG: 10] dari besarnya cangkir dapat kuukur, seberapa banyak isinya, dari besarnya porong, dapat kuhitung banyaknya usaha, yang dituang pada cangkir tersebut 6 Aku kesel, Wektu ngaso amung dioso-oso Cepet-cepet milih panguwasa dhoso Kopi ing cangkir isih separo Mikiri kanthi lelimbangan kang jero kang lulus UN] Cangkir lan Porong Kesel

72 58 [PAG: 103] aku capek, waktu istirahatku selalu diburu-buru, cepatcepat memilih penguasa, kopi di cangkir masih setengah, memikirkan dengan penuh pertimbangan 4. adil 2 Sapa dolanan bedhil kang pinercaya njejegake adil Sapa dolanan ati soroh nyawa kumawani Meja mupakat dijingkat dioncat [PAG: 14] siapapun yang bermain tembak dengan penuh kepercayaan akan menegakkan keadilan, siapa yang bermain hati dengan kesombongan, meja pengadilanlah yang akan digunakan 5. Pengendalian diri 3 Aja disigeg nuruti weteng datan due wareg Aja diuja pamukane dhalang tanpa wayang Aja diumbar cethik genine makelar Aja digugu ati panas hawa nepsune [PAG: 14-15] Dahuru ing Urut Sewu Dahuru ing Urut Sewu jangan menuruti nafsu yang tidak pernah puas, jangan

73 59 mengagung-agungkan dhalang tanpa wayang, jangan melibatkan dirimu dengan makelar, jangan menuruti hawanafsu 6. bersemangat 2 Ing nalar kang winates Mesthi bae mokal tinemu ubaling geni Kanggo ngobarake hawa lan siyaga [PAG: 21] di pikiran yang terbatas, pasti akan selalu menemukan masalah, untuk menyulut semangat dan meningkatkan kewaspadaan 1 Sempritan wus gandhang nggone njerit Nguntabake budhaling kreta logawa Tumuju pesthining rasa lega lan lila Ing bang wetan kana bakal dakgayuh pletheking bagaskara [PAG: 76] peluit telah berbunyi nyaring, menandakan pemberangkatan kereta logawa, menuju akhirdari rasa lega dan ikhlas, di sebelah timur sana akan ku sambut terbitnya mentari 1 Udan iku tangise kawula Gunung Stasiun Lempuyan gan Udan

74 60 Sing dikumpulake ing ketiga atine Disumpah dadi mendhung nasib Tinibakake deres, Deres gemrojog kaya banjir kringete Nalika nggota mesthekake urip lan patine [PAG: 82] hujan itu tangisnya rakyat, yang telah dikumpulkan dikemarau hatinya, dirubah menjadi mendung, kemudian jatuh dengan derasnya, deras seperti cucuran keringat 7. gigih 5 Bantala rengka ilang sambat ngelaking raga Oyot-oyot lan witwitan bakuh kukuh Ngadeg pidegsa Pang sawu cawang ngranggehngranggeh nugraha Mring Gusti Maha Kuwasa Lamun dina iki akeh sing murca Klawan dununge jalma nepsu angkara Titimangsa bakal jumedhul Kawah-kawah wujud tutuking manungsa Kebak pisambat ngaruara [PAG: 21-22] Gunung Tanah retak hilang keluh kesah, akar dan

75 61 pepohonan kuat, berdiri kokoh, cabangcabang berusaha meraih kemuliaan dari Tuhan YME, meski hari ini banyak yang tidak sadarkan diri, juga adanya nafsu angkara, akan muncul pada waktunya, kawah-kawah berwujud mulut manusia, penuh dengan keluh kesah 8. pengabdian 2 Ibu, Wes sue bathuk iki ilang pupuk puyange Wessue anakmu puput pusere Wes sue tangan lan sikilku midak ayangayangane Aja kuwatir ibu Anakmu wis apal lan lumer kepriye carane ceceker Aku datan lali Wiwit cilik ibu sing nuturi [PAG: 27] Ibu, anakmu sudah dewasa, aku tidak akan lupa, nasihat yang ibu berikansejak kecil 9. kasih sayang 1 Bapa coba pirsani ibu wes lara Kentekan pengareparep bandha lan donya Jalma manungsa titah sawantah Sadrema anglakoni Sugih mbrewu tan ginawa mati Ibu Bapa

76 berani memikul resiko Becik bali ing dalane Gusti Nyuwun pituduh lan pangapura Apuranta Anakmu kumawani anuturi [PAG: 29-30] bapak lihatlah ibu yang sedang sakit, sudah tidak ada harapan untuk hidup, manusia diciptakan untuk me-nuruti perintah, hanya sekedar menjalani, kekayaan itu tidak dibawa mati, lebih baik kembali ke jalan Tuhan, meminta petunjuk dan ampunan, maafkan, anakmu yang berani menasehati 2 Jagal tumrap Abilawa amung sesinglon Netepi sabda pangandika watak satriya garising lakon Kalah adon botoh lawan kurawa Rolas taun manekung jroning alas gung liwang-liwung Setaun lelaku samar aywa kongsi jenar Pacoban yuda ngasah landhep pancanaka Tinaceb wani ing jaja Rajamala Nyebar pepati bedhah Trigatra Ndunungake lan ndenangake jati dhiri Njagal Abilawa

77 63 Pandhawa Kurawa datan trima kalah andon yuda Laku licik julig wenang kuwasa [PAG: 62] jagal abilawa itu hanya samara untuk menepati jiwa kesatriya, karena kekalahan bermain dadu dengan kurawa, sehingga harus hidup di hutan selama 12 tahun, selama setahun melakukan penyamaran berlatih perang, mengasah kekuatan melawan raja mala, untuk mendapatkan kembali jati diri Pandawa 6 Kanggomu ora usah tumindhak apa-apa Dadi sing wis ana aku wae sing lara Sing durung kareben digawa mega lan mendhung Supaya dina-dina ora tansah tumlawung [PAG: 85] untukmu tidak usah bertindak apapun, yang sudah ada biarkan aku yang menanggungnya, yang belum terjadi biarlah dibawa awan dan mendung, supaya hari-harimu tidak terasa sepi 11. setia 2 Aja salah sujana Ati iki wis duweke priya liya Yen Kendhang ing Laku

78 64 Pancene aku luwih lega Sejatine mung kedlarung nancebake winih tresna Nalika iku aku uga ora suwala Dikaya ngapa dheweke wis aweh usada [PAG: 51] jangan salah paham, hati ini sudah menjadi milik laki-laki lain, memang aku lebih lega, sesungguhnya hanya terlanjur sayang, saat itu aku tidak menyangkal, bagaimanapun dia sudah berusaha 2 Aku tansah setya Nadyan kang cetha Sliramu uler gatel Nggawa memala [PAG: 54] aku selalu setia, walaupun sudah jelas, bahwa dirimuseperti ulat, pembuat masalah 12. bersikap konstruktif 1 Owah gingsire jaman Njalari owah gingsire gaman Njagal mono pakarti nyembeleh lan ngupakara kewan Samengko dadi ora aneh yen kang dijagal rupa pepadha Ujare mbuang tilas laku wengis ati panas Rebut kuwasa, Kupu Kang Kekitrang Njagal Abilawa

79 65 ngumbar nepsu, datan tidha-tidha [PAG: 62] perubahan zaman, memicu perubahan senjata, njagal hanyalah pekerjaan menyembelih dan memelihara hewan, yang nantinya akan terbiasa jika yang dijagal adalah sesamanya, katanya membuang bekas dari tingkah laku buruk dan hati yang bengis, memperebutkan kekuasaan, mengumbar nafsudengan terang-terangan 1 Tata aksara iki kumawani ngeja Trapsiling titah kawula lan narapraja Ngasah landhep kethuling rasa Suwe sumimpen binungkus samudana [PAG: 66] rangkaian huruf ini seperti menggambarkan tingkah laku rakyat dan pemimpin Negara [pejabat] mengasah tajam dan tumpulnya rasa yang lama kusimpan 13. kukuh hati 2 Lonceng kang nyuwara gumontang Ngabarake wengising palagan Aku tetep puguh netepi kekarepan Senajan rasa Panggurit ing Ngalengka Stasiun Lempuyangan

80 66 pangrasa sineling jerit pangigit-igit Ngreridhu lumantar wisik turu ngaliyep sadawane laku [PAG: 76] lonceng yang berbunyi nyaring, memberikan kabar seramnya peperangan, aku tetep kukuh dengan kemauanku, meski perasaan terus menjerit,merindukan dalam mimpi 14. bijaksana 3 Sinaua marang kasetyanne Bagaskara lan wulan Kartika lan gegana Bumi lan samodra Wengi lan rina Sapa wani ndhadha Jroning ati kebak rumangsa [PAG: 78-79] belajarlah pada kesetiaannya, matahari dan bulan, bintang dan mendung, bumi dan samudra, malam dan siang, siapa berani menerka, dalam hati yang penuh dengan perasaan 15. mawas diri 2 Sumur ing mburi omah dakungak banyune sawayahwayah Dakpesthekake isih tinemu wewayangku Kambang kampulkampul ing njeron banyu ; meneng mesem nuli Suket Sumur

81 67 ngguyu Dakbalangake krikil panggah meneng mesem lan ngguyu [PAG: 80] sumur di belakang rumah ku lihat airnya setiap saat, ku pastikan masih temukan bayanganku, yang terapungdalam air, diam tersenyum kemudian tertawa, ku lemparkan kerikil dan tetap tersenyum kemudian tertawa 16. percaya diri 2 Wengi sepisan mangsa ketiga Aku wus gawe putusan Bakal milih laku mecaki dalan sidhatan Krana tilas tapakmu wus ora bisa tinemu Kanggo nututi bantere playumu [PAG: 96] Wengi Sepisan Mangsa Ketiga malam pertama di musimkemarau, aku sudah membuat keputusan, akan melewati jalan pintas, karena jejak langkahmu sudah tidak bisa ditemukan, untuk mengejarmu 17. sabar 4 Nanging, Amung kepengin mbusek dlemokan ireng kang kebacut njanges kesuwen nora enggal nemu piwales. Ooo, rasa Ora Kepengin

82 68 kang ngganjel iki dadi tansaya kandel, kapan nggon-mu munggel? [PAG: 101] namun, hanya ingin menghapus noda hitam yang terlanjur lama tidak cepat menemukan balasan. Ooo, rasa yang mengganjal ini menjadi bertambah banyak, kapan Tuhan akan mengakhiri? 18. ulet 1 Mbujung playune layangan pedhot Adoh, Tumiba ing dawane panyawang Pupus, Kekarepan kagawa angin kumleyang Sikil iki kumudu mandheg Ing sapinggire jurang Srengenge gumlewang Ndeseg tekane candhik ala ing sisih kulon Aku nembe manteb yen urip iki mung sesinglon Mecaki dawane dina Nambahi ati nelangsa Ing pandulu anane mung remeng-remeng Tansaya suwe tansaya peteng [PAG: 107] Gurit Layangan Pedhot seperti mengejar laying-layang, terjatuh di keja-uhan pandangan, pu-pus, keinginan terba-wa angin melayang, kaki

83 69 ini harus ber-henti, di tepi jurang, matahari tenggelam, memicu datangnya senja di sebelah barat, aku baru percaya bah-wa hidup itu hanya sesaat, melewati pan-jangnya hari, mem-buat hati semakin sengsara, di pengli-hatan yang ada hanya-lah keremangan, se-makin lama semakin gelap Tabel 4 Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Keluarga No Pesan Budi Pekerti Bait Data Kutipan dan Terjemahan 1. rasa kasih sayang 2 Anak-anakku, Kowe rak ya ngerti Menawa wong tuamu datan maelu Direwangi adus luh lan kringet kanggo mbasuh greget Nungsang njempalik kanggo melik gegayuhan mukti Rina wengi tanpa kendhat sesambat marang Gusti [PAG: 1-2] anak-anakku, kalian pun tahu, bahwa orang tuamu tidak kamu perhatikan, dibantu dengan mandi keringat dan bekerja keras, jungkir balik untuk melakukan pekerjaan mulia, siang malam tanpa jeda menggantungkan doa Judul Gegurita n Aja lali [Gurit kanggo anakanakku kang arep lulus UN]

84 70 pada Tuhan 4 Anak-anakku, Aja lali Bapak ibu dwija pindha ngenteni laire jabang bayi Arep pindha Tetuka apadhene Wisanggeni Krana kelas sanga umure kari sangang wulan sepuluh dina Wis sue sliramu kabeh jinamas ing kawah candradimuka Dipeper, digembleng, lan digladhi Sawernaning kawruh ngetung, nyimak, nulis, lan maca Mula jingglengana oncatmu saka kelas pitu wolu lan sanga Iku budhaling lelana lan pangumbara Mecaki jagad kebak krodha lan godha rencana Mula jangkahmu kudu luwih dawa lan amba [PAG: 2] Aja lali [Gurit kanggo anakanakku kang arep lulus UN] untuk anak-anakku, jangan lupa, bapak dan ibu guru menunggu lahirnya bayi, akankah menyerupai Tetuka atau Wisanggeni, karena waktu kelas sembilan hanya sebentar lagi, sudah lama kalian semua dimandikan di kawah candradimuka, diajari, digembleng dan dilatih, berbagai macam ilmu seperti berhitung, menyimak, me-

85 71 nulis, dan membaca, maka lihatlah langkahmu dari kelas tujuh, delapan, dan sembilan, itu awal dari kemandirian dan pengembaraan, melewati dunia yang penuh dengan nafsu dan godaan, sehingga langkahmu harus lebih panjang dan lebar 5 Anak-anakku, Daksangoni pangeling-eling Supaya ing tembe kowe kabeh aja pangling Jembare donya kang sagodhong kelor, aja ndadekake drajatmu dadi asor Jembare bumi kang gari senyari aja gelem dadi wong mburi Jangkahmu ngupadi gegayuhan mung kari sekilan mula aja ketinggalan Jajahanen desa wilangen kori, kowe bakal ngerti wewadi ing tembe mburi [PAG: 2-3] Aja lali [Gurit kanggo anakanakku kang arep lulus UN] anak-anakku, ku bekali kalian nasihat, supaya kalian tidak lupa, lebarnya dunia yang bagaikan daun kelor jangan membuat drajatmu menjadi rendah, lebar-nya bumi yang semakin sempit jangan mau menjadi orang terbelakang,

86 72 langkah usahamu tinggal sedikit maka jangan sampai ketinggalan, menjelajahlah, kamu akan mengerti sebuah rahasia 1 Apa sing kokrungu thole? Rengeng-rengenge bapa iki sejatine prentuling ati mbrengengeng Aja gampang percaya ocehing prenjak nglarapake dhayoh blaba loma Aja kengguh mobah lan mosik jaman kang kagliyak Jer kang nyata swara dinosaurus kewan purba Manjing manjilma ing pucuking crobongcrobong pabrik lan kenalpot Mula ora mokal kang bakal Dumadi padha rebut boga kaya lan panguwasa [PAG: 49] Kekudange Bapak Marang Putrane apa yang kau dengar anakku? Pembicaraan lirih bapak ini merupakan curahan hati, jangan mudah percaya dengan suara orang yang belum tentu kebenarannya, jangan goyah hatimu tergiur keadaan zaman sekarang, yang nyata adalah suara dinaosaurus yang merupakan hewan purba,

87 73 yang menjelma di ujung cerobong-cerobong pabrik dan knalpot, sehingga tidak akan dapat terlaksana, hingga menjadi berebut kekayaan pangan dan kekuasaan 2 Lirih sorane ukara kang kumecap Dadi pratandha rukun rumaket lan satruning rasa Dakantu-antu swara lisanmu Gumawang ing akasa supaya keprungu Menawa atimu ora gela lan nelangsa [PAG: 68] lirih kerasnya kata yang terucap, menjadi tanda kerukunan dan perselisihan, kutunggu suara dari mulutmu, terbayang di angkasa supaya terdengar, bahwa hatimu tidak kecewa dan tersiksa 1 Saupama isih kumleyang ing gegana Apadene temangsang sumlesep ing antarane mega-mega Bisa dakwaca kanthi trewaca, Kangmas Surasaning SMS rinacik ukara tresna Lumantar sunaring bagaskara [PAG: 74] Pasiksan SMS Temangsang seumpama masih melayang di awan mendung,

88 74 apatersangkut diantara awan, dapat ku baca dengan jelas, Kangmas, isi dari SMS ungkapan perasaan, melalui sinarnya matahari 2. hormat 1 Aku ngerti menawa angen-angen iki tansaya adoh Mbangun praja kamulyane ibu lan bapa Marang sabdane ibu bae aku emoh Mula senajan abot aku ora kena suwala [PAG: 8] aku mengerti bahwa angan-angan ini semakin jauh, membangun kemuliaan untuk ibu dan bapak, pada perintah ibu saja aku membangkang, maka walaupun berat aku tidak boleh menghindar 4 Ibu, sembah sungkem anakmu, Daksuntake eluh lan sakabehing kawruh Dakpisungsung donga-donga usada Daksambunge wot katresnan sing rinasa pedhot Gusti Maha Welas Asih mugi paring idi Kabeh amal sholeh ndadekake nyawiji Sadawane urip sarampunge pati [PAG: 28] Aku Ngerti Ibu ibu, maafkan anak-mu, kuteteskan air mata dan

89 75 segala bakti, kupanjatkan doa dan usaha, kusambung ra-sa kasih sayang yang terasa jauh, semoga Tuhan memberi restu, semua amal sholeh menjadi satu, sepanjang hidup dan sesudah meninggal 1 Bapa coba pirsani ibu wes lara Kentekan pengareparep bandha lan donya Jalma manungsa titah sawantah Sadrema anglakoni Sugih mbrewu tan ginawa mati Becik bali ing dalane Gusti Nyuwun pituduh lan pangapura Apuranta Anakmu kumawani anuturi [PAG: 29-30] bapak lihatlah ibu yang sedang sakit, kehabisan harapan, harta benda, dan dunia, manusia yang diciptakan untuk menuruti perintah, hanya sekedar menjalani, kekayaan itu tidak dibawa mati, lebih baik kembali ke jalan Tuhan, meminta petunjuk dan ampunan, maafkan, anakmu yang berani mena-sehati 3. rela berkorban 3 Sawangen sedulur, Ing kawah kae panase datan suda Bapa Gunung

90 76 Satriya pilih tandhing nate tinandur Ing suwalike uga dadi slintrune bagaskara nendra [PAG: 21] lihatlah saudara, di kawah itu panasnya tidak berkurang, satriya yang sakti, yang tidak pernah kalah dalam peperangan, pernah di tanam di sana [di kawah] 4. terbuka 1 Dawa cendhake ukara kang tinulis Dadi sulih sarira rasaning wardaya Babar pisan ora dakseja gawe lara Geneya ukaramu saiki beda? Yen wis lega anggala blaka Aku bakal nglenggana Apuranen kaluputanku senajan tanpa sengaja [PAG: 68] panjang pendeknya kalimat yang tertulis, men-jadi pengganti rasa hati, sama sekali tidak kusengaja membuat luka, mengapa katakatamu sekarang berbeda? Apabila sudah lega ceritakanlah, aku akan terima, maafkan kesa-lahanku walaupun tan-pa sengaja 5. menghargai waktu 2 Pangarasmu ing pipi tengen lan kiwa Uga isih krasa, Pasiksan SMS Temangsang

91 77 saperangan isih daksimpen Ing ngisor peron, dimen dadi prasasti lelakon Sawanci-wanci bakal dakpepetri kanggo mapag tekamu Sasuwene mecaki dalan kang kebak pitakon Aku tansah setya tuhu Ngenteni nadyan kudu nemahi layon [PAG: 74] ciuman dipipiku masih terasa, sebagian masih kusimpan di bawah stasiun, agar menjadi prasasti kehidupan, sewaktu-waktu akan ku rawat untuk menjemput kedatanganmu, selama melewati jalan yang penuh pertanyaan, aku akan selalu setia, menunggu meski harus bertemu dengan kematian 6. setia 2 Pangarasmu ing pipi tengen lan kiwa Uga isih krasa, saperangan isih daksimpen Ing ngisor peron, dimen dadi prasasti lelakon Sawanci-wanci bakal dakpepetri kanggo mapag tekamu Sasuwene mecaki dalan kang kebak pitakon Aku tansah setya tuhu Ngenteni nadyan kudu nemahi layon [PAG: 74] SMS Temangsang

92 78 ciuman dipipiku masih terasa, masih kusimpan, agar menjadi prasasti kehidupan, sewaktu-waktu akan ku rawat untuk menjemput kedatanganmu, selama melewati jalan yang penuh pertanyaan, aku akan selalu setia, menunggu meski harus bertemu dengan kematian Tabel 5 Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Masyarakat dan Bangsa Data Kutipan dan Judul No Pesan Budi Pekerti Bait Terjemahan Geguritan 1. tegas 3 Apuranen aku Cathetan menawa dluwang iku Cilik ing diliru gambarmu Dluwang Dipacak dipajang ing Kwitansi layang kabar padinan Diluru diburu kucingkucing luwe memangsan Aku ora bisa mlayu lan pasrah bongkokan Arep digawe rica-rica apa dene tikus panggang labur madu Dakjaluk paseksenmu menawa dluwang cilik iku tinulis saka tanganmu [PAG: 12-13] maafkan aku apabila kertas itu aku tukar dengan gambarmu, yang terpajang di surat kabar, dicari dan diburu oleh kucing pemangsa, aku tidak bisa lari dan pasrah, akan dijadikan

93 79 rica-rica atau tikus panggang berlumur madu, aku minta kesaksianmu apabila kertas kecil itu ditulis oleh tanganmu 4 Aja kakehen dolan Ing bui cumepak padusan lan padhasan Kandhanana rowangmu Wis rampung nggone dhelikan Sedhela maneh surup enggal magriban Mundhak kacandhak buta kala Kang mentas mider ing candhik ala [PAG:20] jangan terlalu banyak bermain, di bui tersedia pemandian dan tempat wudhu, beri tahutemanmu, waktu bermain sudah selesai, sebentar lagi maghrib, takut terjamah buta kala, yang keluar berkelilingdi kala senja 2. hormat 2 Nalika daktancebake cagaking gendera Numjem jroning dhadha Pucuke nembus akasa ; Iku garising nuswantara mugya jejeg ajeg minangka adeg-adeg nagara [PAG: 60] Gayus Nalika Nancebake Cagak Gendera ketika ku tanam tiyang bendera, tertanamdalam

94 80 dada, ujungnya menembus angkasa, itu merupakan symbol atau lambang nusantara, semoga menjadi tegap dan tetap menjadi kepercayaan negara 3. menghargai waktu 1 Bocah-bocah sing kumpul ing ngarep omah Kelingan dolanan jamane simbah Wah iki nyata ora lumrah Bocah-bocah nggragap grayahgrayah Ngguritake ilange cathetan sejarah [PAG: 41] Jethungan 4. berpikir jauh ke depan anak-anak yang berkumpul di depan rumah, teringat permainan di zaman nenek, wah ini nyata tidak biasa, anak-anak meraba-raba, menuliskan hilangnya catatan sejarah 3 Sesuk-esuk datan tinemu gendera Kumlebet ing akasa Kang manjila kari mulyaning durjana Kekudhungan rojahrajehing gendera [PAG: 61] besok pagi sudah tidak ditemukan lagi bendera, berkibar di angkasa, yang tertinggal hanyalah kemuliaan para durjana, berselimut serpihan bendera Nalika Nancebake Cagak Gendera

95 81 Tabel 6 Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Alam Sekitar No Pesan Budi Pekerti Bait Data Kutipan dan Judul Terjemahan Geguritan 1. Jangan sombong 1 Bisoa rumangsa Kaya suket godhong tipis wulet Sepira dayane aspal, bisa gempal Sepira kuwate gedhong, bisa dhoyong Sepira panase geni, ngobong suket datan mati Sepira landhepe gegaman, mbabat panggah kliwat Suket ati landhep urip mbiyet kongsi donya kiamat [PAG: 78] Suket hendaknya kita dapat meniru sifat rumput meskipun daunnya kecil atau tipis tapi sangat kuat, hidup menggerombolhingga dunia kiamat 2. peduli kesehatan 1 Sumur ing mburi omah Tansah dakpepetri daktimba lan dakresiki Saben dina kanggo adus ngombe lan umbah-umbah Aku emoh yen sumurku dadi reged peteng lan jembreg [PAG: 80] Sumur sumur di belakang rumah, selalu ku rawat,ku timba dan ku

96 82 bersihkan, setiap hari untuk mandi, minum, dan mencuci, aku tidak mau apabila sumurku menjadi kotor, gelap, dan berantakan 2. Relevansi nilai budi pekerti Tabel 7 Relevansi nilai budi pekerti dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Nilai Budi No Keterangan Fakta Pekerti 1. Beriman Beriman adalah ingat, yang berarti selalu ada dalam pikiran, tidak lupa, timbul kembali dalam pikiran, sadar, menaruh perhatian, memikirkan akan, hati-hati, berwawas, mempertimbangkan [memikirkan nasib]. 2. Takwa Takwa berarti terpeliharanya diri untuk tetap taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-nya; keinsafan diri yang diikuti dengan kepatuhan dan ketaatan dl melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-nya; kesalehan hidup. Alqur an memerintahkan umat manusia untuk selalu mengingat Allah setiap saat. Seperti yang dijelaskan dalam surat An Nisa 103, yang artinya Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat[mu], ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Di kehidupan sekarang, kebanyakan dari umat muslim adalah orang-orang yang beriman. Contoh dalam bulan puasa tahun ini, banyak orang yang melaksanakan ibadah puasa dengan baik dan melaksanakan ibadah lainnya seperti tadarus alqur an, dan amalan ibadah lainnya seperti sodaqoh dan zakat. Setelah bulan puasa selesai kemudian disambut dengan hari raya idul fitri atau lebaran yang dimeriahkan dengan melaksanakan halal-bihalah. Hal ini menandakan bahwa masyarakat di zaman

97 83 3 Bersifat Konstruktif Bersikap konstruktif adalah bersikap membangun, dimana memiliki perubahan ke arah yang lebih baik dari waktu ke waktu 4. Mawas Diri Mawas diri adalah waspada terhadap segala sesuatu, berhati-hati 5. Bersemangat Bersemangat adalah melakukan segala sesuatu dengan motivasi dan semangat, tidak mengeluh 6. Gigih Gigih adalah sikap terus berusaha mencapai target, pantang menyerah sekarang ini selalu mengingat akan keberadaan Tuhan dengan cara menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Pada masa sekarang ini, banyak remaja yang berperilaku kurang baik. Bertindak buruk, berbohong, membicarakan orang lain, dan berpacaran mengumbar kemesraan. Dalam Islam perbuatan tersebut sangat dilarang, apalagi dalam melaksanakan puasa. Kegiatan tersebut tidak akan menjadikan pahala baginya, karena yang mereka lakukan ibarat hanya menahan lapar dan haus saja. Dalam majalah Djaka Lodang edisi 9 Juli 2016, dijelaskan mengenai perbuatan yang dapat membatalkan puasa dan puasa yang disempurnakan. Menurut R. Ng. Ranggawarsita di Serat Kalatidha pupuh Sinom bait ke 7 menerangkan bahwa orang beruntung adalah orang yang selalu ingat Tuhan dan Waspada. Agung Pw berumur 49 tahun tidak menyerah dan bersemangat demi mencapai cita-citanya untuk berkuliah, walau dengan keterbatasan ekonomi. Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Jika kita mau berusaha dan berdoa serta pantang menyerah, maka akan tercapailah sebuah keinginan yang besar dan dicita-citakan.

98 84 7. Kukuh Hati Kukuh hati adalah Tidak mudah goyah dalam mengambil keputusan 8. Ulet Ulet adalah berusaha bersungguhsungguh, gigih, tekun, tidak mudah menyerah 9. Bekerja Keras 10. Berani Memikul Resiko 11. Menghargai waktu Bekerja keras adalah Berusaha dengan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu untuk mencapai hasil yang diinginkan Berani memikul resiko adalah berani menanggung segala akibat yang timbul dari tindakan yang dilakukan dan keputusan yang dimbil Berusaha menggunakan waktu sebaik mungkin, dan mendokumentasi- Seperti pengalaman dari Endah Sukatmi, S. Pd, beliau ingin menjadi guru sejak SD. Dan sekarang keinginannya telah tercapai karena kegigihannya. Dwina Desinta Ryzka Rahmawati memiliki hati yang kukuh. Walaupun kedua orang tuanya menginginkan dia untuk menjadi seorang guru olahraga, tapi dia tetap bertekad mencapai citacitanya untuk menjadi seorang polwan. Dewi Raswati adalah siswi SD N Rawaheng yang ulet dalam berlatih nembang, dia menjadi sang juara dalam lomba nembang, lomba gambar, lomba MAPSI, dan lomba Geguritan. Untuk mencapai keinginannya menjadi seorang guru, Endah Sukatmi S.Pd sembari menjadi guru wiyata bakti beliau menempuh pedidikan D2 di IKIP PGRI Semarang tahun Kemudian dilanjut kuliah S1 di Unversitas Terbuka di Purwokerto. Ikhlas jalani pekerjaan saat lebaran, Muyadi [40] terpaksa tidak bisa melaksanakan ibadah shalat Id bersama keluarga maupun rutinitas lainnya. Arsip merupakan sesuatu hal yang harus dilestarikan. Karena dengan adanya arsip, siapapun akan lebih

99 85 kan peristiwaperistiwa kehidupan masa lalu kemudian menerapkan nilainilai yang terkandung dalam peristiwa tersebut pada masa sekarang. 12. Terbuka Terbuka berarti senang hati, lurus hati menjadikan tidak tertutup, mengungkapkan apa yang dirasakan. 13. Pengendalian Diri Pengendalian diri adalah menahan diri dari segala nafsu yang kurang baik 14. Hormat Hormat adalah menaruh hormat, bersikap sopan kepada orang lain menghormati dan menghargai suatu sejarah. Dengan adanya arsip kita dapat mengerti sejarah bangsa dan negara, serta kegiatan-kegiatan lainnya. Dengan mengarsipkan setiap kegiatan sama artinya dengan menghargai waktu yang telah kita lalui. Seperti yang dilakukan Kantor Arsip Daerah Kabupaten Sleman mengadakan lomba narasi arsip foto untuk SMA/SMK sekabupaten Sleman, dengan tujuan menambah ilmu dan wawasan mengenai tulisan dan gambar atau foto yang berhubungan dengan terjadinya suatu sejarah. Dwina Desinta Ryzka Rahmawati siswa SD Negeri 3 Banteran ini adalah siswi pemenang lomba voli tataran kecamatan dan tingkat kabupaten. Kedua orang tuanya menginginkan dia untuk menjadi guru olahraga, akan tetapi dia mengungkapkan keinginannya bahwa dia ingin menjadi polwan. Karena tidak dapat mengendalikan diri dengan baik, sehingga memicu terjadinya tawuran saat melaksanakan takbir keliling. Anak sekolah di zaman sekarang kurang memiliki tatakrama yang baik karena kebiasaan dari kecil. Dengan adanya hal tersebut, guru SD N 1 Cikakak Banyumas menerapkan 3 S

100 Kasih Sayang Kasih sayang adalah mengasihi, merawat, menyayangi orang lain 16. Setia Tidak mudah mengingkari, menjaga ikatan, tidak mudah berpaling. 17. Bijaksana Bijaksana adalah bersikap bijak dalam mengambil keputusan, memberi nasihat, dan mempertimbangkan segalanya 18. Sabar Sabar adalah menahan emosi, sabar dalam menunggu 19. Berpikir Jauh ke Depan Berpikir jauh ke depan adalah memikirkan segala sesuatu yang mungkin terjadi sebelum melakukan suatu hal, dan memikirkan hal-hal yaitu salam, senyum, dan sapa. IPH Jateng memberikan bantuan uang tunai kepada masyarakat Purworejo yang terkena musibah bencana alam, karena merasa prihatin dan bela sungkawa. Dengan adanya arus globalisasi di Indonesia serta kemajuan IPTEK, kebudayaan Indonesia semakin pudar. Akan tetapi di DIY berbeda, di sana lebih melestarikan budaya Jawa contohnya macapat. Macapat di sana sangat senangi sehingga mereka mengadakan PaguyubanMacapat Anggara Kasih Kulonprogo. Bijaksana merupakan watak yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Seperti pemimpin kita,bapak Ahok. Beliau tidak pernah mempersulit bawahannya dalam melaksanakan pekerjaan atau tugasnya. Beliau selalu bersikap bijaksana terhadap bawahannya. Para korban bencana alam banjir dan tanah longsor di Kabupaten Purworejo diajak untuk mengambil hikmah dan bersikap sabar serta berserah diri kepadanya. Untuk mengantisipasi masalah suplai air bersih saat lebaran, Perusahaan Daerah Air Minum [PDAM] Tirta Agung Temanggung menyiapkan tangki air yang siap dioperasikan ke beberapa wilayah. Selain itu

101 Menghargai kesehatan di masa mendatang yang akan dicapai Menjaga kesehatan dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan. juga dilaksanakan pengecekan saluran air yang lebih diintensifkan. Petugas medis siaga penuh 24 jam untuk para pemudik di libur lebaran tahun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Geguritan karya Eko Wahyudi di kelas XII SMA Tabel 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Geguritan karya Eko Wahyudi di kelas XII SMA No Pembelajaran Identifikasi 1. Kompetensi Inti Menghayati dan mengamalkan ajaran agamayang dianutnya. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Mamahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri. 2. Kompetensi Dasar Menerima, mensyukuri, menghayati, dan mengamalkan anugerah Tuhan berupa bahasa Jawa dalam bentuk teks geguritan karya Eko Wahyudi. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, responsif, dan proaktif dalam mengunakan bahasa Jawa melalui teks geguritan karya Eko

102 88 Wahyudi. Menelaah teks geguritan karya Eko Wahyudi. Menulis geguritan dan membacanya. 3. Indikator Menelaah unsur-unsur pembangun teks geguritan karya Eko Wahyudi. Mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam geguritan karya Eko Wahyudi dan relevansinya dengan kondisi masyarakat saat ini. Menulis geguritan Membaca indah geguritan karya sendiri. 4. Tujuan Pembelajaran Menerima, mensyukuri, menghayati, dan mengamalkan anugerah Tuhan berupa bahasa Jawa dalam bentuk teks geguritan karya Eko Wahyudi. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, perduli [gotong royong, kerjasama, toleran, damai], santun, responsif, dan proaktif dalam mengunakan bahasa Jawa melalui teks geguritan karya Eko Wahyudi. Memahami unsur-unsur pembnagun teks geguritan karya Eko Wahyudi. Mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam geguritan karya Eko Wahyudi dan relevansinya dengan kondisi masyarakat saat ini. Menulis geguritan karya Eko Wahyudi dengan tema tertentu. Mampu membaca geguritan karya Eko Wahyudidengan sesuai ketentuan yang benar. 5. Materi Pembelajaran Pengertian geguritan Unsur intrinsik geguritan Ciri-ciri geguritansecara umum Teknik membaca geguritan

103 89 Cara mudah dalam menuli sebuah geguritan Contoh geguritan 6. Metode Pembelajaran Model pembelajarannya menggunakan model pembelajaran CL [cooperatif learning] dengan pendekatan kelompok. Srategi yang digunakan adalah strategi tipe Jigsaw. Metode yang digunakan adalah metode ceramah, diskusi, dantugas. 7. Kegiatan Pembelajaran 1. Pendahuluan Guru memberi salam kepada siswa. Guru mengajak siswa untuk berdoa. Guru mengecek kehadiran siswa. Guru memberikan motivasi kepada siswa 2. Inti Mengamati a. Peserta didik mendengarkan penjelasan dari guru mengenai materi geguritan. b. Mendengarkan pembacaan geguritan dari teman. Menanya Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang geguritan, baik bertanya kepada guru maupun kepada teman yang laindengan tutur kata yang santun. Mengumpulkan data a. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk membuat kelompok yang terdiri dari 5-6 orang. b. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik secara berkelompok untuk mencari makna, unsur intrinsik. Mengasosiasi Peserta didik mencatat hasil

104 90 diskusi dan membuat laporan hasil diskusi untuk dipresentasikan. Mengkomunikasikan a. Peserta didik mencatat/ menyempurnakan hasil diskusinya b. Peserta didik membuat laporan hasil dikusi untuk dikumpulkan. 3. Penutup Peserta didik dan guru menyimpulkan materi yang diajarkan tentang teks geguritan berdasarkan struktur dan kaidah. Menyampaikan informasi tentang materi yang akan dibahas minggu depan. Peserta didik diberi tugas di rumah sebagai pendalaman. Guru mengakhiri pelajaran doa dengan salam. 8. Penilaian Penilaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran sastra dapat dilakukan sebagai berikut: Teknik penilaian : tes Bentuk tes : tes esai Soal : a. Memahami unsur-unsur yang membangun geguritan karya Eko Wahyudi b. Memproduksi geguritan 9. Sumber dan Media Pembelajaran a. Audiovisual berbasis komputer [laptop dan LCD] b. Buku antologi geguritan karya Eko Wahyudi c. Buku LKS SMA kelas XII d. Kamus Bahasa Jawa

105 91 B. Pembahasan Data Penelitian Pembahasan data meliputi nilai budi pekerti dan relevansinya pada kehidupan sekarang dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi. 1. Nilai Budi Pekerti yang terkandung dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi. Hasil penelitian dengan judul Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi adalah sebagai berikut: a] Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan yang meliputi: beriman, takwa dan pengabdian. b] Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri meliputi: menghargai waktu, terbuka berfikir matang, adil, pengendalian diri, bersemangat, berkemauan keras, gigih, pengabdian, hormat, kasih sayang, berani memikul resiko, setia, bersikap konstruktif, kukuh hati, bijaksana, mawas diri, percaya diri, sabar dan ulet. c] Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga meliputi: rasa kasih sayang, hormat, rela berkorban, tenggang rasa, berpikir jauh ke depan, terbuka, menghargai waktu dan setia. d] Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa meliputi: berkemauan keras, tegas, adil, hormat, menghargai waktu, rela berkorban, dan berpikir jauh ke depan. e] Sikap dan perilaku hubungannya dengan alam sekitar meliputi: berpikir jauh ke depan, pengabdian, bekerja keras, dan menghargai kesehatan.

106 92 a. Nilai Budi Pekerti Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya dengan Tuhan 1] Ingat kepada Tuhan Saka kekesing angin ketiga lan gumrojoge udan salah mangsa Bisa dak krungu wisikmu manjing jroning nala Tumangkar ngrembaka dadi krodha Njugarake impen puspa tajem lan panjangka [PAG: 4] Terjemahan: dari dinginnya angin musim kemarau dan hujan yang turun tidak dimusimnya, aku bisa mendengar bisik-mu masuk dalam hati, yang menumbuhkan kekuatan dan membangunkan ku dari mimpi dan angan-angana Dari kutipan di atas, dapat dijelaskan bahwa penulis dapat merasakan dinginnya angin pada musim kemarau dan penghujan yang tidak dapat diduga-duga. Hal tersebut dikarenakan adanya perputaran musim yang tidak sesuai. Impian yang telah dirancang dengan matang pun hancur seketika. Dari sini peneliti dapat merasakan dalam hati akan adanya Tuhandengan segala kuasa-nya, yang dapat merubah rencana manusia sesuai dengan kehendak-nya. Untuk itu sebagai manusia kita harus meyakini segala kehendak Tuhan, adalah yang terbaik bagi kita. Gusti dak krungu dhawuh sucimu Daksebut asmamu Daksikep raket welas lan asihmu Gusti kula rukuk Kula tundhuk Dakgayuh rahmad lan barokah-mu antuk Menebake tindak lan tanduk

107 93 Gusti kula sujud Daksuntak banyuning waspa Daksuwun welas lan pangapura Dakpasrahake jiwa lan raga Tumeka oncating nyawa [PAG: 39] Terjemahan: Tuhan ku mendengar Perintah-Mu ibadah, ku memeluk kebesaran dan kasih saying-mu, aku bersujud kepada-mu shalat, untuk mendapatkan rahmat-mu, ku teteskan air mata untuk meminta ampunan-mu, ku pasrahkan jiwa ragaku sampai nyawa ini berpisah dari raganya, Dari kutipan di atas, dapat dijelaskan bahwa penulis sebagai hamba Tuhan selalu setia dan mengingat-nya. Dia selalu mendengar perintah-nya, menyebut namanya, mendekap peluk dan kasihnya, senantiasa berlutut dan tunduk untuk mencapai rahmat dan barokah-nya. Dia bersujud dengan meneteskan air mata untuk meminta belas kasih dan maaf-nya, sehingga dia menyerahkan jiwa dan raganya sampai kematian menjemput. Insan yang beriman adalah insan yang selalu mengingat dan tunduk kepada Tuhan, sebagai bentuk perwujudan kehambaannya. Menyadari atas segala dosa dan kekhilafan yang telah dilakukan, dengan memohon ampun, belas kasih dan rahmatnya. Lanthing, Ginantha ginawe saka tela pohung Linambaran ati tansah tumangklung Mring Gusti Kang Maha Agung [PAG: 56]

108 94 Terjemahan: Lanthing Dibuat dari bahan ketela pohon Disertai dengan hati yang selalu tunduk Kepada Tuhan Yang Maha Agung Dari kutipan di atas dapat dijelaskan, bahwa bahan pembuatlanthingadalah ketela pohon, yang dibentuk sesuai dengan keinginan pembuatnya. Sama halnya manusia telah ada, karena kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Untuk itu, sebagai manusia dan insan yang baik, hendaknya memiliki hati yang tunduk kepada pembuatnya, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa.dari dinginnya angin musim kemarau dan hujan yang turun tidak dimusimnya, aku bisa mendengar bisik-mu masuk dalam hati, yang menumbuhkan kekuatan dan membangunkan ku dari mimpi dan angan-angan Kasetyan suwitane Mim_Mu Takzim tinulad para watu maewu Tumeka ngendi wae sela tansah prasaja Ngili ngenut pituduh kang Maha Karsa [PAG: 72] Terjemahan: Kesetiaan Mim-Mu mengabdi Takzim menularkan semua ilmu kepada masyarakat Sampai manapun akan selalu baik Pergi dengan petunjuk Yang Maha perkasa Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa, kesetiaan-mu mengabdikan diri kepada umat dan hamba-mu, sehingga para umat dan hamba-mu akan selalu berperilaku baik dengan petunjuk-mu.

109 95 Layaknya seorang pemuka agama yang mengabdikan dan menularkan ilmunya kepada masyarakat. Pemuka agama tersebut membawa kebaikan dan kebenaran, sesuai dengan petunjuk Yang Maha Perkasa [Kuat]. 2] Takwa Lanthing, Ginantha ginawe kinanthi adus banyu riwe Riwe kawula kebak pangawe-awe Muga katrima lelakuning urip mring Gustine [PAG: 56] Terjemahan: Lanthing Dibuat dengan cucuran keringat Dan disertai keringat dengan penuh pengharapan Semoga diterima sebagai alur kehidupan oleh Tuhan Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa, lanthing dibuat dengan cucuran keringat yang penuh pengharapan. Dari cucuran keringat atau usaha tersebut diharapkan diridoi dan diterima oleh Tuhan. Kehidupan diibaratkan seperti lanthing yang dibuat dengan kerja keras untuk mendapat hasil maksimal. kerja keras yang dilakukan oleh manusia dengan tujuan mengharap ridho-nya, akan diterima dalam kehidupan sesuai apa yang diinginkan. 3] Pengabdian Lanthing Tetepa dadi boga pengaji Najan samengko wis nora wigati Kagiles katlindhih keplasing rondha kentucky [PAG: 57]

110 96 Terjemahan: Lanthing Tetaplah menjadi pangan yang berarti Meskipun sudah tidak diperhatikan Karena sudah dibuat kentucky Kutipan di atas menjelaskanbahwa lanthing akan selalu hidup dan berarti meski telah digantikan oleh makanan yang lebih modern, seperti kentucky.lanthing merupakan cerminan budaya makanan masyarakat Jawa di masa lalu dan akan tetap lestari di masa mendatang. b. Nilai Budi Pekerti Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya dengan Diri Sendiri 1] Menghargai Waktu Anak-anakku, Dina iki dina kang dianti-anti Kanggo mujudake racikan ing ukara dadi sesanti Digurit diukir ing watu prasasti Terjemahan: anak-anakku, hari ini adalah hari yang ditunggu, untuk mewujudkan keinginan, ditulis dan diukir pada batu prasasti Kutipan diatas menjelaskan tentang seorang guru yang mengingatkan muridnya, mengenai hari yang telah ditunggu. Untuk mewujudkan sebuah mimpi di masa mendatang yang telah diukir dalam sebuah angan-angan.

111 97 Maksudnya bahwa sebuah penantian yang telah ditunggu, kini telah tiba. Hendaknya manusia bersegerasalah mewujudkan mimpi yang telah lama diangan-angankan. Aku amung mesem ngguyu Nembangake tangis nora kuwagang Nggondheli pamberote jaman lan wektu Ngrerojeh sejarah lan silsilah anak putu [PAG: 93] Terjemahan: Aku hanya tersenyum, menyanyi dalam tangisan, tidak kuasa menahan berlalunya jaman yang menghancurkan sejarah dan keturunan Kutipan di atas menjelaskan tentang penyesalan yang didera dimasa sekarang akibat perputaran zaman. Seiring berjalannya waktu, semua kenangan dan kehidupan berubah secara perlahan, hingga tak ada yang dapat dilakukan untuk mengubahnya kembali seperti semula. Kutipan tersebut mengajarkan agar manusia lebih bisa menghargai dan mempergunakan waktu semaksimal dan seefisien mungkin agar tidak ada penyesalan dikemudian hari. 2] Terbuka Ibu, dina iki aku kepengin blaka Sadawane dalan saka wetan poncot kulon Aku tansah nemahi sesinglon Sadawane lor tumeka kidul Gegayuhanku durung paja-paja gutul [PAG: 6] Terjemahan: Ibu, hari ini aku ingin bercerita Sepanjang jalan dari timur sampai barat Aku menemukan masalah, sepanjang utara sampai selatan

112 98 Perjalananku belum juga sampai Kutipan di atas menjelaskan tentang keterbukaan seorang anak terhadap ibunya. Dia bercerita bahwa disepanjang jalan yang dia tempuh, banyak menemukan masalah sehingga mengakibatkan perjalanan yang dilalui belum juga sampai. Sebagai seorang anak hendaknya dapat terbuka kepada keluarganya terutama ibunya, karena dengan keterbukaan semua masalah dan hal-hal yang terjadi akan lebih jelas duduk perkaranya. Selain itu, dengan terbuka juga dapat menghindarkan dari perselisihan pendapat, sehingga dapat terhindar pula dari pertengkaran maupun hal-hal yang bertentangan. 3] Berpikir Matang Saka gedhene cangkir bisa daktaker Sepira isen-iseningpikir Saka gedhene porong Bisa daketung sakehing usada Kang diiling ing raga-raga ngorong [PAG: 10] Terjemahan: Dari besarnya cangkir dapat kuukur Seberapa banyak isinya Dari besarnya porong Dapat kuhitung banyaknya usaha Yang dituang pada cangkir tersebut Kutipan di atas menjelaskan bahwa sebuah cangkir yang besar dapat diukur sebarapa banyak isinya, banyaknya isi porong, dapat dihitung besar usahanya dalam mengisi cangkir tersebut. Pemikiran yang didasari dengan berbagai pertimbangan, dapat

113 99 memperkecil kemungkinan kesalahan dalam mengambil keputusan. Aku kesel, Wektu ngaso amung dioso-oso Cepet-cepet milih panguwasa dhoso Kopi ing cangkir isih separo Mikiri kanthi lelimbangan kang jero [PAG: 103] Terjemahan: aku capek, waktu istirahatku selalu diburu-buru, cepatcepat memilih penguasa, kopi di cangkir masih setengah, memikirkan dengan penuh pertimbangan Kutipan tersebut menjelaskan mengenai seseorang yang merasa lelah karena tidak menggunakan waktu istirahatnya dengan baik. Secara tergesa-gesa dia menyelesaikan setengah dari permasalahannya, yang diibaratkan dengan kopi di cangkir yang masih setengah. Keputusan yang diambil dengan tergesa-gesa tan pa melalui pertimbangan dan pemikiran yang matanga adalah keputusan yang salah. Manusia dianugerahi akal untuk berpikir, hendaknya mempergunakan akal tersebut untuk memikirkan hal-hal positif dalam kehidupan agar dapat terus berjalan kepada kebenaran. 4] Adil Sapa dolanan bedhil kang pinercaya njejegake adil Sapa dolanan ati soroh nyawa kumawani Meja mupakat dijingkat dioncat [PAG: 14] Terjemahan: Siapapun yang bermain tembak dengan kepercayaan akan menegakkan keadilan penuh

114 100 Siapa yang bermain hati dengan kesombongan Meja pengadilanlah yang akan digunakan Kutipan tersebut menjelaskan bahwa orang yang bermain tembak dengan penuh kepercayaan maka akan menegakkan keadilan. Orang yang berhati sombong, maka orang tersebut tidak dapat berbuat keadilan. Kalimat di atas menjelaskan bahwa orang yang dalam menjalani kehidupannya dengan percaya diri, maka dia dapat bersikap adil terhadap segalanya. Akan tetapi jika seseorang menjalani kehidupan dengan kesombongan, sudah tentu dia tidak bersikap adil karena dia merasa bahwa hanya dirinyalah yang pantas tanpa menghiraukan yang lain. Bersikap percaya diri atau sombong nantinya akan tetap diadili dan akanada pertanggungjawaban atas segala perbuatan yang telah dilakukan. 5] Pengendalian Diri Aja disigeg nuruti weteng datan due wareg Aja diuja pamukane dhalang tanpa wayang Aja diumbar cethik genine makelar Aja digugu ati panas hawa nepsune [PAG: 14-15] Terjemahan: jangan menuruti nafsu yang tidak pernah puas, jangan mengagung-agungkan dhalang tanpa wayang, jangan melibatkan dirimu dengan makelar, jangan menuruti hawa nafsu Kutipan tersebut menjelaskan bahwa manusia hendaknya dapat menahan segala amarah, emosi, keinginan atau nafsu sesaatnya, dan tidak terpengaruh perkataan orang lain yang belum

115 101 tentu kebenarannya. Di samping dapat menjerumuskan,hal-hal tersebut dapat menimbulkan penyesalan di kemudian hari. Untuk itu manusia yang dikaruniai hati dan pikiran hendaknya dapat menggunakan dengan sebaik-baiknya, seperti untuk memilih mana hal baik dan mana hal buruk sehingga manusia dapat mengendalikan dirinya agar tidak terjebak dalam perbuatan yang kurang terpuji. Aja rumangsa bisa Kulit babak ati ladak Balung ringkih cethak getih Tumpes pisan datan bisa pulih Janma limpad kebak kliwat [PAG: 78] Terjemahan: Jangan merasa bisa Dengan bertindak kejam Tenaganya sangat lemah Mati dan tidak dapat tumbuh Namun pandai Kutipan tersebut melarang manusia untuk menyombongkan diri di tengah banyak kekurangannya. Untuk suatu kelebihan, manusia dapat merasakan dan membanggakannya. Namun untuk kekurangan mereka sendiri, manusia tidak dapat merasakannya karena kurang introspeksi diri. Perlu diketahui bahwa antara kelebihan dan kekurangan, manusia memiliki kekurangan lebih banyak daripada kelebihannya, hanya saja sedikit kelebihan yang dimiliki lebih bernilai sehingga

116 102 banyak yang menyombongkannya. Untuk itu, hendaklah manusia tidak bersikap sombong dan terus melakukan introspeksi diri. 6] Bersemangat Ing nalar kang winates Mesthi bae mokal tinemu ubaling geni Kanggo ngobarake hawa lan siyaga Terjemahan: Di pikiran yang terbatas Pasti akan selalu menemukan masalah Untuk menyulut semangat dan meningkatkan kewaspadaan Kutipan tersebut menjelaskan bahwa dalam kehidupan pasti akan menemukan sebuah masalah, meski pemikiran manusia terbatas. Tuhan menguatkan manusia, kembali mengobarkan semangat, dan meningkatkan kewaspadaan melalui masalah. Jangan hanya karena suatu masalah, manusia kemudian mengeluh dan berputus asa, karena Allah telah menjanjikan kemudahan setelah datangnya masalah. Telah dituliskan dalam Al-Qur an Surah Al- Ashr ayat 5 yang berbunyi Artinya: Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sempritan wus gandhang nggone njerit Nguntabake budhaling kreta logawa Tumuju pesthining rasa lega lan lila Ing bang wetan kana bakal dakgayuh pletheking bagaskara [PAG: 76]

117 103 Terjemahan: peluit telah berbunyi nyaring, menandakan pemberangkatan kereta logawa, menuju akhirdari rasa lega dan ikhlas, di sebelah timur sana akan ku sambut terbitnya mentari Kutipan tersebut menjelaskan mengenai sebuah bunyi peluit yang memberi tanda akan berakhirnya sebuah masalah. Menuju akhir dari rasa lega dan ikhlas, dimana telah ditunggu terbitnya mentari yang membawa sebuah kebahagiaan. Kalimat di atas menjelaskan tentang kemantapan hati seseorang dalam mencapai tujuannya. Untuk mencapai apa yang dicita-citakan diperlukan semangat yang berkobar, karena tanpa semangat seseorang akan menjalaninya dengan kepasrahan dan seenaknya sendiri sehingga tidak jarang orang-orang mengalami kegagalan karena kurang bersemangat. Udan iku tangise kawula Sing dikumpulake ing ketiga atine Disumpah dadi mendhung nasib Tinibakake deres, Deres gemrojog kaya banjir kringete Nalika nggota mesthekake urip lan patine Terjemahan: hujan itu tangisnya rakyat, yang telah dikumpulkan dikemarau hatinya, dirubah menjadi mendung, kemudian jatuh dengan derasnya, deras seperti cucuran keringat Kutipan tersebut menjelaskan turunnya hujan yang menandakan kessedihan hati seseorang, kemudian menjadi nasib buruk beriringan dengan turunnya deras hujan. Hujan yang turun

118 104 bagai keringat yang bercucuran ketika bekerja guna menentukan hidup dan mati. Jika hidup hanya dijalani dengan keluh kesah, maka seumur hidup akan terasa suram. Kerasnya hidup harus dilawan dengan semangat dan kerja keras. Manusia dapat memilih antara hidup dan matinya dengan semangat dan kerja keras. Hidup terasa sulit jika semangat dan keras berkurang. Manusia yang bersemangat dan terus bekerja, akan dapat menghidupkan hidupnya. 7] Gigih Bantala rengka ilang sambat ngelaking raga Oyot-oyot lan wit-witan bakuh kukuh Ngadeg pidegsa Pang sawu cawang ngranggeh-ngranggeh nugraha Mring Gusti Maha Kuwasa Lamun dina iki akeh sing murca Klawan dununge jalma nepsu angkara Titimangsa bakal jumedhul Kawah-kawah wujud tutuking manungsa Kebak pisambat ngaruara [PAG: 21-22] Terjemahan: Tanah retak hilang keluh kesah Akar dan pepohonan kuat Berdiri kokoh Cabang-cabang berusaha meraih kemuliaan Dari Tuhan Yang Maha Esa Meski hari ini banyak yang tidak sadarkan diri Juga adanya nafsu angkara Akan muncul pada waktunya Kawah-kawah berwujud mulut manusia Penuh dengan keluh kesah Kutipan tersebut menjelaskan bahwa tanah yang retak akan memupuk tanaman di sekitarnya, sehingga akar dan pepohonan

119 105 berdiri dengan kuat dan kokoh. Cabang-cabangnya melambai guna meraih kemuliaan dari Tuhan Yang Maha Esa. Walaupun banyak manusia yang tidak sadarkan diri, dengan nafsunya. Maka pada waktunya akan muncul masalah yang nantinya akan menjadi keluh kesah manusia. Sama halnya dalam kehidupan, pasti ada penderitaan yang kuatlah yang akan bertahan dan hidup. Hingga pada waktunya akan muncul keburukan yang berwujud keluhan-keluhan manusia yang lemah dan rapuh karena tak mampu melalui kehidupan. Masih banyak yang belum sadar bahwa sesuatu yang kuat pun membutuhkan sesuatu yang kecil untuk melengkapi dan meraih kemuliaan. Untuk itu teruslah berusaha bertindak meski tindakantindakan kecil untuk bertahan dan hidup, daripada hanya mengeluhkan maslah yang sebenarnya hanya itu-itu saja. 8] Pengabdian Ibu, Wes sue bathuk iki ilang pupuk puyange Wessue anakmu puput pusere Wes sue tangan lan sikilku midak ayang-ayangane Aja kuwatir ibu Anakmu wis apal lan lumer kepriye carane ceceker Aku datan lali Wiwit cilik ibu sing nuturi [PAG: 27] Terjemahan: Ibu, anakmu sudah dewasa, aku tidak akan lupa, nasihat yang ibu berikansejak kecil

120 106 Kutipan di atas menjelaskan tentang pengabdian seorang ibu dalam mendidik dan membesarkan anaknya hingga besar. Ibu terus menasihati agar anaknya tumbuh dalam kebaikan. Dalam mengurus anak, jasa ibulah yang paling besar. Pengabdiannya tidak ternilai. Untuk menghargai pengabdiannya, sebagai anak hendaknya mentaati perintah orang tua, bersikap baik kepada orang tua, serta tidak menyakiti perasaannya. 9] Kasih Sayang Bapa coba pirsani ibu wes lara Kentekan pengarep-arep bandha lan donya Jalma manungsa titah sawantah Sadrema anglakoni Sugih mbrewu tan ginawa mati Becik bali ing dalane Gusti Nyuwun pituduh lan pangapura Apuranta Anakmu kumawani anuturi [PAG: 29-30] Terjemahan: bapak lihatlah ibu yang sedang sakit, sudah tidak ada harapan untuk hidup, manusia diciptakan untuk me-nuruti perintah, hanya sekedar menjalani, ke-kayaan itu tidak dibawa mati, lebih baik kembali ke jalan Tuhan, meminta petunjuk dan ampunan, maafkan, anakmu yang berani menasehati Kutipan tersebut menjelaskan tentang seorang anak yang menyuruh ayahnya untuk melihat ibu [istri] yang sedang sakit, dan kehilangan harapan, serta harta bendanya untuk berobat demi kesembuhannya. Anak tersebut juga mengingatkan kepada ayahnya bahwa manusia diciptakan untuk menuruti perintahnya,

121 107 karena kekayaan tidak akan dibawa mati. Kemudian dia meminta maaf karena telah berani menasehati orang tuanya. Kalimat tersebut menunjukkan rasa kasih sayang seorang anak kepada kedua orang tuanya. Ia menasihati sang ayah yang melakukan kesalahan. Ia menyarankan kepada sang ayah untuk kembali ke jalan Tuhan karena ia tak menginginkan ayahnya terjerumus ke dalam hal yang buruk. 10] Berani Memikul Resiko Jagal tumrap Abilawa amung sesinglon Netepi sabda pangandika watak satriya garising lakon Kalah adon botoh lawan kurawa Rolas taun manekung jroning alas gung liwang-liwung Setaun lelaku samar aywa kongsi jenar Pacoban yuda ngasah landhep pancanaka Tinaceb wani ing jaja Rajamala Nyebar pepati bedhah Trigatra Ndunungake lan ndenangake jati dhiri Pandhawa Kurawa datan trima kalah andon yuda Laku licik julig wenang kuwasa [PAG: 62] Terjemahan: jagal abilawa itu hanya samara untuk menepati jiwa kesatriya, karena kekalahan bermain dadu dengan kurawa, sehingga harus hidup di hutan selama 12 tahun, selama setahun melakukan penyamaran berlatih perang, mengasah kekuatan melawan raja mala, untuk mendapatkan kembali jati diri Pandawa Kutipan tersebut menjelaskan Jagal merupakan samaran dari sebuah Abilawa, yang memiliki watak satriya. Dia kalah setelah melawan Kurawa yang selama dua belas tahun telah berada di hutan. Satu tahun menyamar sebagai aywa ongsi jenar, sebagai cobaan untuk mengasah tajamnya pancaka karena dijajah penyakit

122 108 yang mematikan. Pandhawa menenangkan diri, akan tetapi Kurawa tidak menerimanya kemudian melakukan kelicikan demi sebuah kekusaan. Kalimat di atas menjelaskan tentang tanggung jawab seseorang dalam memangku suatu jabatan. Semakin tinggi derajat jabatannya, semakin tinggi pula resiko dan tanggung jawab yang diemban. Manusia hendaknya memiliki sifat berani menanggung resiko, terutama atas apa yang telah ia lakukan. Kanggomu ora usah tumindhak apa-apa Dadi sing wis ana aku wae sing lara Sing durung kareben digawa mega lan mendhung Supaya dina-dina ora tansah tumlawung [PAG: 85] Terjemahan: Untukmu tidak usah bertindak apapun Yang sudah ada biarkan aku yang menanggungnya Yang belum terjadi biarlah dibawa awan dan mendung Supaya hari-harimu tidak terasa sepi Kutipan tersebut menjelaskan bahwa seseorang yang siap menanggung resiko karena perbuatannya. Dia menyuruh kekasihnya untuk tidak melakukan tindakan apapun, dan membiarkan segala sesuatu yang telah terjadi. Sesuatu yang buruk akan terbawa oleh awan dan mendung, sehingga hari-harimu tidak akan merasa sepi. Hal di atas menjelaskan tentang pengorbanan seorang kekasih yang bersedia menanggung resiko dari peristiwa yang

123 109 sudah terjadi. Ia melakukannya karena besarnya rasa kasih sayang terhadap kekasihnya. 11] Setia Aja salah sujana Ati iki wis duweke priya liya Pancene aku luwih lega Sejatine mung kedlarung nancebake winih tresna Nalika iku aku uga ora suwala Dikaya ngapa dheweke wis aweh usaha [PAG: 51] Terjemahan: Jangan salah paham, Hati ini sudah menjadi milik laki-laki lain Memang aku lebih lega Sesungguhnya hanya terlanjur sayang Saat itu aku tidak menyangkal Bagaimanapun dia sudah berusaha Kutipan tersebut menjelaskan tentang kesetiaan seseorang terhadap kekasihnya, meski kekasihnya tidak berada di sampingnya, juga tidak seperti yang ia harapkan. Ia menjaga diri dan martabatnya dari jamahan laki-laki lain, bahkan juga dari mantan kekasih yang sangat ia sayangi dulu. Kalimat di atas menjelaskan agar manusia tidak salah paham, jika belum mengetahui kebenarannya. Selain itu, kita harus menjadi seseorang yang setia dan jujur dalam sebuah kebenaran. Aku tansah setya Nadyan kang cetha Sliramu uler gatel Nggawa memala [PAG: 54] Terjemahan: Aku selalu setia

124 110 Walaupun sudah jelas Bahwa dirimuseperti ulat Pembuat masalah Kutipan tersebut menunjukkan kesetiaan terhadap pria yang disayangi, meski sebenarnya dia telah mengetahui bahwa pria tersebut bukanlah pria baik-baik. Akan tetapi, wanita jika sudah terlanjur sayang, maka ia akan setia kepada pria yang ia sayangi apapun yang terjadi. 12] Bersikap Konstruktif Owah gingsire jaman Njalari owah gingsire gaman Njagal mono pakarti nyembeleh lan ngupakara kewan Samengko dadi ora aneh yen kang dijagal rupa pepadha Ujarembuang tilas laku wengis ati panas Rebut kuwasa, ngumbar nepsu, datan tidha-tidha [PAG: 62] Terjemahan: perubahan zaman, memicu perubahan senjata, njagal hanya-lah pekerjaan me-nyembelih dan me-melihara hewan, yang nantinya akan terbiasa jika yang dijagal ada-lah sesamanya, kata-nya membuang bekas dari tingkah laku buruk dan hati yang bengis, memperebut-kan kekuasaan, meng-umbar nafsu dengan terang-terangan Kutipan tersebut menjelaskan bahwa perubahan zaman akan memicu perubahan senjata. Pekerjaan sebagai penyembelih hewan merupakan pekerjaan yang susah. Untuk menghilangkan bekas tingkah laku buruk dan hati yang panas, demi memperebutkan kekuasaan, mengumbar nafsu dan tidak berhatihati.

125 111 Seiring dengan berubahnya zaman, kehidupan juga akan berubah. Terkadang perubahan itu bersifat negatif, sehingga diharapkan masyarakat dapat berubah ke arah yang lebih baik, bukan sebaliknya. Masyarakat diharapkan dapat meninggalkan tingkah laku buruknya di masa lalu, seperti saling memperebutkan kekuasaan, mengmbar nafsu, dan tidak berhati-hati dalam bertindak. Tata aksara iki kumawani ngeja Trapsiling titah kawula lan narapraja Ngasah landhep kethuling rasa Suwe sumimpen binungkus samudana [PAG: 66] Terjemahan: rangkaian huruf ini seperti menggambarkan tingkah laku rakyat dan pemimpin Negara [pejabat] mengasah tajam dan tumpulnya rasa yang lama kusimpan Kutipan tersebut menggambarkan mengenai masyarakat dan para prajurit yang terus berlatih dan mengasah ketajaman hati. Karena ketajaman hati tersebut tersimpan dalam dan diselimuti oleh perbuatan-perbuatan buruk manusia, sehingga harus terus dilatih. Ketajaman hati diperlukan agar manusia tidak terjerumus dalam perbuatan buruk. 13] Kukuh Hati Lonceng kang nyuwara gumontang Ngabarake wengising palagan Aku tetep puguh netepi kekarepan Senajan rasa pangrasa sineling jerit pangigit-igit Ngreridhu lumantar wisik turu ngaliyep sadawane laku [PAG: 76]

126 112 Terjemahan: lonceng yang berbunyi nyaring, memberikan kabar seramnya peperangan, aku tetep kukuh dengan kemauanku, meski perasaan terus menjerit, merindukan dalam mimpi Kutipan tersebut menjelaskan bahwa lonceng yang berbunyi nyaring, berarti memberikan kabar akan seramnya peperangan. Namun penulis tetap kukuh dengan kemauannya, walaupun perasaan terus menjerit. Dia tertidur sepanjang perjalanan karena hembusan angin. Maksudnya adalah kemauan keras seseorang untuk pergi dari daerahnya. Meski niat tersebut sempat goyah, namun ia tetap bertekad untuk pergi. Pergi meninggalkan daerahnya untuk sementara waktu, kemudian kembali lagi untuk menemui orang yang ia sayang. 14] Bijaksana Sinaua marang kasetyanne Bagaskara lan wulan Kartika lan gegana Bumi lan samodra Wengi lan rina Sapa wani ndhadha Jroning ati kebak rumangsa [PAG: 78-79] Terjemahan: Belajarlah pada kesetiaannya Matahari dan bulan Bintang dan mendung Bumi dan samudra Malam dan siang Siapa berani merasakan Dalam hati yang penuh dengan perasaan

127 113 Kutipan tersebut menjelaskan bahwa kita harus belajar kesetiaan dari matahari dan bulan, bintang dan mendung, bumi dan samudra, serta malam dan siang. Siapaun berani merasakan kesetiaan dalam hati dengan penuh perasaan. Artinya mengenai petuah yang mengajarkan bahwa manusia hendaklah meniru kesetiaan dari berbagai makhluk dan isi bumi. Petuah tersebut juga menjelaskan mengenai sifat berani merasakan dan melakukan, sehingga dapat mengerti dan mengambil hikmah dari segala peristiwa. 15] Mawas Diri Sumur ing mburi omah dakungak banyune sawayahwayah Dakpesthekake isih tinemu wewayangku Kambang kampul-kampul ing njeron banyu ; meneng mesem nuli ngguyu Dakbalangake krikil panggah meneng mesem lan ngguyu [PAG: 80] Terjemahan: Sumur di belakang rumah ku lihat airnya setiap saat Ku pastikan masih temukan bayanganku Yang terapung dalam air : diam tersenyum kemudian tertawa Ku lemparkan kerikil dan tetap tersenyum kemudian tertawa Kutipan di atas menunjukkan mengenai sumur yang di belakang rumah selalu dijaga dan dirawat. Beningnya air dapat dilihat dengan penuh senyuman. Kewaspadaan diri terhadap jati diri seseorang. Ia selalu bercermin apakah ia masih menemukan dirinya di dalam tubuhnya.

128 114 Kemudian terus berusaha dan tetap waspada akan semua hal yang sewaktu-waktu dapat mengubah segala hal. 16] Percaya Diri Wengi sepisan mangsa ketiga Aku wus gawe putusan Bakal milih laku mecaki dalan sidhatan Krana tilas tapakmu wus ora bisa tinemu Kanggo nututi bantere playumu [PAG: 96] Terjemahan: Malam pertama di musimkemarau Aku sudah membuat keputusan Akan melewati jalan pintas Karena jejak langkahmu sudah tidak bisa ditemukan Untuk mengejarmu Kutipan tersebut menjelaskan bahwa saat malam pertama di musim kemarau, penulis telah membuat keputusan. Dia akan melewati jalan pintas karena sudah tidak menemukan jejak kai yang harus dia ikuti. Kalimat tersebut menunjukkan bahwa segala keputusan yang diambil harus dengan rasa percaya diri. Karena jika mengambil keputusan dengan ragu-ragu, hasilnya akan tidak maksimal. Jika mengambil keputusan dengan percaya diri, maka akan otomatis dapat menjalani dengan senang hati dan penuh kemantapan. 17] Sabar Nanging, Amung kepengin mbusek dlemokan ireng kang kebacut njanges kesuwen nora enggal nemu piwales. Ooo, rasa

129 115 kang ngganjel iki dadi tansaya kandel, kapan nggon-mu munggel? [PAG: 101] Terjemahan: Namun Hanya ingin menghapus noda hitam yang terlanjur lama tidak cepat menemukan balasan. Ooo, rasa yang mengganjal ini menjadi bertambah banyak, kapan Tuhan akan mengakhiri? Kutipan di atas menjelaskan mengenai keinginan seseorang untuk beranjak dari kesalahan masa lalunya. Ia terus bersabar menanti jawaban, akan tetapi tak kunjung datang. Hingga semakin lama rasa bersalahnya semakin menjadi dan ia tak kuat lagi. Lalu ia mengharap Tuhan agar segera mengakhiri deritanya. 18] Ulet Mbujung playune layangan pedhot Adoh, Tumiba ing dawane panyawang Pupus, Kekarepan kagawa angin kumleyang Sikil iki kumudu mandheg Ing sapinggire jurang Srengenge gumlewang Ndeseg tekane candhik ala ing sisih kulon Aku nembe manteb yen urip iki mung sesinglon Mecaki dawane dina Nambahi ati nelangsa Ing pandulu anane mung remeng-remeng Tansaya suwe tansaya peteng [PAG: 107] Terjemahan: seperti mengejar laying-layang, terjatuh di keja-uhan pandangan, pu-pus, keinginan terba-wa angin melayang, kaki ini harus ber-henti, di tepi jurang, matahari tenggelam, memicu datangnya senja di sebelah barat, aku baru percaya bah-wa hidup itu hanya sesaat, melewati pan-jangnya hari,

130 116 mem-buat hati semakin sengsara, di pengli-hatan yang ada hanya-lah keremangan, se-makin lama semakin gelap Kutipan di atas menjelaskan tentang layang-layang yang terputus dan terbang jauh tidak terlihat. Penulis memiliki keinginan untuk mengejarnya, namun terhenti di tepi jurang. Saat matahari tenggelam di sebelah barat, dengan adanya hal tersebut penulis percaya bahwa hidup hanya sesaat. Pandanganpun menjadi tidak jelas karena hari yang semakin gelap. Paragraf di atas menjelaskan mengenai keuletan seseorang untuk mencapai tujuannya. Meski terlihat jauh dan berat, dia terus berusaha,karena hidup hanya sesaat.manusia berusaha dan giat dalam bekerja agar mampu mencapai tujuan sebelum ajal menjemput. c. Nilai Budi Pekerti Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya dengan Keluarga 1] Rasa Kasih Sayang Anak-anakku, Kowe rak ya ngerti Menawa wong tuamu datan maelu Direwangi adus luh lan kringet kanggo mbasuh greget Nungsang njempalik kanggo melik gegayuhan mukti Rina wengi tanpa kendhat sesambat marang Gusti [PAG: 1-2] Terjemahan: Anak-anakku Kalian pun tahu Bahwa orang tuamu tidak kamu perhatikan Dibantu dengan mandi keringat dan bekerja keras Jungkir balik untuk melakukan pekerjaan mulia

131 117 Siang malam tanpa jeda menggantungkan doa pada Tuhan Kalimat di atas menjelaskan tentang orang tua yang merasa sedih karena anaknya tidak pernah memperhatikan mereka. Mereka yang mandi keringat dan bekerja keras demi pekerjaan yang mulia. Siang malam memanjatkan doa kepada Tuhan. Kutipan tersebut menunjukkan bahwa kasih sayang orang tua kepada anak tidak terbatas. Orang tua rela bekerja keras, membanting tulang demi keberhasilan sang anak. Selain itu, orang tua juga terusa berdoa untuk kebaikan dan keberhasilan sang anak. Anak-anakku, Aja lali Bapak ibu dwija pindha ngenteni laire jabang bayi Arep pindha Tetuka apadhene Wisanggeni Krana kelas sanga umure kari sangang wulan sepuluh dina Wis sue sliramu kabeh jinamas ing kawah candradimuka Dipeper, digembleng, lan digladhi Sawernaning kawruh ngetung, nyimak, nulis, lan maca Mula jingglengana oncatmu saka kelas pitu wolu lan sanga Iku budhaling lelana lan pangumbara Mecaki jagad kebak krodha lan godha rencana Mula jangkahmu kudu luwih dawa lan amba [PAG: 2] Terjemahan: untuk anak-anakku, ja-ngan lupa, bapak dan ibu guru menunggu lahirnya bayi, akankah menyerupai Tetuka atau Wisanggeni, kare-na waktu kelas sem-bilan hanya sebentar lagi, sudah lama kalian semua dimandikan di kawah candradimuka, diajari, digembleng dan dilatih, berbagai macam ilmu seperti ber-hitung, menyimak, me-nulis, dan membaca, maka lihatlah langkah-mu dari kelas tujuh, delapan, dan sembilan, itu awal dari kemandirian dan pengembaraan, me-lewati dunia yang pe-nuh dengan nafsu

132 118 dan godaan, sehingga lang-kahmu harus lebih panjang dan lebar Kutipan di atas menceritakan tentang seorang guru yang mengingatkan siswa-siswinya, bahwa bapak dan ibu guru sedang menunggu lahirnya seorang bayi. Mereka bertanya-tanya apakah bayi tersebut menyerupai tetuka atau Wisanggeni? Waktu kelas sembilan tinggal sebentar lagi, dan sudah lama pula anak-anak dikeramasi di kawah Candradimuka. Diajari, digembleng dan dilatih berbagai macam ilmu. Untuk itu, lihatlah langkahmu dari kelas tujuh sampai kelas sembilan. Hal tersebut merupakan awal dari sebuah kemandirian dan pengembaraan untuk melewati dunia dengan nafsu dan godaan sehingga langkahmu harus lebih panjang dan lebar. Kutipan tersebut menjelaskan tentang kasih sayang guru kepada para murid. Dimana para murid akan segera beranjak meninggalkan sekolah. Guru memberikan wejangan-wejangan kepada sang murid sebagai bentuk kasih sayang. Anak-anakku, Daksangoni pangeling-eling Supaya ing tembe kowe kabeh aja pangling Jembare donya kang sagodhong kelor, aja ndadekake drajatmu dadi asor Jembare bumi kang gari senyari aja gelem dadi wong mburi Jangkahmu ngupadi gegayuhan mung kari sekilan mula aja ketinggalan Jajahanen desa wilangen kori, kowe bakal ngerti wewadi ing tembe mburi [PAG:2-3] Terjemahan:

133 119 Anak-anakku Ku bekali kalian nasihat Supaya kalian tidak lupa Lebarnya dunia yang bagaikan daun kelor jangan membuat derajatmu menjadi rendah Lebarnya bumi yang semakin sempit jangan mau menjadi orang terbelakang Langkah usahamu tinggal sedikit maka jangan sampai ketinggalan Menjelajahlah, kamu akan me-ngerti sebuah rahasia Kutipan di atas menggambarkan Seorang guru yang membekali nasihat kepada murid-muridnya. Dia mengingatkan bahwa dengan dunia yang luas, jangan sampai membuat derajat kita semakin rendah. Kutipan di atas menjelaskan tentangkasih sayang guru terhadap murid-muridnya. Guru memberikan nasihat-nasihat pada muridnya yang akan segera melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Apa sing kokrungu thole? Rengeng-rengenge bapa iki sejatine prentuling ati mbrengengeng Aja gampang percaya ocehing prenjak nglarapake dhayoh blaba loma Aja kengguh mobah lan mosik jaman kang kagliyak Jer kang nyata swara dinosaurus kewan purba Manjing manjilma ing pucuking crobong-crobong pabrik lan kenalpot Mula ora mokal kang bakal Dumadi padha rebut boga kaya lan panguwasa [PAG: 49] Terjemahan: Apa yang kau dengar anakku? Pembicaraan lirih bapak ini merupakancurahan hati Jangan mudah percaya dengan suara orang yang belum tentu kebenarannya

134 120 Jangan goyah hatimu tergiur keadaan zaman sekarang Yang nyata adalah suara dinaosaurus yang merupakan hewan purba Yang menjelma di ujung cerobong-cerobong pabrik dan knalpot Sehingga tidak akan dapat terlaksana Hingga menjadi berebut kekayaan pangan dan kekuasaan Kutipan di atas menceritakan tentang seorang ayah yang memperhatikan anaknya. Dia memberi nasehat kepada anaknya untuk tidak mudah percaya dengan orang yang belum dikenal dan belum tentu keberadaannya. Kuatkan hati jangan sampai goyah. Karena yang nyata adalah dinaosaurus yang merupakan hewan purba, kemudian menjelma di ujung-ujung cerobong pabrik dan knalpot. Kutipan di atas menggambarkan rasa kasih sayang ayah kepada putranya. Sang ayah memberikan wejangan-wejangan agar putranya tidak tergoda oleh duniawi, agar tidak mudah percaya kepada perkataan orang lain yang belum tentu kebenarannya. Lirih sorane ukara kang kumecap Dadi pratandha rukun rumaket lan satruning rasa Dakantu-antu swara lisanmu Gumawang ing akasa supaya keprungu Menawa atimu ora gela lan nelangsa [PAG: 68] Terjemahan: lirih kerasnya kata yang terucap, menjadi tanda kerukunan dan perselisihan, kutunggu suara dari mulutmu, terbayang di angkasa supaya terdengar, bahwa hatimu tidak kecewa dan tersiksa

135 121 Kutipan di atas menjelaskan tentang kasih sayang seseorang terhadap kekasihnya. Dia tidak ingin sang kekasih merasa kecewa dan tersiksa, sehingga dia membuktikannya melalui suara dari sang kekasih. Sebagai insan Tuhan yang baik, kasih sayang haruslah mengikuti kehidupannya. Dikarenakan manusia tanpa kasih sayang, dia akan semaunya sendiri dalam menjalani kehidupan di dunia. Untuk itu jika kita memiliki seorang kekasih, sayangilah dia dan jangan pernah berfikir untuk mengecewakannya. Saupama isih kumleyang ing gegana Apadene temangsang sumlesep ing antarane mega-mega Bisa dakwaca kanthi trewaca, Kangmas Surasaning SMS rinacik ukara tresna Lumantar sunaring bagaskara [PAG: 74] Terjemahan: Seumpama masih melayang di awan mendung Apa tersangkut diantara awan Dapat ku baca dengan jelas, Kangmas Isi dari SMS ungkapan perasaan Melalui sinarnya matahari Kutipan tersebut menggambarkan orang yang sedang berbunga-bunga karena mendapat sms dari sang kekasih. Dia menegaskan bahwa dia telah membaca sms dari kekasihnya yang berisi ungkapan sang kekasih. Dapat kita simpulkan bahwa kutipan di atas menjelaskan rasa kasih sayang seseorang terhadap kekasihnya. Dia

136 122 mengirimkan sepucuk surat [SMS] yang berisi ungkapan perasaannya. 2] Hormat Aku ngerti menawa angen-angen iki tansaya adoh Mbangun praja kamulyane ibu lan bapa Marang sabdane ibu bae aku emoh Mula senajan abot aku ora kena suwala [PAG: 8] Terjemahan: aku mengerti bahwa angan-angan ini sema-kin jauh, membangun kemuliaan untuk ibu dan bapak, pada perin-tah ibu saja aku mem-bangkang, maka walau-pun berat aku tidak boleh menghindar Kutipan tersebut menggambarkan Seorang anak yang merasa bahwa angan-angannya semakin jauh, dalam membangun kemuliaan untuk kedua orangtuanya. Dia merasa menyesal karena sering membangkan perintah ibu, dan sebagai rasa penyesalannya dia berusaha akan selalu patuh. Hormat seorang anak kepada orang tuanya, harus senantiasa dijaga. Meski dia tahu bahwa dia suka membangkang terhadap orang tua, tetapi dia bertekad ingin memuliakan kedua orang tuanya. Ibu, sembah sungkem anakmu, Daksuntake eluh lan sakabehing kawruh Dakpisungsung donga-donga usada Daksambunge wot katresnan sing rinasa pedhot Gusti Maha Welas Asih mugi paring idi Kabeh amal sholeh ndadekake nyawiji Sadawane urip sarampunge pati [PAG: 28]

137 123 Terjemahan: Ibu, maafkan anakmu Kuteteskan air mata dan segala bakti Kupanjatkan doa dan usaha Kusambung rasa kasih sayang yang terasa jauh Semoga Tuhan memberi restu Semua amal sholeh menjadi satu Sepanjang hidup dan sesudah meninggal Kutipan di atas menggambarkan seorang anak yang meminta maaf kepada ibu, dengan menteskan air mata dan segala bakti. Kemudian dia memanjatkan dan usaha untuk ibu, serta menyambung cinta yang terasa putus. Dia berharap semoga Tuhan memberi restu akan langkahnya. Kutipan tersebut menunjukkan rasa hormat seorang anak kepada ibunya. Meski sang ibu sudah meninggal, tetapi sang anak masih menghormati, menyayangi dan mendoakannya. Bapa coba pirsani ibu wes lara Kentekan pengarep-arep bandha lan donya Jalma manungsa titah sawantah Sadrema anglakoni Sugih mbrewu tan ginawa mati Becik bali ing dalane Gusti Nyuwun pituduh lan pangapura Apuranta Anakmu kumawani [PAG: 29-30] Terjemahan: Bapak lihatlah ibu yang sedang sakit Kehabisan harapan, harta benda, dan dunia Manusia yang diciptakan untuk menuruti perintah Hanya sekedar menjalani Kekayaan itu tidak dibawa mati Lebih baik kembali ke jalan TuhanMeminta petunjuk danampunan Maafkan

138 124 Anakmu yang berani menasehati Kutipan tersebut menjelaskan tentang kebaktian seorang anak kepada orang tuanya. Dia bersikap adil, dimana menasihati yang kurang benar, meski yang melakukannya adalah ayahnya sendiri. Meski begitu, sang anak tidak menasehati dengan nada suara dan perkataan yang pedas. Dia merasa bersalah kepada ayahnya,karena rasa hormat kepada kedua orang tuanya, dan dia meminta maaf atas nasihat yang dia berikan kepada ayahnya. 3] Rela Berkorban Sawangen sedulur, Ing kawah kae panase datan suda Satriya pilih tandhing nate tinandur Ing suwalike uga dadi slintrune bagaskara nendra [PAG: 21] Terjemahan: lihatlah saudara, di kawah itu panasnya tidak berkurang, satriya yang sakti, yang tidak pernah kalah dalam peperangan, pernah di tanam di sana [di kawah] Kutipan tersebut menjelaskan pengorbanan sang gunung untuk dunia. Gunung bersikap seperti ksatria, berani menanggung resiko, dan bertanggung jawab atas kewajiban yang diembannya. 4] Terbuka Dawa cendhake ukara kang tinulis Dadi sulih sarira rasaning wardaya Babar pisan ora dakseja gawe lara Geneya ukaramu saiki beda? Yen wis lega anggala blaka Aku bakal nglenggana Apuranen kaluputanku senajan tanpa sengaja [PAG: 68]

139 125 Terjemahan: Panjang pendeknya kata yang tertulis Menjadi pengganti rasa hati Sama sekali tidak kusengaja membuat luka Mengapa kata-katamu sekarang berbeda? Apabila sudah lega ceritakanlah Aku akan terima Maafkan kesalahanku walaupun tanpa sengaja Kutipan di atas menggambarkan tentang seseorang yang menuliskan sebuah kata sebagai pengganti ungkapan hati. Dia tidak pernah berpikir akan menyakiti hati seseorang yang disayangnya. Dia merasa bahwa orang yang disayang kini telah berubah, kemudian dia berharap apabila hati seseorang yang disayang telah lega, maka orang tersebut untuk bercerita. Dia akan menerimanya karena rasa bersalahnya, dia mengucapkan kata maaf untuk orang yang disayangnya. Kutipan tersebut menjelaskan mengenai terbukanya seseorang terhadap kekasihnya. Selain terbuka, dia juga bersifat berani mengakui kesalahan dan mau menerima resiko dari apa yang telah dilakukan. 5] Menghargai Waktu Pangarasmu ing pipi tengen lan kiwa Uga isih krasa, saperangan isih daksimpen Ing ngisor peron, dimen dadi prasasti lelakon Sawanci-wanci bakal dakpepetri kanggo mapag tekamu Sasuwene mecaki dalan kang kebak pitakon Aku tansah setya tuhu Ngenteni nadyan kudu nemahi layon [PAG: 74]

140 126 Terjemahan: ciuman dipipiku masih terasa, sebagian masih kusimpan di bawah stasiun, agar menjadi prasasti kehidupan, sewaktuwaktu akan ku rawat untuk menjemput kedatanganmu, selama melewati jalan yang penuh pertanyaan, aku akan selalu setia, menunggu meski harus bertemu dengan kematian Kutipan di atas menggambarkan seseorang yang sedang kasmaran. Dia menyimpan kenangan bersama kekasihnya. Dia akan merawat kenangan tersebut dan akan menunjukkan kepada sang kekasih saat menjemputnya. Dia akan selalu setia menunggu sang kekasih. Kutipan di atas menunjukkan cara seorang menghargai waktu bersama dengan kekasihnya.dia mengkristalkan peristiwa yang dialami menjadi kenangan di stasiun. Tempat di mana dia akan bertemu dengan sang kekasih setelah sekian lama pergi. 6] Setia Pangarasmu ing pipi tengen lan kiwa Uga isih krasa, saperangan isih daksimpen Ing ngisor peron, dimen dadi prasasti lelakon Sawanci-wanci bakal dakpepetri kanggo mapag tekamu Sasuwene mecaki dalan kang kebak pitakon Aku tansah setya tuhu Ngenteni nadyan kudu nemahi layon [PAG: 74] Terjemahan: ciuman dipipiku masih terasa, masih kusimpan, agar menjadi prasasti kehidupan, sewaktu-waktu akan ku rawat untuk menjemput kedatanganmu, selama melewati jalan yang penuh pertanyaan, aku akan selalu setia, menunggu meski harus bertemu dengan kematian

141 127 Kutipan di atas menggambarkan seseorang yang sedang kasmaran. Dia menyimpan kenangan bersama kekasihnya. Dia akan merawat kenangan tersebut dan akan menunjukkan kepada sang kekasih saat menjemputnya. Dia akan selalu setia menunggu sang kekasih. Kutipan tersebut selain menunjukkan cara seseorang menghargai waktu, juga menunjukkan kesetiaan seseorang terhadap kekasihnya. Ia tetap menunggu kedatangan sang kekasih, meski harus bertemu dengan kematian. d. Nilai Budi Pekerti Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya dengan Masyarakat dan Bangsa 1] Tegas Apuranen aku menawa dluwang iku diliru gambarmu Dipacak dipajang ing layang kabar padinan Diluru diburu kucing-kucing luwe memangsan Aku ora bisa mlayu lan pasrah bongkokan Arep digawe rica-rica apa dene tikus panggang labur madu Dakjaluk paseksenmu menawa dluwang cilik iku tinulis saka tanganmu [PAG: 12-13] Terjemahan: Maafkan aku apabila kertas itu aku tukar dengan gambarmu Yang terpajang di surat kabar Dicari dan diburu oleh kucing pemangsa Aku tidak bisa lari dan pasrah Akan dijadikan rica-rica atau tikus panggang berlumur madu Aku minta kesaksianmu apabila kertas kecil itu ditulis oleh tanganmu Kutipan di atas menunjukkan ketegasan seseorang dalam meminta pengakuan. Dia menggunakan cara yang dapat dia

142 128 lakukan demi terkuaknya sebuah fakta. Tidak peduli teman, saudara, ataupun musuh, jika bersalah tetaplah bersalah dan harus menerima hukuman. Aja kakehen dolan Ing bui cumepak padusan lan padhasan Kandhanana rowangmu Wis rampung nggone dhelikan Sedhela maneh surup enggal magriban Mundhak kacandhak buta kala Kang mentas mider ing candhik ala [PAG: 20] Terjemahan: jangan terlalu banyak bermain, di bui tersedia pemandian dan tempat wudhu, beri tahutemanmu, waktu bermain sudah selesai, sebentar lagi maghrib, takut terjamah buta kala, yang keluar berkelilingdi kala senja Kutipan di atas menunjukkan ketegasan seseorang untuk kembali ke jalan yang benar. Menyadarkan bahwa waktu bermainmain sudah habi, kembali memikirkan tujuan dari kenapa manusia diciptakan karena hidup hanyalah sesaat 2] Hormat Nalika daktancebake cagaking gendera Numjem jroning dhadha Pucuke nembus akasa ; Iku garising nuswantara mugya jejeg ajeg minangka adeg-adeg nagara [PAG: 60] Terjemahan: ketika ku tanam tiyang bendera, tertanam dalam dada, ujungnya menembus angkasa, itu merupakan symbol atau lambang nusantara, semoga menjadi tegap dan tetap menjadi kepercayaan negara

143 129 Kutipan tersebut menjelaskan tentang rasa hormat seorang prajurit terhadap negaranya. Merasa bangga ketika berhasil dalam perjuangannya, namun tidak melupakan negaranya. Bertekad dalam hati untuk terus memperjuangkan negaranya. 3] Menghargai Waktu Bocah-bocah sing kumpul ing ngarep omah Kelingan dolanan jamane simbah Wah iki nyata ora lumrah Bocah-bocah nggragap grayah-grayah Ngguritake ilange cathetan sejarah [PAG: 41] Terjemahan: Anak-anak yang berkumpul di depan rumah Teringat permainan di zaman nenek Wah ini nyata tidak biasa Anak-anak meraba-raba Menuliskan hilangnya catatan sejarah Kutipan di atas menjelaskan tentang kegiatan anak-anak yang berkumpul di depan rumah sehingga mengingatkan kenangan permainan dimasa lalu. Anak-anak tersebut mencoba meraba-raba untuk menuliskan sebuah catatan sejarah melalui permainan. Kalimat di atas menunjukkan cara anak-anak menghargai waktu. Mereka masih bermain permainan zaman dulu. dengan begitu, mereka telah mendokumentasikan permainan di masa lalu dan menerapkannya di masa sekarang. Selain menghargai waktu, anak-anak juga telah menorehkan secuil catatan sejarah masa lalu melalui permainan yang mereka mainkan.

144 130 4] Berpikir Jauh ke Depan Sesuk-esuk datan tinemu gendera Kumlebet ing akasa Kang manjila kari mulyaning durjana Kekudhungan rojah-rajehing gendera [PAG: 61] Terjemahan: Besok pagi sudah tidak ditemukan lagi bendera Berkibar di angkasa Yang tertinggal hanyalah kemuliaan para durjana Berselimut serpihan bendera Kutipan di atas menunjukkan gambaran negara ini di kemudian hari. Semakin hari rasa nasionalisme masyarakat semakin berkurang. Hingga nantinya yang tertinggal hanyalah para penghianant negara yang bertamengkan rasa nasionalisme. e. Nilai Budi Pekerti Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya dengan Alam Sekitar 1] Bekerja Keras Bisoa rumangsa Kaya suket godhong tipis wulet Sepira dayane aspal, bisa gempal Sepira kuwate gedhong, bisa dhoyong Sepira panase geni, ngobong suket datan mati Sepira landhepe gegaman, mbabat panggah kliwat Suket ati landhep urip mbiyet kongsi donya kiamat [PAG: 78] Terjemahan: hendaknya kita dapat meniru sifat rumput meskipun daunnya kecil atau tipis tapi sangat kuat, hidup menggerombol hingga dunia kiamat Kutipan di atas menggambarkan kerja kerasnya rumput, walaupun daunnya kecil atau tipis tapi sangat kuat dan tidak mudah

145 131 menyerah. Hal tersebut dapat diibaratkan sebagai manusia kuat dan dan tidak mudah menyerah, serta jangan sombong sampai akhir hayatnya. 2] Peduli Kesehatan Sumur ing mburi omah Tansah dakpepetri daktimba lan dakresiki Saben dina kanggo adus ngombe lan umbah-umbah Aku emoh yen sumurku dadi reged peteng lan jembreg [PAG: 80] Terjemahan: Sumur di belakang rumah Selalu ku rawat,ku timba dan ku bersihkan Setiap hari untuk mandi, minum, dan mencuci Aku tidak mau apabila sumurku menjadi kotor, gelap, dan berantakan Kutipan tersebut menggambarkan cara seseorang menjaga kebersihan lingkungannya, khususnya sumur. Setiap hari dirawat, airnya ditimba, dan dibersihkan untuk menjaga kebersihannya agar dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari. 2. Relevansi Nilai Budi Pekerti dalam Buku Prasasti Antologi Geguritan Karya Eko Wahyudi dengan Kehidupan di Masa Sekarang a. Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya dengan Tuhan Budi Pekerti yang masih relevan dengan kehidupan sekarang adalah: 1] Beriman Beriman adalah ingat, yang berarti selalu ada dalam pikiran, tidak lupa, timbul kembali dalam pikiran, sadar, menaruh perhatian, memikirkan akan, hati-hati, berwawas,

146 132 mempertimbangkan [memikirkan nasib]. Sikap beriman merupakan nilai budi pekerti hubungan manusia dengan Tuhannya. Sikap beriman perlu dimiliki oleh setiap manusia agar selalu ingat akan kebesaran Allah dan dapat menjalankan perintah-nya serta menjauhi larangan-nya. Alqur an memerintahkan umat manusia untuk selalu mengingat Allah dengan cara berdzikir setiap saat. Seperti yang dijelaskan dalam surat An Nisa 103 Artinya: Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat[mu], ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu [sebagaimana biasa]. Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman Melalui surat tersebut Allah memerintahkan kita untuk selalu ingat kepada Allah dalam posisi apapun, baik berdiri, tidur, ataupun berbaring. Jika kita cermati, posisi tersebut merupakan posisi dimana setiap hari kita lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa Allah memerintahkan manusia untuk selalu mengingat-nya. Di masa sekarang banyak orang lebih mementingkan dunianya daripada beribadah, meski hanya sekedar mengingat Allah. Akan tetapi, tidak sedikit manusia yang masih sempat mengingat Allah dan beribadah di tengah kesibukannya. Dari data

147 133 tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Relevan dengan kehidupan sekarang. 2] Takwa Takwa berarti terpeliharanya diri untuk tetap taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-nya; keinsafan diri yg diikuti dengan kepatuhan dan ketaatan dl melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-nya; kesalehan hidup. Sikaptakwa merupakan nilai budi pekerti hubungannya manusia dengan Tuhan. Sikap ini perlu dimiliki manusia agar hidupnya selamat di dunia dan di akhirat. Sikap bertakwa ditunjukkan kaum muslim ketika bulan ramadhan, yang termuat dalam majalah Djaka Lodhang edisi 2 dan 9 Juli 2016, halaman 10. Kaum muslim melaksanakan puasa ramadhan selama satu bulan penuh, melaksanakan ibadah shalat tarawih, tadarus alquran, bersedekah, dan berzakat di akhir bulan ramadhan. Kemudian setelah selesainya bulan ramadhan, tibalah hari raya idul fitri yang disambut dengan acara shalat id dan dilanjutkan dengan acara halal bihalal dengan keluarga, saudara, dan para tetangga serta handai taulan. Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk melaksanakan perintah Allah SWT dan juga menjalankan tradisi yang sudah berlangsung lama. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam buku Prasasti Antologi

148 134 Geguritan karya Eko Wahyudi Relevan dengan kehidupan sekarang. 3] Bersikap Konstruktif Bersikap konstruktif adalah bersikap membangun, dimana memiliki perubahan ke arah yang lebih baik dari waktu ke waktu. Sikap konstruktif ini merupakan nilai budi pekerti hubungannya manusia dengan Tuhan, karena menyangkut mengenai keagamaan. Sikap ini perlu dimiliki oleh setiap manusia agar kehidupannya semakin baik dan terjauh dari perbuatan-perbuatan buruk. Sikap konstruktif ini dicantumkan dalam majalah Djaka Lodhang edisi 9 Juli Majalah ini memuat artikel yang menjelaskan mengenai perbuatan-perbuatan yang dapat membatalkan puasa dan puasa yang disempurnakan. Hal ini sesuai dengan kondisi remaja zaman sekarang, yang berperilaku kurang baik, seperti berbohong, menggunjing orang lain, dan berpacaran mengumbar kemesraan ketika bulan ramadhan. Tulisan tersebut diharapkan dapat mengurangi angka-angka perilaku buruk remaja tersebut. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Relevan dengan kehidupan sekarang. 4] Mawas Diri Mawas diri adalah waspada terhadap segala sesuatu, berhati-hati. Sikap mawas diri merupakan nilai budi pekerti

149 135 hubungannya manusia dengan Tuhan. Sikap mawas diri perlu dimiliki oleh setiap manusia agar dalam hidupnya selalu berhatihati dan tidak terjerumus ke dalam keburukan. Sikap mawas diri tercermin dalam pupuh Sinom bait 7 Serat Kalatidha karya Raden Ngabei Ranggawarsita. Bait tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang beruntung adalah orangorang yang selalu ingat kepada Tuhannya dan bersikap mawas diri. Mawas diri bukan berarti mencurigai segala sesuatu, akan tetapi mawas diri adalah berhati-hati dari segala hal yang mungkin terjadi di sekitar. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Relevan dengan kehidupan sekarang. b. Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya dengan Diri Sendiri Budi Pekerti yang masih relevan dengan kehidupan sekarang adalah: 1] Bersemangat Bersemangat adalah melakukan segala sesuatu dengan motivasi dan semangat, tidak mengeluh. Bersemangat merupakan nilai budi pekerti hubungannya dengan diri sendiri. Sikap bersemangat perlu dimiliki oleh setiap orang agar tetap semangat dan tidak mengeluh dalam menjalani hidup. Sikap bersemangat ditunjukkan oleh seseorang bernama Agung Pw, yang tercantum dalam koran Suara Kedu edisi Selasa, 5 Juli 2016 halaman 18 dengan judul artikel Keterbatasan Ekonomi

150 136 Bukan Penghalang. Dalam artikel tersebut diceritakan usaha Agung Pw untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Meski terhalang oleh keterbatasan ekonomi, Agung terus berusaha dengan berbagai cara untuk dapat membiayai biaya kuliahnya. Hal tersebut dilakukan untuk mencapai cita-citanya merasakan pendidikan di perguruan tinggi. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Relevan dengan kehidupan sekarang. 2] Gigih Gigih adalah sikap terus berusaha mencapai target, pantang menyerah. Sikap gigih merupakan nilai budi pekerti hubungannya dengan diri sendiri. Sikap gigih perlu dimiliki setiap orang agar tidak mudah menyerah dalam menghadapi ganasnya kehidupan. Sikap gigih ditunjukkan oleh Endah Sukatmi, S. Pd, yang tercantum dalam majalah Djaka Lodhang edisi Sabtu, 16 Juli 2016 halaman 20 dan 27, dengan judul artikel Endah Sukatmi, S. Pd, Kepengin Dadi Guru Wiwit Cilik. Dalam artikel tersebut diceritakan gigihnya usaha Endah agar menjadi guru. Beliau menjadikan guru sebagai cita-citanya sejak masih kecil. Dengan usahanya dan kegigihannya dalam mencoba, akhirnya beliau dapat mencapai cita-cita yang diinginkan, yaitu menjadi seorang guru. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam buku Prasasti

151 137 Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Relevan dengan kehidupan sekarang. 3] Kukuh Hati Kukuh hati adalah Tidak mudah goyah dalam mengambil keputusan. Sikap ini merupakan nilai budi pekerti hubungannya dengan diri sendiri. Sikap kukuh hati perlu dimiliki agar dapat memicu semagat dalam diri seseorang. Sikap kukuh hati ditunjukkan oleh Dwina Desinta Ryzka Rahmawati, yang tercantum dalam majalah Djaka Lodhang edisi 25 Juni 2015 halaman 27, dengan judul artikel Dwina Desinta Ryzka Rahmawati Menang Lomba Voli Bareng Tim Sekolah. Artikel tersebut menceritakan kukuhnya hati Dwina untuk menjadi seorang polwan. Orang tua Dwina menginginkan anaknya menjadi seorang guru olahraga, akan tetapi cita-cita Dwina berbeda, ia menginginkan menjadi seorang polwan. Karena ia kukuh ingin menjadi seorang polwan, ia terus berusaha, belajar, dan berdoa agar cita-citanya terkabul. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Relevan dengan kehidupan sekarang. 4] Ulet Ulet adalah berusaha bersungguh-sungguh, gigih, tekun, tidak mudah menyerah. Sikap ulet merupakan nilai budi pekerti

152 138 yang hubungannya dengan diri sendiri. Sikap ulet perlu dimiliki agar tidak mudah putus asa dalam mencapai segala keinginan. Sikap ulet ditunjukkan oleh Dewi Raswati, siswa SD N Rawaheng. Dia menjadi juara dalam lomba nembang. Untuk menjuarai lomba tersebut ia tekun dan ulet dalam berlatih, hingga keuletannya berbuah manis. Selain menjuarai lomba nembang, Dewi juga menjuarai lomba gambar, lomba MAPSI dan lomba geguritan. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Relevan dengan kehidupan sekarang. 5] Bekerja Keras Bekerja keras adalah Berusaha dengan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Sikap ini merupakan nilai budi pekerti hubungannya dengan diri sendiri. Sikap ini perlu dimiliki untuk dapat mencapai hal-hal yang diinginkan. Sikap bekerja keras ditunjukkan oleh seorang guru yang bernama Endah Sukatmi, S. Pd. Hal tersebut tercantum dalam majalah Djaka Lodhang edisi Sabtu, 16 Juli 2016 halaman 20 dan 27, dengan judul artikel Endah Sukatmi, S. Pd, Kepengin Dadi Guru Wiwit Cilik. Artikel tersebut menceritakan kerja kerasnya Bu Endah untuk menjadi guru. Beliau berwiyata bakti sambil melanjutkan pendidikan. Berkat kerja kerasnya, kini Bu Endah

153 139 sudah resmi menjadi seorang guru. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Relevan dengan kehidupan sekarang. c. Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya dengan Keluarga Budi Pekerti yang masih relevan dengan kehidupan sekarang adalah: Berani Memikul Resiko Berani memikul resiko adalah berani menanggung segala akibat yang timbul dari tindakan yang dilakukan dan keputusan yang dimbil. Sikap ini merupakan nilai budi pekerti hubungannya dengan keluarga. Sikap berani memikul resiko perlu dimiliki agar setiap orang dapat mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Sikap berani memikul resiko ditunjukkan oleh Mulyadi, yang tercantum dalam Kedaulatan Rakyat edisi 9 Juli 2016, dengan judul artikel Ikhlas Jalani Pekerjaan Saat Lebaran. Artikel tersebut menceritakan kisah Mulyadi yang tidak dapat pulang ke kampung halaman ketika lebaran karena pekerjaan yang mengharuskan beliau tinggal. Hal tersebut termasuk resiko dari pekerjaan. Karena beliau sudah memilih pekerjaan, maka beliau juga harus menanggung resiko dari pekerjaannya. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Relevan dengan kehidupan sekarang.

154 140 d. Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya dengan Masyarakat dan Bangsa Budi Pekerti yang masih relevan dengan kehidupan sekarang adalah: 1] Menghargai Waktu Menghargai waktu adalah berusaha menggunakan waktu sebaik mungkin, dan mendokumentasikan peristiwa-peristiwa kehidupan masa lalu kemudian menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa tersebut pada masa sekarang. Sikap menghargai waktu diperlukan agar setiap orang dapat menggunakan waktunya secara maksimal, efektif, dan efisien. Sikap menghargai waktu ditunjukkan oleh Kantor Arsip Daerah Kabupaten Sleman, yang tercantum dalam majalah Djaka Lodhang edisi Sabtu, 2 dan 9 Juli 2016, dengan judul artikel Arsip Bisa Kanggo Mangerteni Sejarah Bangsa lan Negara. Artikel tersebut menceritakan Kantor Arsip Daerah Kabupaten Sleman mengadakan lomba yang berkaitan dengan kearsipan. Lomba yang diselenggarakan adalah narasi arsip foto untuk tingkat SMA/SMK sekabupaten Sleman. Lomba tersebut dapat berfungsi sebagai pembelajaran untuk menambah ilmu dan wawasan mengenai sejarah. Selain itu, dapat digunakan sebagai pelestari atau regenerasi dari arsip-arsip, karena melalui arsip dapat membekukan waktu di masa lalu yang kemudian dapat diceritakan kembali di masa yang akan datang. Arsip merupakan rekaman sejarah. Dari

155 141 data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Relevan dengan kehidupan sekarang. 2] Terbuka Terbuka adalah senang hati, lurus hati menjadikan tidak tertutup, mengungkapkan apa yang dirasakan. Sikap terbuka diperlukan agar pasti dalam menjalani hidup sehingga tidak menimbulkan perselisihan. Sikap terbuka ditunjukkan oleh Dwina Desinta Ryzka Rahmawati, yang tercantum dalam majalah Djaka Lodhang edisi 25 Juni 2015 halaman 27, dengan judul artikel Dwina Desinta Ryzka Rahmawati Menang Lomba Voli Bareng Tim Sekolah. Artikel tersebut menceritakan keterbukaan Dwina yang ingin menjadi polwan, meski orang tuanya berbeda pemikiran, yang ingin agar Dwina menjadi guru olahraga. Dwina terus berusaha, belajar, dan berdoa untuk mencapai cita-citanya. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Relevan dengan kehidupan sekarang. 3] Pengendalian Diri Pengendalian diri adalah menahan diri dari segala nafsu yang kurang baik. Sikap dapat mengendalikan diri diperlukan agar dapat menahan emosi, amarah, dan nafsu yang kurang baik, sehingga terhindar dari perbuatan-perbuatan yang kurang baik.

156 142 Hal yang berhubungan dengan pengendalian diri tercantum dalam Kedaulatan Rakyat edisi 9 Juli 2016 dengan judul artikel Lebaran, Tawuran Antarwarga Desa. Belasan Orang Terluka. Artikel tersebut menceritakan tentang tawuran di sebuah desa karena kurangnya sikap pengendalian diri. Karena kurang dapat mengendalikan diri, sehingga amarah dan emosi naik hingga memicu timbulnya tawuran tersebut. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Relevan dengan kehidupan sekarang. 4] Hormat Hormat adalah menaruh hormat, bersikap sopan kepada orang lain. Sikap hormat diperlukan agar kehidupan terasa harmonis, karena terjalin sikap saling hormat menghormati antarsesama. Hal yang berkaitan dengan sikap hormat tercantum dalam majalah Djaka Lodhang edisi Sabtu, 16 Juli 2016 halaman 26-27, dengan judul artikel SD N 1 Cikakak, Banyumas Siap Ngetrepake Kurikulum Artikel tersebut menceritakan mengenai kesiapan SD N 1 Cikakok dalam penerapan kurikulum Kurikulum tersebut diterapkan untuk menghadapi globalisasi serta pergeseran budaya di zaman sekarang. Budaya yang diangkat pada kurikulum 2013 adalah 3S, yaitu salam, senyum, dan sapa. Budaya tersebut dirasa hampir punah, sehingga diangkat kembali dan

157 143 diajarkan melalui pembelajaran di semua tingkat pendidikan. Budaya tersebut merupakan budaya penting, dimana merupakan cerminan dari rasa hormat kepada orang lain. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Relevan dengan kehidupan sekarang. 5] Kasih Sayang Kasih sayang adalah mengasihi, merawat, menyayangi orang lain. Sikap mengasihi dan menyayangi diperlukan untuk melengkapi dan menjalin keharmonisan antarsesama. Hal yang berhubungan dengan kasih sayang tercantum dalam Suara Kedu edisi 5 Juli 2016 halaman 18 dengan judul artikel IPH Jateng Bantu Bencana Purworejo. Artikel tersebut berisi tentang IPH Jateng yang memberikan bantuan kepada daerah-daerah yang terkena bencana di Purworejo. Bantuan tersebut berupa bantuan uang tunai. Bantuan tersebut merupakan wujud rasa bela sungkawa dan prihatin dari IPH Jateng kepada masyarakat Purworejo yang terkena bencana alam. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Relevan dengan kehidupan sekarang. 6] Setia Setia adalah tidak mudah mengingkari, menjaga ikatan, tidak mudah berpaling. Sikap setia diperlukan agar terjalin rasa

158 144 percaya antarsesama sehingga menimbulkan kehidupan yang harmonis. Hal yang berkaitan dengan sikap setia tercantum dalam majalah Djaka Lodhang edisi 25 Juni 2016 halaman 26-27, dengan judul artikel Paguyuban Macapat Anggara Kasih Ngleluri Budaya Jawa. Paguyuban Anggara Kasih merupakan salah satu paguyuban bentukan pemerintah DIY, yang dibentuk dengan tujuan melestarikan budaya Jawa, khususnya macapat. Hal tersebut mencerminkan bahwa DIY setia terhadap budayanya, hingga sampai saat ini budaya Jawa terus dilestarikan agar dapat diturunkan kepada generasi yang akan datang. Budaya Jawa perlu dilestarikan agar dapat menjadi identitas dari masyarakat Jawa, dan tidak diakui oleh bangsa asing. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Relevan dengan kehidupan sekarang. 7] Bijaksana Bijaksana adalah bersikap bijak dalam mengambil keputusan, memberi nasihat, dan mempertimbangkan segalanya. Sikap bijaksana diperlukan agar tidak sewenang-wenang dalam mengambil keputusan. Hal yang berhubungan dengan sikap bijaksana ditunjukkan oleh Bapak Basuki Tjahaja Purnama, atau yang sering disapa dengan panggilan Bapak Ahok. Beliau bersikap bijaksana dalam

159 145 menjalankan tugasnya. Selain itu, beliau juga tidak pernah mempersulit bawahannya dalam menjalankan pekerjaan. Kebijaksanaan yang dimiliki Bapak Ahok perlu dicontoh. Dalam pengambilan keputusan Bapak Ahok tidak memutuskan dengan tergesa-gesa, akan tetapi dianalisis terlebih dahulu rujukan-rujukan yang diajukan dan akibat-akibat yang akan ditimbulkan atas keputusan yang akan diambil. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Relevan dengan kehidupan sekarang. 8] Sabar Sabar adalah menahan emosi, sabar dalam menunggu. Sikap sabar diperlukan untuk dapat mengendalikan situasi yang sedang terjadi. Jika tidak dapat bersabar, maka emosi akan memuncak dan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Hal-hal yang berhubugan dengan sikap sabar tercermin pada para korban bencana di beberapa daerah di Purworejo. Mereka tetap bersabar meski kehilangan keluarga, saudara, dan barang-barang berharga. Mereka bersyukur masih diberi kehidupan setelah peristiwa bencana yang menimpanya. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Relevan dengan kehidupan sekarang.

160 146 9] Berpikir Jauh ke Depan Berpikir jauh ke depan adalah memikirkan segala sesuatu yang mungkin terjadi sebelum melakukan suatu hal, dan memikirkan hal-hal di masa mendatang yang akan dicapai. Memiliki pemikiran ke depan diperlukan agar tidak membuangbuang waktu, dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dengan berbagai pertimbangan. Hal yang berkaitan dengan sikap berpikir jauh ke depan tercantum dalam Suara Kedu edisi 5 Juli 2016 halaman 25, dengan judul artikel Lebaran PDAM Siapkan Tangki Air. Artikel tersebut berisi mengenai persiapan PDAM dalam menghadapi permintaan air minum yang naik di hari lebaran. Hal tersebut dirasa sesuai, karena banyak masyarakat yang mudik ke kampung halaman. Tindakan yang diambil PDAM dalam menambah jumlah tangki air merupakan salah satu contoh dari sikap berpikir jauh ke depan. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Relevan dengan kehidupan sekarang. 10] Menghargai Kesehatan Menghargai kesehatan adalah Menjaga kesehatan dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Menjaga kesehatan diperlukan agar kesehatan diri dan lingkungan tetap terjaga, sehingga dapat terhindar dari berbagai macam penyakit.

161 147 Hal yang berhubungan dengan sikap menjaga kesehatan tercermin pada petugas medis yang siaga melayani para pemudik ketika lebaran, yang tercantum dalam Suara Kedu edisi 5 Juli 2016 halaman 24, dengan judul artikel Petugas Medis Siaga Penuh 24 Jam. Artikel tersebut berisi mengenai usaha tenaga medis dalam menjaga kesehatan para pemudik. Selain menjaga kesehatan para pemudik, petugas medis juga bertugas menangani korban kecelakaan jika terjadi kecelakaan ketika dalam perjalanan pulang ke kampung halaman. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi Relevan dengan kehidupan sekarang. 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Geguritan Karya Eko Wahyudi di kelas XII SMA Pembahasan data rencana pelaksanaan pembelajaran geguritan karya Eko Wahyudi di SMA kelas XII meliputi: : kompetensi inti, kompetensi dasar [KD], indikator, tujuan, materi/ bahan ajar, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, serta sumber dan media pengajaran. Di bawah ini dideskripsikan perencanaan pembelajaran geguritan karya Eko Wahyudi di SMA kelas XII a. Kompetensi Inti Kompetensi inti [KI] merupakan terjemahan atas operasionalisasi standar kelulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan

162 148 pendidikan atau jenjang pendidikan tertentu. Gambaran mengenai kompetensi yang utama dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Aspek-aspek tersebut harus dipelajari peserta didik pada jenjang sekolah, dalam satuan kelas dan mata pelajaran. KI yang menjadi dasar pembelajaran geguritan karya Eko Wahyudi di kelas XII SMA adalah: 1] Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2] Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli [gotong royong, kerjasama, toleran, damai], santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3] Mamahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyabab fenomena dari kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

163 149 4] Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan reatif, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. b. Kompetensi Dasar Kompetensi dasar [KD] adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator. Kompetensi dasar [KD] dalam pembelajaran geguritan karya Eko Wahyudi di kelas XII SMA adalah: 1] Menerima, mensyukuri, menghayati, dan mengamalkan anugerah Tuhan berupa bahasa Jawa dalam bentuk teks geguritan. 2] Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, perduli [gotong royong, kerjasama, toleran, damai], santun, responsif, dan proaktif dalam mengunakan bahasa Jawa melalui teks geguritan. 3] Menelaah teks geguritan. Siswa diminta untuk menelaah geguritan yang telah disediakan yaitu geguritan karya Eko Wahyudi. 4] Menulis geguritan dan membacanya. Siswa diminta untuk menulis geguritan dengan imajinasi mereka masing-masing kemudian diminta untuk membacakannya.

164 150 c. Indikator Pencapaian Indikator adalah penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur mencakupi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sesuai dengan KD yang telah disebutkan di atas, indikator dalam pembelajaran geguritan karya Eko Wahyudi di kelas XII SMA adalah: 1] Menelaah unsur-unsur pembangun teks geguritan karya Eko Wahyudi. Siswa diminta untuk unsur-unsur pembangun teks geguritan karya Eko Wahyudi. 2] Mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam geguritan karya Eko Wahyudidan relevansinya dengan kondisi masyarakat saat ini. Siswa diminta untuk menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam geguritan karya Eko Wahyudidan relevansinya dengan kondisi masyarakat saat ini. 3] Menulis geguritan karya Eko Wahyudi.Siswa dimintauntuk menulis sebuah geguritan dengan imajinasi mereka masingmasing. 4] Membaca indah geguritankarya Eko Wahyudi. Setelah selesai menulis geguritan, siswa diminta untuk membacakannya dengan indah.

165 151 d. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan penggambaran dari proses dan hasil belajar yang diharpkan mampu dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti pembelajaran. Tujuan pembelajaran geguritan karya Eko Wahyudi adalah: 1] Menerima, mensyukuri, menghayati, dan mengamalkan anugerah Tuhan berupa bahasa Jawa dalam bentuk teks geguritan. 2] Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, perduli [gotong royong, kerjasama, toleran, damai], santun, responsif, dan proaktif dalam mengunakan bahasa Jawa melalui teks geguritan. 3] Memahami unsur-unsur pembangun teks geguritan. 4] Mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam geguritan dan relevansinya dengan kondisi masyarakat saat ini. 5] Mampu membaca geguritan dengan sesuai ketentuan yang benar. 6] Menulis geguritan dengan tema tertentu. e. Materi atau Bahan Ajar Materi atau bahan ajar dalam pembelajarn geguritan Pengertian geguritan adalah: 1] Unsur intrinsik geguritan 2] Ciri-ciri geguritan secara umum 3] Teknik membaca geguritan 4] Cara mudah dalam menuli sebuah geguritan 5] Contoh geguritan f. Metode Pembelajaran Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran geguritan adalah model pembelajaran [cooperatif learning], dengan

166 152 pendekatan kelompok. Cooperatif learning adalah model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki tingkat kemampuan berbeda. langkah-langkah model pembelajaran cooperatif learning dapat dilakukan dengan cara berikut. 1. Pada awal pembelajaran, guru memotivasi siswa untuk menemukan dan mengekspresikan keterkaitan mereka terhadap subjek yang akan dipelajari. 2. Guru mengatur siswa untuk membuat kelompok yang masingmasing terdiri dari 4-5 anak. 3. Guru memberikan topik untuk masing-masing kelompok. 4. Setiap siswa dalam kelompok membagi topik yang telah mereka dapat, dan mereka akan bekerja secara individual. Setiap siswa bertanggung jawab terhadap topik kecil masing-masing, karena keberhasilan kelompok bergantung pada mereka. Persiapan topik kecil dapat dilakukan dengan mengumpulkan referensi-referensi terkait. 5. Setelah siswa menyelesaikan pekerjaan masing-masing, selanjutnya mereka mempresentasikan topik kecil kepada teman satu kelompoknya. 6. Siswa didorong untuk memadukan semua topik kecil ke dalam presentasi kelompok. 7. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.

167 Evaluasi. Evaluasi dilakukan pada tiga tingkatan, yaitu pada saat presentasi kelompok, yang dievaluasi oleh kelas, kontribusi indivisual terhadap kelompok dievaluasi oleh teman satu kelompok, presentasi kelompok dievaluasi oleh semua siswa. Model pembelajaran kooperatif ada beberapa tipe, diantarnya adalah tipe Jigsaw. Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai metode pembelajaran kooperatif [Cooperative Learning]. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini guru memperhatikan latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skema pembelajaran agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Pendekatan yang dilakukan oleh peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas XII SMA adalah pendekatan kelompok. Penelitian yang dilakukan peneliti dalam menerapkan pembelajaran geguritan, adalah menggunakan strategi Jigsaw. Strategi Jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi

168 154 tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Aqib [2014: 21] manyatakan bahwa pada model pembelajaran tipe Jigsaw siswa lebih berperan dalam pembelajaran, dengan langkah-langkah sebagai berikut: h. Siswa dikelompokkan kedalam beberapa tim dengan anggota 5-6 orang. i. Setiap siswa dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. j. Setiap siswa dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan. k. Setiap anggota kelompok membaca atau mempelajari sub bab yang sama bertemu dengan kelompok baru [kelompok ahli] untuk mendiskusikan subbab mereka. l. Setelah selesai berdiskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh. m. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa kenai tagihan berupa kuis individu. Metode pembelajarannya menggunakan metode ceramah, metode diskusi, dan tugas. g. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran merupakan langkah-langkah yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah tersebut dipilih oleh guru dan disesuaikan dengan model dan metode

169 155 pembelajaran yang digunakan. Secara garis besar, langkah-langkah dalam pembelajaran geguritan karya Eko Wahyudi kelas XII SMA meliputi pendahuluan, inti, dan penutup. Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran. Pendahuluan ditujukan untuk memotivasi dan memfokuskan perhatian siswa agar dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Hal pertama yang dilakukan dalam kegiatan pendahuluan adalah memberi salam kepada siswa, mengajak siswa untuk berdoa, mengecek kehadiran siswa, dan memberikan motivasi kepada siswa terkait pembelajar yang akan dilaksanakan. Selanjutnya disambung dengan kegiatan inti. Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai suatu kompetensi dasar atau KD. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan inti meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengomunikasikan. 1] Mengamati a] Peserta didik mendengarkan penjelasan dari guru mengenai materi geguritan. b] Mendengarkan pembacaan geguritan dari teman. 2] Menanya

170 156 a] Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang geguritan, baik bertanya kepada guru maupun kepada teman yang laindengan tutur kata yang santun. Gurupun memberikan kilas balik terhadap siswa. 3] Mengupulkan data a] Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk membuat kelompok yang terdiri dari 5-6 orang. b] Guru memberi kesempatan kepada peserta didik secara berkelompok untuk mencari makna, unsur intrinsik 4] Mengasosiasi a] Peserta didik mencatat hasil diskusi dan membuat laporan hasil diskusi untuk dipresentasikan. 5] Mengomunikasikan a] Peserta didik mencatat/ menyempurnakan hasil diskusinya b] Peserta didik melaporkan hasil diskusinya ke depan kelas. c] Peserta didik membuat laporan hasil dikusi untuk dikumpulkan. Kegiatan terakhir adalah penutup, penutup merupakan kegiatan untuk mengakhiri pembelajaran. Kegiatan penutup dapat dilakukan dengan menyimpulkan bersama dari pembelajaran yang telah dipelajari bersama, menyampaikan materi yang akan dibahas minggu depan, memberikan tugas rumah sebagai pendalaman, dan mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan doa dan salam.

171 157 h. Evaluasi Evaluasi dimaksudkan untuk mengamati hasil belajar siswa. Penilaian dalam proses belajar merupakan suatu proses untuk mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Ada tiga komponen penting dalam evaluasi, yaitu [1] teknik evaluasi, [2] bentuk instrumen dan [3] contoh instrumen. Teknik evaluasi dalam pembelajaran geguritan karya Eko Wahyudi kelas XII SMA berupa teknik tes. Bentuk tes yang digunakan adalah tes penugasan, yakni untuk memahami unsur-unsur pembangun teks geguritan karya Eko Wahyudi dan mengetahui nilainilai yang terkandung dalam geguritan karya Eko Wahyudi. i. Sumber dan Media Pembelajaran Sumber belajar adalah bahan ajar yang memuat teks atau materi ajar yang dijadikan rujukan untuk mencapai kompetensi dasar. Sumber ajar yang digunakan dalam pembelajaran geguritan karya Eko Wahyudi adalah: 1] Audiovisual berbasis komputer [laptop dan LCD] 2] Buku antologi geguritan karya Eko Wahyudi 3] Buku LKS SMA kelas XII 4] Kamus Bahasa Jawa

172 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan deskripsi dan pembahasan data di atas, dapat peneliti simpulkan hal-hal sebagai berikut. 1. Nilai budi pekerti yang terkandung dalam buku Prasasti Antologi Geguritan Karya Eko Wahyudi ada lima aspek. Lima aspek tersebut meliputi sikap dan perilaku hubungannya dengan Tuhan, sikap dan perilaku hubungannya dengan diri sendiri, sikap dan perilaku hubungannya dengan keluarga, sikap dan perilaku hubungannya dengan masyarakat bangsa, serta sikap dan perilaku hubungannya dengan alam sekitar. a. Sikap dan perilaku hubungannya dengan Tuhan meliputi: beriman, takwa, dan pengabdian. b. Sikap dan perilaku hubungannya dengan diri sendiri meliputi: menghargai waktu, terbuka, berpikir matang, adil, pengendalian diri, bersemangat, gigih, pengabdian, kasih sayang, berni memikul resiko, setia, bersikap konstruktif, kukuh hati, bijaksana, mawas diri, percaya diri, sabar, dan ulet. c. Sikap dan perilaku hubungannya dengan keluarga meliputi: rasa kasih sayang, hormat, rela berkorban, terbuka, menghargai waktu, dan setia, d. Sikap dan perilaku hubungannya dengan masyarakat dan bangsa meliputi: tegas, hormat, menghargai waktu, dan berpikir jauh ke depan. 158

173 159 e. Sikap dan perilaku hubungannya dengan alam sekitar meliputi: berpikir jauh ke depan, pengabdian, bekerja keras, dan menghargai kesehatan. 2. Relevansi nilai budi pekerti dalam buku Prasasti AntologiGeguritan Karya Eko wahyudi. Hasil penelitian yang berjudul Nilai Budi Pekerti Dalam Buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi yang berhubungan dengan relevansi nilai budi pekerti terhadap kehidupan zaman sekarang adalah sebagai berikut: a. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan, meliputi sikap beriman, takwa, bersikap konstruktif, dan mawas diri. b. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri, yang meliputi sikap bersemangat, gigih, kukuh hati, percaya diri, ulet, dan bekerja keras. c. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga adalah berani memikul resiko. d. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa, meliputi sikap pengabdian, menghargai waktu, terbuka, adil, pengendalian diri, hormat, kasih sayang, setia, bijaksana, sabar, tegas, berpikir jauh kedepan, dan menghargai kesehatan. 3. Nilai budi pekerti dalam buku Prasasti Antologi Geguritan Karya Eko wahyudi dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Rencana pembelajaran yang digunakan adalah dengan sistem kurikulum

174 , melalui metode ceramah, diskusi, demonstrasi, dan tanya jawab. Model pembelajaran yang digunakan adalah CL [Cooperatif Learning] atau kooperatif, dan tipe yang digunakan adalah tipe Jigsaw. Medianya menggunakan audivisual berbasi komputer [laptop dan LCD], buku antologi Prasasti Geguritan karya Eko Wahyudi, buku LKS SMA kelas XI, dan kamus bahasa Jawa. B. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut. 1. Bagi Pembaca a. Kajian nilai budi pekerti terhadap karya sastra, khususnya antologi geguritandapat dikembangkan dengan harapan dapat memberikan nilai dan kriteria, serta apresiasi karya sastra sebagai manifestasi dari penghargaan karya sastra yang sama dengan kajian nilai budi pekerti karya sastra. b. Menambah pengetahuan tentang nilai-nilai budi pekerti yang terkandung dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi praktisi pendidikan, mahasiswa, sastrawan, maupun kalangan yang bergerak di bidang sastra, karena dapat menambah wawasan dan apresiasi terhadap karyasastra Jawa yang berbentuk antologi geguritandan menerapkan

175 161 nilai-nilai budi pekerti dalam buku Prasasti Antologi Geguritan karya Eko Wahyudi. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

176 DAFTAR PUSTAKA Andri Wicaksono Pengkajian Prosa Fiksi. Garudhawaca Online Book Publishing. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Aqib, Zainal Model-model media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual [Inovatif]. Bandung. Yrama Widya. Budianta, Melani. Dkk Membaca Sastra [Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan Tinggi]. Magelang: Indinesiatera. Canadera De Tyas Sagita Nilai Budi Pekerti Dalam Cerita Bersambung Napak Tilas Pada Majalah Djaka Lodang. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Darmadi, Hamid Dasar Konsep Pendidikan Moral.Bandung: Alfabeta. Edi Subroto, D Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Endraswara, Suwardi Budi Pekerti Jawa: Tuntunan Luhur dari Budaya Adiluhung. Jogjakarta: Gelombang Pasang Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS [Certer for Academic Publishing Service. Ginanjar, Nurhayati Pengkajian Prosa Fiksi Teori dan Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka. Hamalik, Oemar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Ismawati, Esti Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra. Surakarta: Yuma Pustaka. Ismawati, Esti Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Ombak Lilik Wahyu U Psikologi Pendidikan. Purworejo. UMP Press. Moleong, J. Lexy Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Muhibbin Syah Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 162

177 163 Nurhayati Pengantar Ringkas Teori Sastra. Yogyakarta: Media Perkasa. Nurul Zuhrian Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara. Purwadi Sejarah Sastra Jawa. Yogyakarta: Panji Pusaka Pengkajian Sastra Jawa. Yogyakarta: Pura Pustaka. Samani, Muchlas dan Hariyanto Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sayuti, Suminto Puisi Sebuah Pengantar Apresiasi. Yogyakarta: Penerbit Ombak Perkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sukirno Membaca Pemahaman Yang Efektif. Purworejo. UMP Press Sutarto Dwi Sutrisno Analisis Struktural dan Nilai Pendidikan Budi Pekerti Geguritan dalam Majalan Panjebar Semangat Serta Relevansinya sebagai Materi Ajar Apresiasi Sastra Jawa di SMA Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Suryani, Elis Filologi. Bogor: Ghalia Indonesia. Teeuw Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. Trianto Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. Wiwien, Widyawati Etika Jawa. Yogyakarta: Pura Pustaka. Widayat, Efendi Teori Sastra Jawa. Yogyakarta: Kanwa Publisher. Shoimin, Aris Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum Yogyakarta. Ar-Ruzz Media. Djamarah, Syaiful B Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta

178 LAMPIRAN

179 Lampiran 1 164

180 165

181 166

182 167

183 Lampiran 2 168

184 2. Takwa 169

185 170

186 3. Bersifat Konstruktif 171

187 4. Mawas Diri 172

188 Bersemangat Suara Kedu, 5 Juli 2016

189 Gigih dan Bekerja Keras Djaka Lodang No. 04. Edisi 25 Juni 2016 Setu Legi, 19 Pasa 1949 Jimawal Halaman 27

190 7. Kukuh Hati dan Terbuka 175

191 8. Ulet 176

192 9. Berani Memikul Resiko 177

193 Menghargai Waktu Djaka Lodang No. 07. Edisi 16 Juli Setu pahing. 10 Sawal 1949 Jimawal

194 11. Pengendalian Diri 179

195 12. Hormat 180

196 13. Kasih Sayang 181

197 14. Setia 182

198 183

199 15. Bijaksana 184

200 Sabar Suara kedu, selasa 5 Juli Halaman 18

201 Berpikir Jauh ke Depan Suara kedu, selasa 5 Juli Halaman 25

202 18. Menghargai Kesehatan 187

203 Suara kedu, selasa 5 Juli Halaman

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề