Jelaskan fungsi masing masing tiga pusat pendidikan

Rabu, 28 November 2018 - 09:30:22 WITA
Tri Sentra Pendidikan Gagasan Ki Hajar Dewantara
Diposting oleh : Administrator
Kategori: Artikel - Dibaca: 401887 kali

Manado - Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai pahlawan pelopor pendidikan di Indonesia. Berbagai gagasan cemerlang membuat namanya dikenang sepanjang masa oleh bangsa ini. Ia lahir pada 2 Mei 1889, dan tanggal itu pula diabadikan sebagai hari pendidikan nasional.

Salah satu gagasan beliau adalah Tri Sentra Pendidikan [Tiga Pusat Pendidikan], yang menerangkan bahwa pendidikan berlangsung di tiga lingkungan yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Ketiganya memiliki peran di dalam proses pendidikan, serta saling mengisi dan memerkuat satu dengan yang lainnya. Tanggung jawab pendidikan tidak hanya pada pemerintah semata, namun termasuk juga keluarga dan masyarakat.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan”.

Lingkungan Keluarga

Keluarga sebagi unit terkecil dari masyarakat terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya [UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga]. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama bagi perkembangan individu anak, karena sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga.

Awal pendidikan anak sebenarnya diperoleh melalui keluarga, dalam dunia pendidikan disebut pendidikan informal. Pembelajaran yang terjadi di dalam keluarga terjadi setiap hari pada saat terjadi interaksi antara anak dengan keluarganya. Peran orang tua menjadi panutan bagi anak-anaknya.

Dalam keluarga, orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk dan mengembangkan karakter dan kepribadian anak. Semakin baik kualitas keluarga, maka kemungkinan besar anak akan tumbuh dan berkembang kepribadian dan karakternya yang berkualitas pula.

Lingkungan Perguruan/Sekolah

Sekolah merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar secara formal atau disebut juga dengan pendidikan formal. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah saat ini lebih tepat mengedepankan fasilitasi kepada peserta didik dalam arti student center bukan teacher center.

Peran guru dalam memasilitasi peserta didik dapat dilakukan dengan banyak cara, satu di antaranya adalah guru tidak lagi memberikan informasi secara searah dalam bentuk ceramah. Guru dapat berperan sebagai fasilitator, motivator atau tutor bagi peserta didik. Materi pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada peserta didik tidak semata-mata hanya terfokus pada satu bidang studi yang terlepas saja, tetapi dapat juga dikaitkan dengan bidang studi yang lain.

Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat mempelajari hubungan antara satu bidang studi dengan bidang studi yang lain, karena memang kenyataannya yang dialami di dunia nyata banyak bidang studi yang tidak berdiri sendiri. Sekolah harus melakukan pembinaan pendidikan untuk peserta didiknya didasarkan atas tuntutan zaman.

Di zaman kekinian, guru dapat juga memasilitasi peserta didik dengan memanfaatkan kelas maya secara gratis [seperti google calssroom, edmodo, schoology, dan yang sejenisnya]. Peran guru dalam kelas maya dapat melakukan proses pembelajaran secara daring [online], sehingga guru dapat berperan sebagai fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar serta dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada peserta didik untuk mengalami peristiwa belajar yang real.

Lingkungan Masyarakat

Dapat dikatakan bahwa masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang saling berinterkasi dalam suatu hubungan sosial. Anak dalam pergaulannya di dalam masyarakat tentu banyak berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya anak bermain dengan teman-temannya di luar rumah, sedangkan secara tidak langsung misalnya anak melihat kejadian-kejadian yang dipertontonkan oleh masyarakat. Anak akan memperoleh pembelajaran di dalam masyarakat tersebut.

Di era milienial seperti sekarang ini, penggunaan teknologi seperti smartphone sudah tidak mengenal batasan usia, tua dan muda sudah tak asing lagi meggunakan smartphone. Kehadiran smartphone menjadikan penggunanya jarang bersosialisasi secara langsung dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Jika dicermati lebih lanjut, pada saat ini informasi dan tontonan yang diterima oleh anak dari masyarakat melalui televisi maupun smartphone masih banyak kita jumpai hal-hal yang sebenarnya belum pantas untuk diterima oleh mereka. [sumber sebagian dikutip dari okezone news].

Penulis : Mul-b-368

Editor   : Maasje Kalalo




0 Komentar :

Isi Komentar :

Imam Pamungkas., S.Pd.I., M.Ag. [Dosen Prodi PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Unisba]  – Istilah Tri Pusat Pendidikan dipopulerkan oleh Bapak Pendidikan Nasional, yaitu Ki Hajar Dewantara. Tri Pusat Pendidikan merupakan tiga sarana utama pendukung dalam pendidikan, khususnya terhadap anak. Sarana tersebut meliputi rumah [keluarga], sekolah [guru], dan masyarakat [lingkungan]. Kita ketahui bahwa pendidikan yang berkembang di rumah [keluarga] termasuk pada pendidikan informal. Pendidikan yang berkembang di sekolah termasuk pada pendidikan formal.

Ketiga sarana pendidikan  tersebut haruslah sejalan dan senantiasa beriringan dalam melaksanakan proses pendidikan. Dengan kata lain, visi dan misi ketiganya harus sama. Kalau pun tidak sama, setidaknya dapat diselaraskan dan disinergiskan. Sehingga satu sama lain dapat saling mengawasi, mengontrol, dan mengevaluasi kegiatan masing-masing. Dengan adanya kesinergisan, maka komunikasi yang terjalin pun tentunya lancar.

Dari ketiga unsur tadi, tentunya yang mudah dilakukan dalam proses komunikasi adalah rumah [keluarga] dengan sekolah [guru]. Terlebih lagi pada saat sekarang, sudah banyak media dan sarana yang memfasilitasi hubungan/komunikasi antara guru dan orang tua, sehingga dapat terjalin dengan mudah. Namun, untuk komunikasi dengan masyarakat dan lingkungan anak, tentunya tidak semudah komunikasi dengan pihak sekolah. Orang tua harus mengetahui detil tentang pergaulan anak di luar sekolah dan rumah.

Untuk itu, dalam membentengi lingkungan anak, maka peran dan tanggungjawab orang tua serta guru sangat diperlukan.

Orang tua

Orangtua dikatakan sebagai penanggungjawab kodrati dikarenakan mereka secara langsung “dititipi” oleh Allah Swt untuk melahirkan, mengurus, merawat, membesarkan, dan mendidiknya. Yang akan dimintai pertanggungjawaban pertama kalinya mengenai anak, baik di dunia apalagi di akhirat adalah orang tua.

 Dalam sebuah hadits disebutkan: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut.” [HR. Bukhari]

Dengan kata lain, mau tidak mau, suka atau tidak, orang tua harus siap mengemban amanat dan tanggungjawab dalam mendidik dan membesarkan anak. Dalam salah satu hadits, Rasulullah Saw bersabda bahwa: “Setiap anak Adam [keturunan Adam] dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” [HR. Bukhari dan Muslim]

Anak merupakan jaminan dan investasi terbesar bagi kedua orang tua, khususnya kelak di akhirat nanti. Seorang anak dapat memasukkan kedua orang tuanya ke surga-Nya, selama anaknya menjadi anak yang sholeh yang selalu mendoakan orang tuanya. Rasulullah Saw bersabda: “Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendo’akannya.” [HR. Bukhari dan Muslim]

Guru

Setelah orang tua yang mendidik anak di rumah, ada pihak lain lagi yang berperan dan bertanggungjawab terhadap pendidikan anak di luar rumah, yaitu guru.

Guru merupakan pendidik yang bertugas untuk menjadi orang tua ketika berada di lingkungan sekolah. Pada dasarnya fungsi dan peran guru terhadap anak di sekolah sama dengan orang tua di rumah. Yang membedakannya adalah kalau sekolah dibatasi oleh kurikulum yang harus sesuai dengan visi dan misi sekolah atau pun dengan pemerintah.

Adanya komunikasi yang dilakukan guru kepada orang tua tersebut tentunya menjadikan tugas guru tersebut menjadi ringan dan mudah. Hal ini karena segala sesuatunya sudah terpantau dan segala permasalahan yang muncul pun akan mudah dicarikan solusi. Bahkan, bisa jadi tindakan pencegahan pun dapat dilakukan manakala komunikasi kedua arah tersebut berjalan dengan baik dan lancar.

Akhirnya lingkungan masyarakat atau tempat dimana anak banyak bermain menjadi penentu berhasil atau tidaknya orang tua dan guru dalam menanamkan kebaikan yang bersumber dari ajaran Islam. Jangan sampai doktrin kebaikan dari rumah dan sekolah dikalahkan oleh doktrin lingkungan yang tak terbendung, yang dapat mengakibatkan terjerumusnya anak pada perilaku yang buruk. [Sumber : Kompas Hal. 34, 10 Februari 2017]

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề