Foto udara merupakan hasil perekaman fotografi yang bisa menjadi data penginderaan jauh. Kelebihan foto udara yaitu memiliki resolusi spasial yang tinggi, cakupan informasi lengkap, objek sesuai kenampakkan aslinya, dan kemampuan merepresentasikan objek tiga dimensi [Sutanto, 1995]. Foto udara memiliki kemampuan 0,4 – 0,7 µm sehingga kenampakkan di lapangan sesuai warna sebenarnya [gelombang tampak]. Berdasarkan arah sumbu kamera, foto udara dibagi menjadi foto udara vertikal dan condong. Warner et al. [1997] memperjelas batasan foto udara vertikal adalah foto udara yang diambil dengan kemiringan sumbu 0° [tegak lurus] hingga maksimal 5°. Foto condong masih dapat dibagi lagi menjadi dua, foto agak condong dengan nilai kecondongan lebih dari 5° dan foto sangat condong dimana cakrawala terlihat dalam foto tersebut. Foto vertikal secara teknis memiliki nilai ketergunaan yang lebih tinggi daripada foto condong. Berikut ini klasifikasi fotografi :
Fotogrametri terestrial [Wolf, 1993] merupakan cabang ilmu fotogrametri dengan meletakkan kamera pada permukaan bumi. Kamera dapat dipegang dengan tangan, dipasang pada kaki kamera atau dipasang pada menara ataupun dengan alat penyangga lain yang dirancang secara khusus. Istilah “fotogrametri jarak dekat” pada umumnya digunakan untuk foto terrestrial yang mempunyai jarak objek sampai dengan 300 meter. Orientasi kesudutan kamera biasanya dapat juga diukur atau disetel pada nilai-nilai tertentu sehingga semua unsur orientasi luar foto terrestrial pada umumnya diketahui dan tidak perlu dihitung.
Foto terestrial dapat statis [foto objek tetap] atau dinamis [foto objek bergerak]. Untuk foto statis, dapat digunakan film yang lambat, berbutir halus, dan dengan resolusi tinggi dan gambar dibuat dengan waktu pembukaan lensa lama. Pasangan stereoskopik dapat diperoleh dengan menggunakan kamera tunggal yang melakukan pemotretan pada kedua ujung garis basis. Dalam pengambilan foto terrestrial dinamis, perlu digunakan film cepat dan penutupan lensa dengan kecepatan tinggi. Fotogrametri terrestrial menjadi alat yang sangat berguna dikarenakan pengukuran objek yang sukar dicapai untuk pengukuran langsung dan tanpa menyentuh objek [Wolf, 1993]. Foto terestrial adalah foto yang dibuat dari darat dengan keunggulan memiliki resolusi spasial yang tinggi, harga murah, calupan luas wilayah yang sempit, dan ketelitian metrik yang rendah [Sutanto, 1995].Foto udara adalah foto yang dibuat dengan menggunakan wahana tertentu yaitu wahana udara [balon, pesawat terbang] yang memiliki resolusi spasial yang tinggi dan liputan wilayah yang lebih sempit dibanding dengan foto satelit [Sutanto, 1995]. Klasifikasi berdasarkan kedudukan sumbu kamera pada saat pemotretan :
- Foto udara tegak atau vertikal
Foto udara tegak terbagi dua, yaitu : Foto udara tegak dengan sumbu kamera benar-benar vertikal 00 dan foto udara tegak dengan kemiringan sumbu kamera terhadap tilt kurang lebih 30 [Sutanto, 1995]. Foto udara vertikal jika sumbu kamera tegak lurus dengan pusat objek yang akan direkam. Titik pusat foto udara berimpit dengan titik prinsipal dan titik nadir. Kamera lansung tegak lurus ke bawah permukaan. Pengenalan terhadap objek relatif sulit tetapi relatif mudah digunakan untuk pengukuran . Foto udara tegak banyak digunakan karena memiliki geometrik objek secara vertikal dan lebih presisi. Warner et al. [1997] meyebutkan kelebihan foto udara ini yaitu skala pada foto udara vertikal hampir sama sehingga memudahkan dalam pengukuran dan tingkat ketelitian hasil lebih tinggi, objek-objek pada hasil rekaman memiliki skala yang hampir seragam sehingga memudahkan pengamatan stereoskopis, dan penentuan arah pada foto udara vertikal lebih mudah, foto udara vertikal bisa menjadi pengganti peta jika ditambahkan referensi sistem koordinat.
skema foto udara vertikal pada medan datar [Aber et al, 2010]- Foto udara condong atau oblique
Foto condong adalah foto yang arah sumbu kameranya menyudut terhadap garis normal, dengan kecondongan 100 atau lebih besar [Sutanto, 1995]. Foto udara miring yaitu orientasi kamera kearah samping dari pesawat udara dan pengenalan terhadap objek relatif mudah namun sulit digunakan dalam pengukuran. Foto udara miring atau obliq terdiri dari foto udara miring rendah [low oblique] dan foto udara miring tinggi [high oblique]. Perbedaannya foto udara miring rendah memiliki sudut terhadap garis normal yang kecil dengan sudut > 30. Liputan yang dihasilkan lebih luas dari liputan foto tegak dengan ketelitian metrik lebih rendah dari foto udara tegak. Kelebihan foto udara condong yaitu cakupan wilayah pemotretan lebih luas dibanding foto udara vertikal, sebagai alternatif jika suatu daerah diliputi awan sehingga dapat menggunakan foto udara condong, objek lebih bersifat alamiah karena kenampakkan profil seperti pandangan pengamat. Sedangkan, foto udara sangat condong memiliki sudut yang besar sehingga cakrawala tampak pada foto. Hasil liputannya lebih luas dari foto agak condong dan ketelitian metriknya lebih rendah dari foto agak condong.
Jenis foto udara berdasarkan sudut pengambilan gambar [Sutanto, 1995]Sumber :
Sutanto.1995.Penginderaan Jauh Jilid 1. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Wolf, Rpaul. 1983. Elemen Fotogrametri Dengan Interpretasi Foto Udara dan Penginderaan Jauh. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Aber et al. 2010. Small Format Aerial Photogrametry.Principles,Techniques and Geoscience Application. Netherland : Elsevier.
Salam Sedekah Ilmu
See You The Next Article Guys… 🙂