Kota yang diserang bangsa Romawi dan berhasil dikuasai kembali oleh pasukan Utsman bin Affan adalah

Ilustrasi - Utsman bin Affan.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Utsman bin Affan adalah khalifah ketiga dalam daftar khulafaurrasyidin.

Utsman menggantikan Umar bin Khattab yang meninggal dunia karena dibunuh.

Beberapa saat sebelum meninggal, Umar bin Khattab r.a. tidak menunjuk seseorang yang akan menggantikan kedudukannya.

Ketika beliau didesak untuk menunjuk seorang pengganti, beliau menjawabya dengan bijaksana:

”Andaikata saya menunjuk siapa yang akan menjadi khalifah sesudah saya, maka telah ada seseorang yang lebih baik daripada saya yang telah melakukan hal ini [yakni Abu Bakar telah melakukan penunjukan]. Dan kalau saya tidak menunjuk, telah pernah pula yang lebih baik dari saya [maksudnya Rasulullah Saw.] yang berbuat demikian”.

• Mengapa Utsman bin Affan Diberi Gelar Dzun Nuraini?

Meskipun tidak menunjuk seseorang yang akan menggantikan kedudukannya, akan tetapi beliau menyarankan agar khalifah berikutnya adalah salah satu dari enam sahabat yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW.

Mereka adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair bin ’Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Abdurrahman bin ’Auf.

Dewan pemilihan khalifah yang beranggotakan enam sahabat ini disebut ahlul halli wal aqdi.

Dari keenam sahabat pilihan khalifah Umar di atas, maka sahabat Usmanlah yang terpilih menjadi khalifah yang menggantikan khalifah Umar bin Khattab.

Khalifah Usman dipilih menjadi khalifah pada saat berusia 70 tahun.

• Prestasi Abu Bakar as Siddiq Selama Menjadi Khalifah

Halaman selanjutnya arrow_forward

Sumber: Tribun Pontianak

tirto.id - Terjadi peristiwa penting dalam sejarah Islam pada 1 Ramadan 21 Hijriah atau tahun 641 Masehi. Saat itu, pasukan kaum muslimin untuk pertamakalinya menaklukkan Mesir di bawah pimpinan Amru bin Al-Ash yang sebelumnya berhasil merebut Suriah, Palestina, dan Yordania.

Mesir kala itu menjadi bagian dari kekuasaan Kekaisaran Bizantium atau Imperium Romawi Timur. Satu dekade sebelumnya, wilayah ini sempat dikuasai Dinasti Sasaniyah dari Persia. Namun, Bizantium berhasil merebutnya kembali sebelum akhirnya tunduk oleh serbuan pasukan muslim dari Arab.

Sebelum wafatnya Nabi Muhammad pada 632 M, Amru bin Al-Ash ditugaskan sebagai penarik zakat di kawasan perbatasan Syam atau Suriah. Pada era Abu Bakar Ash-Shiddiq [632-634 M], dikutip dari buku Khalid bin Al-Walid: Panglima yang Tak Terkalahkan karya Manshur Abdul Hakim [2010], Amru diberi tugas baru sebagai salah satu panglima pasukan muslim.

Peran itu berlanjut pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab [634-644 M]. Sebelum menaklukkan Mesir, Amru telah berhasil menundukkan beberapa wilayah termasuk Syam, Palestina, dan Yordania. Hingga akhirnya, Umar memberikan Amru misi serupa dengan tujuan merebut Mesir yang terletak di Afrika bagian utara.

Hepi Andi Bastoni dalam Wajah Politik Muawiyah bin Abu Sufyan [2012] mengungkapkan, Amru hanya diberi 6 ribu orang prajurit [sumber lain ada yang menyebut 4 ribu] dalam misi ke Mesir tersebut. Pasalnya, pasukan inti dibutuhkan untuk berjaga-jaga dari serangan Irak yang saat itu berada di bawah kendali Dinasti Sasaniyah [Persia].

Baca juga: Yazdegerd III, Penjaga Terakhir Persia Sebelum Era Islam

Misi Penaklukan Mesir

Amru bin Al-Ash memimpin pasukan Arab, yang sebagian besar terdiri dari pasukan berkuda, menuju Mesir. Dari Suriah hingga perbatasan Palestina, rombongan prajurit ini bergerak ke Rafah lalu berbelok ke Arisy yang sudah termasuk wilayah Mesir.

Umar bin Khattab yang terus memantau pergerakan Amru sempat khawatir karena jumlah pasukan yang dibawa ke Mesir jauh lebih sedikit ketimbang angkatan perang Romawi. Khalifah Umar kemudian mengirim surat kepada Amru.

“Apabila suratku sampai kepadamu sebelum engkau memasuki Mesir, maka kembalilah. Tetapi jika engkau sudah memasukinya, lanjutkanlah dengan keberkahan dari Allah," perintah Umar kepada Amru.

Amru menerima surat tersebut sesaat setelah memasuki wilayah Arisy di pinggiran Mesir. Oleh karena itu, Amru memutuskan untuk melanjutkan misi merebut Mesir dari cengkeraman Romawi.

Dari Arisy, mereka bergerak ke selatan hingga tiba di benteng bernama Farama. Dikutip dari Buku Pintar Sejarah Islam [2014] karya Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, di sinilah terjadi pertempuran pertama antara pasukan muslim dan Romawi meletus. Perang berlangsung selama satu bulan dan dimenangkan oleh pasukan Amru.

Pasukan Amru sempat mengalami kesulitan saat hendak menyeberangi Sungai Nil. Amru pun meminta bantuan kepada Khalifah Umar dan dikirimkanlah pasukan yang menambah jumlah barisan tempur pimpinan Amru menjadi 12 ribu orang.

Baca juga: Alasan Umar bin Khattab Menolak Salat di Gereja

Strategi Amru dan datangnya tentara bantuan membuat pasukan Romawi terisolasi dan dapat dihancurkan. Benteng serta pos-pos militer terpenting Romawi pun bisa direbut oleh pasukan Arab. Misi penaklukkan Mesir pun berhasil dengan gemilang.

Berkat keberhasilan itu, Amru bin Al-Ash diangkat sebagai Gubernur Mesir dan menjadikan Kota Fustat [sekarang Kairo] sebagai pusat pemerintahan. Sebelumnya, pada 18 Hijriah atau 639 Masehi, Khalifah Umar juga telah menunjuknya sebagai Gubernur Palestina dan Yordania.

Baca juga artikel terkait SEJARAH ISLAM atau tulisan menarik lainnya Anggit Setiani Dayana
[tirto.id - asd/isw]


Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Iswara N Raditya

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Jakarta -

Perang Tabuk sejatinya urung terjadi. Ratusan ribu tentara Romawi di bawah pimpinan Kaisar Heraklius mundur sebelum berperang karena gentar dengan 30 ribu pasukan Islam yang dipimpin langsung Rasulullah shollallahu 'alaihi wa salam . Seperti apa kisahnya?

Sejarah

Sejumlah riwayat menyebutkan peristiwa Tabuk terjadi pada musim panas di bulan Rajab sekitar tahun ke-9 Hijriyah. Pemicu awal adalah kekalahan pasukan Romawi dari tentara Islam dalam Perang Mu'tah pada tahun ke-6 Hijriyah.

Heraklius merasa dipermalukan dan begitu murka. Tentaranya yang berjumlah dua ratus ribu kalah oleh tiga ribuan pasukan muslim. "Tentara kita sanggup mengalahkan tentara Persia. Mustahil mereka tidak bisa mengalahkan orang Arab yang tidak beradab itu," kata dia seperti dikutip dari Buku, 'The Kalifah' karya Abdul Latip Talib.

Perdana Menteri Romawi berusaha menenangkan sang Kaisar Heraklius. Dia menyebut bahwa tentara Romawi sedang kelelahan setelah mengalahkan pasukan Persia.

Satu satunya jalan untuk memilihkan kekuatan pasukan adalah dengan memberi mereka cuti selama enam bulan. Heraklius menyetujui usulan si Perdana Menteri. Maka pasukan Romawi pun diberikan cuti selama enam bulan sambil Heraklius menyusun strategi untuk menyerang tentara Islam.

Setelah masa cuti berakhir, Heraklius memimpin langsung ratusan ribu pasukannya untuk mengalahkan tentara Islam. Pasukan Romawi bergerak ke wilayah utara Jazirah Arab dan menaklukkan Irak, Mesir, dan Damsyik. Mereka kemudian membuat basis pertahanan di Semenanjung Palestina.

Berita pendudukan wilayah Arab oleh pasukan Romawi terdengar oleh Nabi Muhammad SAW. Sang penghulu Rasul yang lemah lembut itu pun tak ingin berdiam diri, membiarkan pasukan Heraklius menduduki lebih jauh jazirah Arab apalagi sampai menyerang Madinah.

Strategi dan Persiapan Tentara Islam

Suasana Masjid Nabawi hari itu penuh sesak, ketika Nabi Muhammad SAW mengumumkan akan menghadang Pasukan Romawi yang akan menyerang Madinah. Para sahabat berebut menginfakan harta mereka untuk membiayai perang. Ada yang menyumbang uang, kuda, unta juga makanan.

Rasulullah saat itu merahasiakan lokasi yang akan dijadikan tempat untuk menghadang pasukan Romawi. Namun melihat posisi pasukan Romawi saat itu yakni di Semenanjung Palestina, memberangkatkan pasukan dari Madinah bukan perkara mudah. Apalagi ketika itu adalah musim panas.

Sementara Tabuk, dikutip dari Sirah Nabawiyah karya Abdul Hasan 'Ali al-Hasani an-Nadwi, adalah sebuah tempat yang terletak di tengah-tengah antara Damaskus dengan Madinah. Kurang lebih jaraknya 760 kilometer dari Kota Madinah.

Setelah semua persiapan siap, Rasulullah SAW sendiri yang memimpin 30.000 pasukan Islam berangkat menghadang pasukan Romawi. Tak ada literatur yang menyebut secara pasti, hari dan waktu keberangkatan pasukan Islam ini.

Heraklius Ragukan Kekuatan Tentara Islam

Kaisar Heraklius ragu kekuatan tentara Islam bisa sampai di basis pasukan Romawi. "Dalam cuaca yang sangat panas seperti ini, unta pun tidak mampu melewati padang pasir, apalagi manusia. Orang-orang Arab itu [tentara Islam] akan mati kekeringan di padang pasir," kata dia.

Namun nyatanya saat itu, kata salah seorang prajurit Romawi, tentara Islam sudah hampir sampai di tempat pasukan Romawi membangun markas. Heraklius pun heran. "Mereka [tentara Islam] itu manusia atau bangsa jin?" kata Heraklius heran.

Heraklius Mulai Gentar

Dalam perjalanan menuju markas tentara Romawi, pasukan Islam menaklukkan wilayah Daumatul Jandal. Saat itu daerah yang dipimpin Akidar bin Abdul Malim tersebut masih mendukung Romawi.

Heraklius mulai cemas dan mulai mengumpulkan pendapat dari bawahannya. Atas saran dari bawahannya, Pasukan Romawi mundur dari jazirah Arab wilayah yang pernah mereka taklukkan.

Perang Terakhir Rasulullah SAW

Saat tentara Islam tiba di Tabuk, pasukan Romawi sudah mundur. Panglima Khalid bin Walid meminta izin untuk mengejar Heraklius dan tentaranya. Namun Nabi Muhammad SAW mencegah.

Kepada tentara Islam, putra Abdullah bin Abdul Muthalib itu mengatakan bahwa kedatangan pasukan muslim ke Tabuk adalah untuk merebut kembali wilayah Arab yang ditaklukkan Romawi. Pasukan Islam sudah membuat gentar tentara Romawi.

Setelah sepuluh hari berada di Tabuk, tentara Islam kembali ke Madinah. Tepatnya pada 26 Ramadhan tahun ke-9 Hijriyah. Perang Tabuk menjadi perang terakhir Nabi Muhammad SAW.

[pay/erd]

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề