Makalah persamaan dan PERBEDAAN ilmu filsafat dan agama

You're Reading a Free Preview
Pages 6 to 12 are not shown in this preview.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filsafat berasal dari bahasaYunani, philosophia atau philosophos. Philos atau philein berarti teman atau cinta, dan shopia shopos kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah.atau berarti. Filsafat berarti juga mater scientiarum yang artinya induk dari segala ilmupengetahuan. Filsafat dan Ilmu adalah duakata yang saling berkaitan baik secara substansial maupun historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Ilmu atau Sains merupakan komponenter besar yang diajarkan dalam semua strata pendidikan. Walaupun telah bertahun-tahun mempelajari ilmu, pengetahuan ilmiah tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu dianggap sebagai hafalansaja, bukan sebagai pengetahuan yang mendeskripsikan, menjelaskan,memprediksikan gejala alam untuk kesejahteraan dan kenyamananhidup. Kini ilmu telah tercerabut dari nilai luhur ilmu, yaitu untuk menyejahterakan umat manusia. Bahkan tidak mustahil terjadi, ilmu dan teknologi menjadi dibencana bagi kehidupan manusia, seperti pemanasan global dan dehumanisasi. Ilmu dan teknologi telah kehilangan rohnya yang fundamental, karena ilmu telah mengurangi bahkan menghilangkan peran manusia, dan bahkan tanpa disadari manusia telah menjadi budakilmu dan teknologi. Oleh karena itu, filsafat ilmu mencoba mengembalikan roh dan nilai luhur dari ilmu, agar ilmu tidak menjadi boomerang bagi kehidupan manusia. Filsafat ilmu akan mempertegas bahwa ilmu dan teknologi adalah instrument dalam mencapai kesejahteraan bukan tujuan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari filsafat, ilmu, dan agama ?

2. Bagaimana persamaan dan perbedaan antara filsafat, ilmu, dan agama ?

3. Bagaimana hubungan antara filsafat, ilmu, dan agama ?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

1. Mengetahui pengertian dan maksud dari filsafat,ilmu, dan agama

2. Mengetahui apa persamaan dan perbedaan antara filsafat, ilmu, dan agama

3.  Mengetahui apa hubungan antara filsafat, ilmu, dan agama


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat, ilmu, dan agama

2.1.1 Pengertian Filsafat

Secara etimologis, istilah filsafat merupakan padanan kata “falsafah” [bahasa arab] dan “philosophy” [bahasa inggris], yang berasal dari bahasa Yunani “philosophia”. Kata “philosophia” adalah kata majemuk yang terdiri dari dua kata, “philos” dan “shopia”.Kata “philos” berarti cinta [love] atau sahabat, dan “shopia” berarti kebijaksanaan [wisdom], kearifan, dan pengetahuan. Sehingga secara estimologis, kata filsafat berarti “love of wisdom” atau cinta kebijaksanaan, cinta kearifan, cinta pengetahuan, atau sahabat kebijaksanaan, sahabat kearifan, dan sahabat pengetahuan.

Lebih dari itu, kaum sophis menjajakan kepandaiannya untuk mengambil untung dari lawan-lawan debatnya atau masyarakat yang diajarinya dengan menarik bayaran tertentu.Di tangan kelompok ini, kata “sophis” [arif] kehilangan arti aslinya dan kemudian menjadi seseorang yang menggunakan hujah-hujah yang keliru untuk mengalahkan lawan dialognya.Lepas dari siapa yang menyebut pertama kali istilah philosophia atau filsafat, yang jelas pada masa Socrates dan Plato istilah tersebut sudah cukup popular.

Dalam memahami apa sebenarnya filsafat, kita tidak cukup hanya mengetahui asal-usul dan arti istilah yang digunakan, melainkan juga harus memperhatikan konsep dan definisi yang diberikan oleh para filsuf menurut pemahaman mereka masing-masing. Akan tetapi, perlu dikatakan pula bahwa definisi yang diberikan para filsuf tidak selalu sama. Bahkan, dapat dikatakan setiap filsuf memiliki konsep dan definisi sendiri-sendiri yang berbeda dengan filsuf lainnya.Karena itu, ada yang mengatakan bahwa jumlah konsep dan definisi filsafat itu sebanyak jumlah filsuf atau ahli filsafat itu sendiri.

Ilmu filsafat itu sangat luas lapangan pembahasannya. Tujuannya ialah mencari hakihat kebenaran dari segala sesuatu, baik dalam kebenaran berpikir [logika], berperilaku [etika], maupun dalam mencari hakikat atau keaslian [metafisika]. Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis [asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk] yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat dan sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika di sini sama artinya dengan filsafat moral. Manusia mempunyai seperangkat pengetahuan yang bisa membedakan antara benar dan salah, baik dan buruk. Namun penilaian ini hanya bisa dilakukan oleh orang lain yang melihat kita. Orang lain yang mampu memberikan penilaian secara objektif dan tuntas, dan pihak lain yang melakukan penilaian sekaligus memberikan arti adalah pengetahuan yang disebut filsafat. Filsafat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari kita

Berikut ini beberapa definisi dari beberapa filsuf dan ahli filsafat.

1.      Para filsuf pra-Socrates

Para filsuf pra-Socrates mempertanyakan tantang arche, yakni awal mula atau asal-usul alam dan berusaha menjawabnya dengan menggunakan logaos dan rasiotanpa percaya lagi pada jawaban mitos atau legenda.Oleh sebab itu, bagi mereka, filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk memahami hakikat alam dan realitas dengan mengandalakan akal budi.

2.      Plato

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada.

3.      Aristoteles

Filsafat adalah ilmu pengetahun ang senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas yang ada.

4.      William James

Filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berpikir yang jelas dan terang.

5.      Kesimpulan Poedjawijanto

Filsafat adalah ilmu [tentan segala sesuatu] yang menyelidiki keterangan atau sebab yang sedalam-dalamnya.

6.      Phytagoras

Ditasbihkan sebgai orang yang pertamakali menggunakan kata fhilosofia yangberarti pecinta kebijaksanaan [lover of wisdom] bukan kebijaksanaan itu sendiri.

Dari serangkaian definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafatadalah  proses berfikir secara radikal, sistematik, dan universal terhadap segala yang ada dan yang mungkin ada. Dengan kata lain, berfilsafat berarti berfikir secara radikal [mendasar, mendalam, sampai ke akar-akarnya], sistematik [teratur, runtut, logis, dan tidak serampangan] untuk mencapai kebenaran universal [umum, terintegral, dan tidak khusus serta tidak parsial].

2.1.2 Pengertian Ilmu

Ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang mempunyai cirri tertentu yang sesuai dengan teori dan kenyataan yang ada. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui manusia dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Kata ilmu dalam pengertian teknis operasional ialah kesadaran tentang realitas. Pengertian ini didap[at dari makna – makna ayat yang ada dalam Al-quran. “orang yang memiliki kesadaran tentang realitas melewati pendengaran , penglihatan, dan berpikir rasional dalam mengfhadapi kebenaran” [QS, 17 ; 36].

Ilmu bukan sekadar pengetahuan [knowledge], tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.

Ciri Utama Ilmu:

·           Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas keyakinan kepada yang gaib dan penghayatan serta pengalaman pribadi

·           Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek [atau alam obyek] yang sama dan saling berkaitan secara logis. Karena itu, koherensi sistematik adalajh hakikat ilmu. Prinsip-prinsip obyek dan hubungan-hubungannya yang tercermin dalam kaitan-kaiatan logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip metafisis obyek menyingkapkan dirinya sendiri kepada kita dalam prosedur ilmu secara lamban, didasarkan pada sifat khusus intelek kita yang tidak dapat dicarikan oleh visi ruhani terhadap realitas tetapi oleh berpikir

·           Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapan

·           Ciri hakiki lainnya dari ilmu ialah metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan ide yang terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu menuntut pengamatan dan berpikir metodis, tertata rapi. Alat Bantu metodologis yang penting adalah terminology ilmiah. Yang disebut belakangan ini mencoba konsep-konsep ilmu.

Ilmu pengetahuan adalah anak dari filsafat. Filsafat disebut sebagai “ Ibu dari Ilmu Pengetahuan” Mother of Science.

Ilmu pengetahuan itu adalah filsafat, dan filsafat adalah ilmu pengetahuan. Dengan demikian, jelas terlihat bahwa pada umumnya filsafat mencakup keseluruhan ilmu pengetahuan.  Namun hal yang didapatkan dari ilmu pengetahuan, itu masih bersifat sementara, dan membuutuhkan penyempurnaan dan perbaikan.

2.2.3 Pengertian Agama

Tidak mudah bagi kita untuk menentukan pengertian agama, karena agama bersifat bathiniah, subjektif, dan individualitas. Kalau kita membicarakan agama akan dipengaruhi oleh pandangan pribadi dan juga pandangan agama yang kita anut. Agama menuntut pengetahuan untuk beribadah yang merupakan hubungan manusia dengan tuhan.

Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “agama” yang berarti tradisi. Pada konsep yang sama dalam bahasa latin disebut “religio” yang berarti mengikut kembali  yang bermaksud mengikat dirinya kepada tuhan.

Secara liguistik, din berarti ketaatan dan balasan. Penulis kitab Magayisul Lughah mengatakan bahwa asal dan akar kata ini berarti penghambaan dan kehinaan [tunduk]. Sedangkan Raghib dalam Mufradai-nya mengatakan bahwa agama berarti ketaatan dan balasan. Oleh karena itu, Syariat dinamakan din karena lazim ditaati.

Menurut para pemikir Barat definisi agama antara lain, agama adalah insting, aksi, dan kondisi spiritual yang “menjangkiti” sekelompok orang tertentu dalam kesendirian mereka di hadapatn Tuhan [William james adalah seorang filsuf sekaligus psikolog berkebangsaan Amerika. Ia hidup pada tahun 1842-1910] Agama berarti sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaikan dan kewajiban – kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan itu.

Agama adalah tiruan dari filsafat. Menurutnya, baik agama maupun filsafat berhubungan dengan realitas yang sama. Keduanya terdiri dari subjek-subjek yang serupa dan samasama melaporkan prinsip-prinsip tertinggi wujud [yaitu, esensi Prinsip Pertama dan esensi dari prinsip-prinsip kedua nonfisik].

Keduanya juga melaporkan tujuan puncak yang diciptakan demi manusia yaitu,kebahagiaan tertinggi dan tujuan puncak dari wujud-wujud lain. Agama memaparkan laporannya berdasarkan imajinasi. Dalam setiap hal yang didemonstrasikan oleh filsafat, agama memakai metode-metode persuasif untuk menjelaskannya gagasan-gagasan itu diketahui dengan membayangkannya lewat kemiripan-kemiripan yang merupakan tiruan dari mereka, dan pembenaran terhadap apa yang dibayangkan atas mereka disebabkan oleh metode-metode persuasif, maka orang-orang terdahulu menyebut sesuatu yang membentuk pengetahan-pengetahuan ini agama. Jika pengetahuan-pegetahuan itu sendiri diadopsi, dan metode-metode persuasif digunakan, maka agama yang memuat mereka disebut filsafat populer, yang diterima secara umum, dan bersifat eksternal

2.2 Persamaan dan Perbedaan Filsafat, ilmu, dan agama

2.2.1 Persamaan Filsafat, Ilmu dan agama

·           Ketiganya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya.

·           Ketiganya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya.

·           Ketiganya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.

·           Ketiganya mempunyai metode dan sistem.

·           Ketiganya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia [obyektivitas], akan pengetahuan yang lebih mendasar.

2.2.2 Perbedaan Filsafat, Ilmu dan agama

·           Obyek material [lapangan] filsafat itu bersifat universal [umum], yaitu segala sesuatu yang ada [realita]. Sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu.

·           Obyek formal [sudut pandangan] filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita.

·           Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya.

·           Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.

·           Filsafat memberikan penjelasan yang terakhar, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar [primary cause] sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder [secondary cause].

·           Filsafat dan ilmu bersumber pada kekuatan akal, sedangkan agama bersumber pada wahyu.

·           Filsafat didahului oleh keraguan, ilmu didahului oleh keingintahuan, sedangkan agama diawali oleh keyakinan.

2.3 Hubungan antara filsafat, ilmu, dan agama

Hubungan antara filsafat dan agama dalam sejarah kadang-kadang dekat dan baik, dan  kadang-kadang jauh dan buruk. Ada kalanya para agamawan merintis perkembangan filsafat. Ada kalanya pula orang beragama merasa tercantum oleh pemikiran filosof yang kritis dan tajam. Para filosof sendiri kadang-kadang memberi kesan sombong, sok tahu, meremehkan wahyu dan iman sederhana umat. Kadang-kadang juga terjadi bentrokan, di mana filosof menjadi korban kepicikn dan kemunafikan orang-orang yang mengatas- namakan agama seperti :

a. Socrates dipaksa minum racun atas tuduhan atheism padahal ia justru berusaha mengantar kaum muda kota Athena kepada penghayatan keagamaan yang lebih mendalam.

b. Filsafat Ibn Rusyd dianggap menyeleweng dari ajaran-ajaran islam, ia ditangkap, diasingkan dan meninggal dalam pembuangan.

c. Abelard [1079-1142] yang mencoba mendamaikan iman dan pengetahuan mengalami berbagai penganiayan.

d. Thomas Aquinas [1225-1247], filosof dan teologi terbesar Abad Pertengahan, dituduh kafir karena memakai pendekatan Aristoteles [yang diterima para filosof Abad Pertengahan dari Ibn Sina dan Ibn Rusyd]

e. Giordano Bruno dibakar pada tahun 1600 di tengah kota Roma. Sedangkan do zaman modern tidak jarang seluruh pemikiran filsafat sejak dari aufuklarung dikutuk sebagai anti agama dan atheis.

            Filsafat sekurang-kurangnya dapat menyumbangkan empat pelayanan pada agama :

1. Pertama. Menjelaskan makna wahyu Tuhan sampai mendekati makna yang sesungguhnya

2. kedua. Mensistematiskan, membetulkan dan memastikan ajaran agama berdasarkan wahyu

3. Ketiga. Filsafat dapat membantu agama dalam menghadapi masalah-masalah baru.

4. Keempat yang dapat diberikan oleh filsafat kepada agama diberikan melalui fungsi kristisnya

Wilayah ilmu berbeda dengan wilayah agama. Jangankan ilmu, akal saja tidak sanggup mengadili agama. Para ulama sekalipun, meski mereka meyakini kebenaran yang dianut tetapi tidak berani mengklim kebenaran yang dianutnya. Oleh karenba itu mereka selalu menutup pendapatnya dengan kalimat “wallohu a’lamu bissawab”, bahwa hanya Allah-lah yang lebih tahu mana yang benar. Wilayah agama, wilayah ilmu pengetahuan, dan wilayah filsafat memang berbeda. Agama mengenai soal kepercayaan dan ilmu mengenai soal pengetahuan. Pelita agama ada di hati pelita ilmu ada di otak. Meski areanya berbeda sebagaimana dijelaskan di atas, ketiganya saling berkait dan berhubungan timbal balik. Agama menetapkan tujuan, tapi ia tidak dapat mencapainya tanpa bantuan ilmu pengetahuan dan filsafat. Ilmu yang kuat dapat memperkuat keyakinan keagamaan. Agama senantiasa memotifasi pengembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan akan membahayakan umat manusia jika tidak dikekang dengan agama. Dari sini dapat diambil konklusi bahwa ilmu tanpa agama buta dan agama tanpa ilmu lumpuh.

Hubungan ilmu dengan agama . gama berbeda dengan sains dan filsafat karena agama menekankan keterlibatan pribadi, walaupunh kita dapat sepakat tidak ada definisi agama yang dapat diterima secara universal. Kemajuan spiritual manusia dapat diukur dengan tinggi nilai yang tak terbatas yang ia berikan kepada objek yang ia sembah. Seorang yang religiusmerasakan adanya kewajiban yang takbersyarat terhadap zat yang dia anggap sebagai sumber yang tertinggi bagi kepribadian dan kebaikan

Dalam agama sekurang – kurangnya ada empat ciri yang dapat kita kemukakan, yaitu :

1. Adanya kepercayaan terhadap yang gaib, kudus, maha agung dan pencipta alam semesta [Tuhan]

2. Melakukan hubungan dengan hal – hal diatas, dengan berbagai cara. Seperti dengan mengadakan acara – acara ritual, pemujaan, pengabdian, dan do’a

3. Adanya suatu ajaran [doktrin] yang harus dijalankan oleh setiap penganutnya.

4. Menganut ajaran Islam, ajaran tersebut diturunkan oleh Tuhan tidak langsung kepada seluruh  umat manusia, melainkan kepada Nabi – nabi dan Rasulnya. Maka menurut ajaran islam adayan rasul dan kitab suci merupakan ciri khas dari pada agama

Menurut Am. Saefudin, filsafat dapat ditempatkan pada posisi maksimal pemikiran manusia yang tidak mungkin pada taraf tertentu dijangkau oleh ilmu. Menafikan kehadiran filsafat, sama artinya dengan melakukan penolakan terhadap kebutuhan riil dari realitas kehidupan manusia yang memiliki sifat untuk terus maju.

Ilmu dapat dibedakan dengan filsafat. Ilmu bersifat pasteriori. Kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-pengujian secara berulang-ulang. Untuk kasus tertentu, ilmu bahkan menuntut untuk diadakannya percobaan dan pendalaman untuk mendapatkan esensinya. Sedangkan filsafat bersifat priori, yakni; kesimpulan-kesimpulannya ditarik tanpa pengujian. Sebab filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti dimiliki ilmu. Karena filsafat bersifat spekulatif dan kontemplatif yang ini juga dimiliki ilmu.

Kebenaran filsafat tidak dapat dibuktikan oleh filsafat itu sendiri, tetapi hanya dapat dibuktikan oleh teori-teori keilmuan melalui observasi dan eksperimen atau memperoleh justifikasi kewahyuan. Dengan demikian, tidak setiap filosof dapat disebut sebagai ilmuan, sama seperti tidak semua ilmuwan disebut filosof. Meski demikian aktifitas berpikir. Tetapi aktivitas dan ilmuwan itu sama, yakni menggunakan aktifitas berpikir filosof. Berdasarkan cara berpikir seperti itu, maka hasil kerja filosofis dapat dilanjutkan oleh cara kerja berfikir ilmuwan. Hasil kerja filosofis bahkan dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu. Namun demikian, harus juga diakui bahwa tujuan akhir dari ilmuwan yang bertugas mencari pengetahuan, sebagaimana hasil analisa Spencer, dapat dilanjutkan oleh cara kerja berpikir filosofis.



BAB III

PENUTUP

3.1 Penutup

Filsafat adalah  proses berfikir secara radikal, sistematik, dan universal terhadap segala yang ada dan yang mungkin ada. Dengan kata lain, berfilsafat berarti berfikir secara radikal [mendasar, mendalam, sampai ke akar-akarnya], sistematik [teratur, runtut, logis, dan tidak serampangan] untuk mencapai kebenaran universal [umum, terintegral, dan tidak khusus serta tidak parsial].

Ilmu pengetahuan itu adalah filsafat,  ilmu pengetahuan itu masih bersifat sementara, dan membuutuhkan penyempurnaan dan perbaikan.

Persamaan dan perberdaan filsafat, ilmu, dan agama

·         Ketiganya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya.

·         Ketiganya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya

Perbedaan filsafat,ilmu, dan agama

·         Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu

Hubungan ilmu dengan agama . gama berbeda dengan sains dan filsafat karena agama menekankan keterlibatan pribadi, walaupunh kita dapat sepakat tidak ada definisi agama yang dapat diterima secara universal.

Daftar Pustaka

//muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/22/hubungan-ilmu-filsafat-dan-agama/ 

//mengenal hukum indonesia.blogspot.com/2012/04/hubungan-filsafat-dan-ilmu-pengetahuan.html

Soedojo,Peter.2004.Pengantar Sejarah dan Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Suriasumantri, Jujun S.2007.Sebuah Pengantar Populer Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Page 2

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề