Mengapa ibadah shalat menjadi ibadah yang sangat penting bagi umat islam

Syariat Shalat adalah satu-satunya syariat yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menerimanya dengan cara yang berbeda. Langsung berjumpa dengan-Nya tanpa perantara. Wahyu ini tidak diterima di bumi sebagaimana syariat lainnya. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta keringanan dalam penunaiannya. 

Awalnya diwajibkan 50 waktu dalam sehari. Karena anjuran dan kasih sayang Nabi Musa terhadap umat Muhammad, ia menyarankan agar Nabi Muhammad minta pengurangan. Hingga akhirnya Allah Ta’ala menjadikannya hanya 5 waktu saja. Inilah bukti kasih sayang-Nya, Allah kurangi 90% dari total keseluruhan. Hingga terisa 10% saja. Tapi balasannya tetap Dia berikan 100%. Tak dikurangi sedikit pun.  Dalam peristiwa itu, Rasulullah SAW mendapat perintah dari Allah untuk melaksanakan shalat sebanyak 50 waktu. 

Perintah tersebut kemudian diceritakan oleh Rasulullah SAW ke Nabi Musa AS di langit ke enam sesuai menghadap Allah SWT. Mufasir Jalaluddin Al Mahalli dalam kitab Tafsir Jalalain menerangkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda: 

“Allah mewahyukan kepada-nya [Nabi SAW] secara langsung, dan Dia telah [mewajibkan] kepadaku lima puluh kali shalat untuk setiap hari. Setelah itu lalu aku [Nabi SAW] turun hingga sampai ke tempat Nabi Musa [langit yang keenam]. Maka Nabi Musa bertanya kepadaku, 'Apakah yang diwajibkan oleh Rabbmu atas umatmu?' Aku menjawab, 'Lima puluh kali shalat untuk setiap harinya.' Nabi Musa berkata, 'Kembalilah kepada Rabbmu, lalu mintalah keringanan dari-Nya karena sesungguhnya umatmu niscaya tidak akan kuat melaksanakannya; aku telah mencoba Bani Israel dan telah menguji mereka.' Rasulullah SAW melanjutkan kisahnya, maka aku kembali kepada Rabbku, lalu aku memohon, 'Wahai Rabbku, ringankanlah buat umatku.' Maka Allah meringankan lima waktu kepadaku. Lalu aku kembali menemui Nabi Musa. Dan Nabi Musa bertanya, 'Apakah yang telah kamu lakukan?' Aku menjawab, 'Allah telah meringankan lima waktu kepadaku.' Maka Nabi Musa bertanya, 'Sesungguhnya umatmu niscaya tidak akan kuat melakukan hal tersebut, maka kembalilah lagi kepada Rabbmu dan mintalah keringanan buat umatmu kepada-Nya.' Rasulullah melanjutkan kisahnya, maka aku masih tetap mondar-mandir antara Rabbku dan Nabi Musa, dan Dia meringankan kepadaku lima waktu demi lima waktu. Hingga akhirnya Allah berfirman, 'Hai Muhammad, shalat lima waktu itu untuk tiap sehari semalam; pada setiap shalat berpahala sepuluh shalat, maka itulah lima puluh kali shalat. Dan barang siapa yang berniat untuk melakukan kebaikan, kemudian ternyata ia tidak melakukannya dituliskan untuknya pahala satu kebaikan. Dan jika ternyata ia melakukannya, dituliskan baginva pahala sepuluh kali kebaikan. Dan barang siapa yang berniat melakukan keburukan, lalu ia tidak mengerjakannya maka tidak dituliskan dosanya. Dan jika ia mengerjakannya maka dituliskan baginva dosa satu keburukan.' Setelah itu aku turun hingga sampai ke tempat Nabi Musa, lalu aku ceritakan hal itu kepadanya. Maka ia berkata, 'Kembalilah kepada Rabbmu, lalu mintalah kepada-Nya keringanan buat umatmu, karena sesungguhnya umatmu tidak akan kuat melaksanakannya. Maka aku menjawab, 'Aku telah mondar-mandir kepada Rabbku hingga aku malu terhadap-Nya.'" [Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim; dan lafal hadis ini berdasarkan Imam Muslim]. 

Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak meriwayatkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, "Aku melihat Rabbku Azza Wajalla."

Allah Subhanahu wa Ta’ala hendak menunjukkan kasih sayangnya pada hamba-hamba-Nya. Dengan cara, di awal waktu ia syariatkan shalat sebanyak lima puluh kali dalam sehari semalam. Allah Ta’ala tahu, secara fisik, manusia memiliki kemampuan mengerjakan shalat lima puluh sehari semalam. Kalau dihitung-dihitung, lima puluh waktu itu memakan waktu sepuluh kali lipat dari yang sekarang kita kerjakan.

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” [Quran al-Baqarah: 286].

Kemudian mengisi hari-hari dengan peribadatan shalat sejalan dengan tujuan diciptakannya manusia.

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”[Quran 51:56].

Seandainya hari-hari kita dipenuhi dengan shalat, tentulah kita tak akan melenceng dari tujuan penciptaan kita. Kita tak sempat melakukan perbuatan yang tak bermanfaat, apalagi dosa. Kalau sedang tidak shalat, kita akan sibuk mencari penghidupan dan hal-hal manfaat lainnya. Waktu kita benar-benar optimal untuk kemanfaatan. Namun, dengan kasih sayang-Nya, Allah kurangi 90% dari total keseluruhan. Hingga terisa 10% saja. Tapi balasannya tetap Dia berikan 100%. Tak dikurangi sedikit pun. Dengan ini, kita benar-benar sadar bahwa Allah adalah Ar-Rahman dan Ar-Rahim [Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang].

Kita juga akan sadar, kita diberi kemampuan fisik mampu mengerjakan 50 kali shalat sehari semalam. Kemudian dikurangi hingga jadi 5 kali. Apabila kita masih tak mengerjakan yang 5 itu, padahal memiliki kemampuan mengerjakan 50, tentulah kita seorang yang sangat keterlaluan. Tentulah kita sangat layak mendapat hukuman. Sehingga wajar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

“Antara seseorang dengan kesyirikan atau kekufuran adalah meninggalkan shalat.” [HR. Muslim dalam Kitab al-Iman, 82].

Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri pun memberikan sangsi berat bagi mereka yang lalai dalam shalatnya.

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, [yaitu] orang-orang yang lalai dari shalatnya.” [Quran Al-Ma’un: 4-5].

Jadi, pengurangan jumlah shalat merupakan bentuk kasih sayang yang luar biasa. Bersamaan dengan itu pula, pengurangan ini juga sekaligus sebagai peringatan yang  tegas.

Semoga Kisah ini menambah dan mempertebal keimanan dengan tidak melalaikan dan  meninggalkan shalat lima waktu yang telah disyariatkan.

Wallohu’alam

Penulis : Muhammad Hanafi, QH, SS, M.Sy.

53. Perhatikan QS. Al 'Ashr 2 dan 3 berikut! wajib rasul إن الإنسان لفي خسر إلا الذين أمنوا وعملوا الصلحت وتواصوا بالحق ، وتواصوا بالصبر Sebutkan tiga … golongan yang tidak merugi berdasarkan ayat tersebut di atas! ​

1.yang shalat jenazah adalah orang islam 2.letak jenazah adalah di sebelah kiblat dari yang menyalatkan 3.shalat jenazah dilakukan setelah jenazah dim … andikan 4.merendahkan suara bacaan sholat 5.membaca surah pendek setelah bacaan surah al-fatihah. dari pernyataan-pernyataan tersebut, pernyataan yang termasuk syarat sah sholat jenazah adalah…

1.berakal 2.berilmu 3.berhak menggunakan hartanya 4.dapat melihat. 5.baligh dengan melihat ungkapan tersebut yang termasuk syarat-syarat bagi penjual … dan pembeli adalah …

Ada keterkaitan antara syaja'ah dan kejujuran. keterkaitan antara syaja'ah dan kejujuran adalah

Adapun faktor internal penyebab kemunduran dan keruntuhan dinasti seljuk adalah

Ajaran islam bukan hanya mementingkan soal akhirat, tetapi juga soal dunia. umat islam juga harus memperhatikan kehidupan dunia. pemikiran ini dikemuk … akan oleh …

Al-ghazali berpendapat bahwa kemampuan ma’rifah kepada allah bersifat fitrah, dengan pengertian setiap manusia mempunyai potensi bawaan yaitu terletak … pada hati. setiaphati secara fitrah memiliki potensi mengetahui hakikat-hakikat dari segala yang ada karena hati memiliki …

Al-qur’an merupakan satu-satunya kitab suci yang terjamin keasliannya, baik tulisan maupun isinya. setiap muslim wajib beriman kepada al- qur’an kepad … a kitab suci. kewajiban kita dalam mengimani kitab suci al-qur’an adalah…

Al-qur’an merupakan kitab allah swt. yang harus kita jadikan pegangan pada saat ini sebab al-qur’an ...

tolong di jawab makasih​

Kaum muslimin jama'ah jum'at yang dimuliakan Allah.

Ibadah shalat dalam agama islam menduduki posisi yang sangat penting. Seluruh ibadah yang kita kerjakan apakah diterima atau ditolak oleh allah sangat tergantung dengan ibadah shalat. Apabila shalat kita diterima oleh Allah maka seluruh ibadah yang lain juga akan diterima,tapi jika ibadah shalat kita ditolak maka seluruh ibadah yang lain pun akan di tolak. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi saw sebagai berikut :

Artinya: yang mula-mula diperiksa hari kiamat nanti adalah shalat, apabila shalatnya diterima maka seluruhnya akan diterima, tapi apabila shalat nya ditolak maka seluruh ibadah yang lain pun akan ditolak. Oleh sebab itu maka kita harus melaksanakan shalat lima kali sehari dari awal waktunya sesibuk apapun pekerjaan kita. Karena kalau kita tidak mengerjakan shalat maka ibadah kita yang lain akan ditolak oleh allah subhanahu wata'ala.

Selain dari pada itu mengerjakan shalat lima kali sehariu ntuk membersihkan dosa kita, sama seperti kita mandi lima kali untuk membersihkan daki yang melekat di badan kita. Rasulullah saw memberi perumpamaan sebagai berikut: sekiranya didepan rumah kamu ada sungai lantas kamu mandi lima kali sehari, maka apakah masih adakah daki yang melekat di badan kamu? Para sahabat menjawab : tentu tidak ada lagi ya rasulullah, maka lanjut nabi: begitulah kalau kita mengerjakan shalat limak kali sehari, maka tidak ada lagi dosa yang melekat pada diri kita. Hal ini diterangkan dalam hadit Nabi saw sbb:

Artinya: dari jabir [mudah-mudahan allah meridhainya] telah berkata: telah bersabda Rasullah saw: perumpamaan shalat lima waktu, sama seperti kalau ada sungai didepan rumah kita, lantas kita mandi di sungai tersebut lima kali sehari. [ masih adakah daki yang melekat di badan kita?].

Pada hadist yang lain dijelaskan bahwa shalat yang lima waktu, dari ju'mat ke ju'mat dari ramadhan ke ramadhan merupakan kifarat penebus dosa diantara keduanya,sebagaimana diterangkan dalam hadist:

Dari hadist tersebut diatas dapat dipahami bahwa kalau kita berbuat dosa setelah kita mengerjakan shalat shubuh maka dosa tersebut akan di hapus kalau kita mengerjakan shalat zuhur kita berbuat dosa lagi maka dosa tersebut akan dihapus kalau kita mengerjakan shalat ashar, begitulah seterusnya deihapus dengan magrib, isya dan shubuh. Kalau setelah lima kali shalat dalam sehari masih ada dosa tertinggal, maka dosa tersebut akan dihaps kalau kita mengerjakan shalat ju'mat. Kalau dalam setahun 52 kali kita shalat jumat masih ada dosa yang tertinggal maka dosa tersebut akan dihapus dengan puasa ramadhan.

Shalat juga merupakan pembeda antara orang islam dengan orang yang bukan islam. Kalau dari segi postur tubuh, kita tidak ada perbedaan antara seseorang islam dengan non islam. Kita sama-sama memiliki kepala, tangan, tangan, kaki dan lain-lain. Kemungkinan yang dapat dilihat antara kita orang islam dengan non islam dari segi pakaian, orang islam menutup aurat, sedangkan orang non islam terbuka aurat. Tetapi yang paling mendasar adalah dari segi pelaksanaan shalat. Sebagaimana sabda Nabi saw:

Artinya: Antara seseorang [islam] dengan non islam perbedaannya mengerjakan shalat.

Karena itu shalat harus dikerjakan oleh setiap orang islam baik laki-laki maupun perempuan yang sudah baligh dan berakal dalam keadaan bagaimanapun juga,kalau dapat dikerjakan dalam keadaan berdiri,dan kalau tidak dapat dikerjakan dalam posisi duduk,dan kalau tidak dapat boleh dalam posisi berbaring, kalau berbaring pun tidak bisa ia kerjakan maka ia dishalatkan, itu berarti ia sudah meniggal dunia. Kalau ia meniggalkan shalat tanpa ada sebab yang membolehkan nya, maka hukumnya ia sudah jatuh kafir terang-terangan. Sebagaiman sabda Rasulullah saw:

Artinya: Siapa yang meninggalkan shalat terang- terangan tanpa ada halangan yang membolehkan maka ia sunggguh ia telah kafir benar- benar. Shalat juga merupakan tiang agama , ibarat suatu bangunan akan kuat bangunan tersebut kalau memiliki pindas yang kuat, pondasi dalam beragama adalah memgerjakan shalat.

Sebagaimana sabda nabi saw: Artinya: shalat itu adalah tiang agama, siapa yang mendirkannya berarti ia menegakan agama pada dirinya dan siapa yang meninggalkannya berarti ia telah merobohkan agamanya. 

Jadi kalau kita kadangkala mengerjakan shalat dan kadangkala meninggalkan shalat berarti agama kita kadang tegak dan kadang roboh, kalau kita ingin agar agama didalam kalbu kita tegak terus selamanya, maka kita harus menjaga secara konsisten dalam melaksanakan shalat dalamsituasi apapun .kaum muslimin yang dimuliakan allah yang saya muliakan. Kalau kita ingin dzikir mengingat allah dengan mengucapkan kalimat thabiyyah seperti ucapan subhannallah, alhamdulillah, allahu akbar, la ilahaillah dan lain lain, tetapi dzikir yang paling baik ialah dengan mengerjakan shalat sebagaimana firman allah dalam al quran surat thaha [20] ayat 14 sebagai berikut:

Artinya; Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan [yang hak] selain aku, maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk meningat aku dari ayat diatas dapat dipahami bahwa kalau kita ingin menyembah allah, maka kerjakanlah shalat baik shalat wajib maupun shalat yang sunat.

Demikianlah khutbah pertama yang dapat kami sampaikan semoga ada manfaatnya bagi saya dan bagi kita semua dan dapat kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Khutbah Kedua

Hadirin kaum muslimin yang dimuliakan allah yang saya muliakan, melengkapi uraian pada khutbah yang pertaa tadi, kami sampaikan bahwa sesunggunya shalat itu adalah mikrajnya orang mukmin sebagaimana sabda nabi saw;

Artinya: shalat itu mikrajnya orang mukmin. Kaum muslimin yang berbahagia, kalau rasulullah dipanggil oleh Allah ke sidratul muntaha untuk mikraj bertemu dengan allah dan berdialog dengan allah swt, maka kita kaum muslimin dipanggil oleh allah untuk berdialog kepada allah dengan melaksanakan shalat. Karena itu kalau kita mengerjakan shalat kita harus mengerti apa yang kita baca, dan kita baca secara tartil kalau fatihah harus dibaca se ayat demi se ayat, tatkala kita membaca;

Alhamdu lillahi rabbil alamin, maka allah menjawab telah memujiku hambaku

karena itu kalau kita membaca fatihah harus dibaca se - ayat karena allah akan menjawab apa yang kita baca, itulah namanya berdialog dengan allah swt.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề