Mengapa kekeringan di kabupaten pacitan meluas kekeringan di kabupaten pacitan meluas karena

Permintaan droping air bersih di sejumlah daerah yang rawan kekeringan di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, terus meningkat, seiring kemarau panjang yang melanda wilayah itu.Kasi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah [BPBD] Kabupaten Pacitan, Pujono mengatakan, saat ini sudah ada delapan kecamatan yang terdeteksi kesulitan air bersih. "Itu data umum berdasar permintaan droping air bersih yang diajukan ke BPBD," katanya.Sejak Agustus hingga sekarang, lanjut Pujono, total telah 78 kali pengiriman air bersih mereka lakukan ke desa-desa yang tersebar di delapan kecamatan tersebut.Pujono memperkirakan, wilayah yang kesulitan air bersih akan terus meningkat karena berdasar prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika [BMKG], perubahan musim dari kemarau ke penghujan baru akan terjadi sekitar November-Desember."Puncak kekeringan diperkirakan Oktober ini, karena prediksinya hujan baru akan turun bulan November atau Desember nanti," ujar Pujono dilansir Antara, kemarin.Pujono meyakini permintaan bantuan air bersih akan mencapai puncaknya pada periode bulan Oktober ini, dari sebelumnya dua truk menjadi enam truk tangki dalam sekali pengiriman.Karenanya, mengantisipasi lonjakan permintaan tersebut distribusi tidak akan dipusatkan pada satu titik saja, tetapi disebar ke berbagai wilayah setiap tiga hari sekali.Delapan kecamatan yang menjadi langganan pengiriman air bersih, sebagaimana data di BPBD Pacitan, yakni Kecamatan Pacitan, Donorojo, Punung, Pringkuku, Arjosari, Bandar, Ngadirojo, dan Kebonagung. Dari sekian wilayah tersebut, Kecamatan Punung menjadi kawasan dengan jumlah desa terdampak kekeringan terbanyak.Tercatat ada sembilan desa sulit air, yakni Desa Mendolo Lor, Mendolo Kidul, Piton, Gondosari, Tinatar, Sooko, Ploso, Kendal, Mantren, dan Sobo.

Menurut Pujono kesulitan air bersih terjadi lantaran instalasi pemipaan air bersih belum sampai ke wilayah-wilayah pelosok di Kecamatan Punung. "Pemipaan baru di wilayah-wilayah kota kecamatan. Belum sampai ke desa-desa pelosok," ujar Pujono. Rusman

Post Date : 02 Oktober 2013

Musim kemarau 2019 yang tidak kunjung usai menyebabkan kekeringan di Kabupaten Pacitan meluas. Sekitar 49 desa di kabupaten pesisir pantai selatan mengalami krisis air bersih. Jumlah desa tersebut melonjak dibanding tahun sebelumnya yang hanya 45 desa. BPBD Kabupaten Pacitan telah menyalurkan air bersih untuk mengatasi persoalan krisis air bersih, Penyaluran air bersih ini sudah dimulai sejak Juni 2019 lalu. BPBD hingga saat ini telah mendistribusikan sekitar seratus tangki air bersih. Air bersih tersebut didistribusikan ke seluruh desa yang kekurangan air bersih. Bagaimana cara mengatasi krisis air bersih di Kabupaten Pacitan?

  1. BPBD Kabupaten Pacitan tidak meneruskan distribusi air bersih yang sudah dimulai sejak Juni 2019.
  2. BPBD Kabupaten Pacitantelah menyalurkan air bersih ke seluruh desa yang kekurangan air bersih
  3. BPBD Kabupaten Pacitan meminta masyarakat pesisir pantai untuk memanfaatkan air laut.
  4. BPBD Kabupaten Pacitan mencatat jumlah desa di pesisir pantai yang mengalami krisis air bersih.
  5. Semua jawaban benar

Jawaban yang benar adalah: B. BPBD Kabupaten Pacitantelah menyalurkan air bersih ke seluruh desa yang kekurangan air bersih.

Dilansir dari Ensiklopedia, musim kemarau 2019 yang tidak kunjung usai menyebabkan kekeringan di kabupaten pacitan meluas. sekitar 49 desa di kabupaten pesisir pantai selatan mengalami krisis air bersih. jumlah desa tersebut melonjak dibanding tahun sebelumnya yang hanya 45 desa. bpbd kabupaten pacitan telah menyalurkan air bersih untuk mengatasi persoalan krisis air bersih, penyaluran air bersih ini sudah dimulai sejak juni 2019 lalu. bpbd hingga saat ini telah mendistribusikan sekitar seratus tangki air bersih. air bersih tersebut didistribusikan ke seluruh desa yang kekurangan air bersih. bagaimana cara mengatasi krisis air bersih di kabupaten pacitan BPBD Kabupaten Pacitantelah menyalurkan air bersih ke seluruh desa yang kekurangan air bersih.

Pembahasan dan Penjelasan

Menurut saya jawaban A. BPBD Kabupaten Pacitan tidak meneruskan distribusi air bersih yang sudah dimulai sejak Juni 2019. adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali.

Menurut saya jawaban B. BPBD Kabupaten Pacitantelah menyalurkan air bersih ke seluruh desa yang kekurangan air bersih adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di google.

Menurut saya jawaban C. BPBD Kabupaten Pacitan meminta masyarakat pesisir pantai untuk memanfaatkan air laut. adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan lain.

Menurut saya jawaban D. BPBD Kabupaten Pacitan mencatat jumlah desa di pesisir pantai yang mengalami krisis air bersih. adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut sudah melenceng dari apa yang ditanyakan.

Menurut saya jawaban E. Semua jawaban benar adalah jawaban salah, karena setelah saya coba cari di google, jawaban ini lebih cocok untuk pertanyaan lain.

Kesimpulan

Dari penjelasan dan pembahasan serta pilihan diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa jawaban yang paling benar adalah B. BPBD Kabupaten Pacitantelah menyalurkan air bersih ke seluruh desa yang kekurangan air bersih.

Jika anda masih punya pertanyaan lain atau ingin menanyakan sesuatu bisa tulis di kolom kometar dibawah.

SOLOPOS.COM - Solopos Digital Media - Panduan Informasi dan Inspirasi

Madiunpos.com, PACITAN — Bencana kekeringan di Kabupaten Pacitan meluas pada musim kemarau 2019 ini. Saat ini ada 49 desa di kabupaten pesisir pantai selatan ini yang mengalami krisis air bersih dan dua di antaranya kering kritis.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah [BPBD] Pacitan, Didik Alih Wibowo, mengatakan jumlah desa yang mengalami kekeringan tahun ini melonjak dibanding tahun sebelumnya.

Pada musim kemarau tahun ini ada 49 desa yang mengalami krisis air bersah. Padahal tahun sebelumnya hanya 45 desa yang terdampak.

Sebanyak 49 desa tersebut tersebar di delapan kecamatan seperti Kebonagung, Tulakan, Bandar, Pringkuku, Pacitan, Ngadirojo, hingga Sudimoro. Sedangkan wilayah yang mengalami kering kritis yaitu Sudimoro dan Ngadirojo.

“Ada 49 desa yang mengalami kekeringan. Untuk itu kami saat ini terus mendistribusikan air bersih ke desa-desa yang membutuhkan,” kata dia, Kamis [25/7/2019].

Didik menuturkan BPBD telah menyalurkan air bersih sejak Juni lalu. Total BPBD telah mendistribusikan sekitar 100 tangki air bersih ke seluruh desa yang kekurangan air bersih.

“Kami mendistribusikan air bersih ini secara berkala karena luasnya wilayah,” kata dia.

PACITAN - Bencana kekeringan di Kabupaten Pacitan meluas pada musim kemarau 2019 ini. Saat ini ada 49 desa di kabupaten pesisir pantai selatan ini yang mengalami krisis air bersih dan dua di antaranya kering kritis.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah [BPBD] Pacitan, Didik Alih Wibowo, mengatakan jumlah desa yang mengalami kekeringan tahun ini melonjak dibanding tahun sebelumnya.

Pada musim kemarau tahun ini ada 49 desa yang mengalami krisis air bersah. Padahal tahun sebelumnya hanya 45 desa yang terdampak.

 

Sebanyak 49 desa tersebut tersebar di delapan kecamatan seperti Kebonagung, Tulakan, Bandar, Pringkuku, Pacitan, Ngadirojo, hingga Sudimoro. Sedangkan wilayah yang mengalami kering kritis yaitu Sudimoro dan Ngadirojo.

"Ada 49 desa yang mengalami kekeringan. Untuk itu kami saat ini terus mendistribusikan air bersih ke desa-desa yang membutuhkan," kata dia seperti dilansir dari Solopos.com.

Didik menuturkan BPBD telah menyalurkan air bersih sejak Juni lalu. Total BPBD telah mendistribusikan sekitar 100 tangki air bersih ke seluruh desa yang kekurangan air bersih.

"Kami mendistribusikan air bersih ini secara berkala karena luasnya wilayah," kata dia.

[wal]

  • #Kabupaten Pacitan
  • #Bencana Kekeringan
  • #Dampak Kekeringan

Halopacitan, Pacitan—Bukannya semakin bisa diatasi, wilayah di Kabupaten Pacitan yang tahun ini berpotensi mengalami kekeringan semakin luas. Cuaca disebut sebagia penyebab kondisi ini, tetapi juga ada faktor lain

Berdasarkan data yang diterima BPBD Pacitan per hari ini sudah ada 49 desa yang mengalami kekeringan, itu berarti dalam empat hari bertambah empat desa karena berdasarkan data yang dirilis Kepala Pelaksana BPBD Pacitan Didik Alih Wibowo 7 Juli 2019 lalu baru 45 ada desa. Jumlah ini juga meningkat tajam dibanding tahun 2018 yang tercatat ada 25 desa mengalami kesulitan air saat kemarau.

Didik Alih Wibobo ditemui Kamis [11/07/20119] mengaku telah menganalisa meluasnya kekeringan di Pacitan ini. Menurut Didik, meluasnya kekeringan di Pacitan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu musim kemarau yang datang lebih cepat serta curah hujan yang pendek pada tahun sebelumnya. Masalah lain adalah terganggu dan hilangnya jalur-jalur suplai air alami akibat bencana tahun 2017 dan tumbangnya pepohonan di sekitar sumber air baku.

"Kemarau yang datang lebih awal ini membuat menipisnya cadangan air, karena masyarakat menggunakannya juga lebih awal. Sedangkan untuk curah hujan, walaupun tahun kemarin cukup deras bahkan mengakibatkan bencana banjir di beberapa wilayah namun karena pendeknya musim penghujan maka penyerapan tanah atas air hujan menjadi tidak maksimal," jelasnya.

 "Hal ini juga diperparah dengan rusaknya jalur suplai air alami akibat bencana dikarenakan pergeseran struktur tanah di sekitar mata air akibat longsor maupun banyaknya pohon-pohon yang tumbang," sambung Didik lagi.

Terkait dengan program-program penghijauan yang terus digalakkan pemerintah, menurut Didik kekeringan tahun ini belum menjadi indikasi kegagalan atas program penghijauan. Ia lebih berpegang pada faktor perubahan iklim global dan bencana-lah yang menjadi penyebab utama.

Didik mengaku telah terjun langsung kebeberapa wilayah yang dilaporkan mengalami kekeringan terutama wilayah-wilayah baru yang tahun-tahun sebelumnya tidak pernah mengalaminya. "Seperti di wilayah Kecamatan Bandar, tahun-tahun sebelumnya hanya Desa Petungsinarang yang melaporkan. Kemarin Desa Tumpuk juga melaporkan kekurangan air bersih, padahal secara geografis daerah Bandar adalah area tangkapan air hujan alami, hal ini menunjukkan kerusakan struktur tanah akibat bencana yang mengganggu sumber air juga berdampak pada kekeringan tahun ini," ungkapnya.

Didik menambahkan BPBD telah melakukan langkah-langkah strategis untuk penanggulangannya yaitu dalam jangka pendek melakukan eksekusi langsung berupa droping air bersih ke wilayah yang mengalami kekeringan dan dalam jangka panjangnya melakukan koordinasi lintas sektoral guna penyediaan air bersih yang bersifat tidak kedaduratan dan tidak instan di kantong-kantong kekeringan. "Hal itu juga telah kita sampaikan kepada ibu Gubernur pada saat kunjungan beliau kemarin," kata Didik.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề