Mengapa pengendalian kimiawi dipakai sebagai alternatif terakhir dari pengendalian hama

Pengelolaan Hama Terpadu [PHT] merupakan suatu cara pendekatan berdasarkan pertimbangan ekonomi, ekologi dan sosial dalam rangka pengelolaan agro ekosistem secara keseluruhan.

Dalam berbudidaya kita tidak pernah terlepas dari masalah organisme pengganggu tanaman [OPT] yaitu Hama, Penyakit dan Gulma. Permasalahan tersebut menjadi sebuah dilema bagi petani sampai akhirnya kebanyakan petani memilih pestisida kimia untuk memberantas OPT tersebut tanpa memperhatikan akibat yang akan dialaminya seperti Resistensi [kekebalan hama], Resurjensi [ledakan hama], ledakan hama sekunder, matinya musuh alami seperti burung, belalang, ular.

Teknik Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

  1. Teknik Agronomi
    Misalnya dengan pengolahan tanah, irigasi, pemberoan [istrirahatkan lahan], pergiliran jenis tanaman, tanam serentak, pengaturan jarak tanam, pemupukan yang berimbang [makro dan mikro]
  2. Teknik Varietas Tahan
    Misalnya dengan ketahanan genetik dan ketahanan ekologi [lingkungan]
  3. Teknik Fisik dan Mekanik
    Misalnya dengan penggunaan lampu perangkap, penggunaan metilat lem, gelombang suara, boneka sawah, pengambilan secara manual, serta pemasangan perangkap untuk pengusiran hama.
  4. Teknik Pengendalian Hayati
    Adalah pengendalian dengan penggunaan musuh alami menggunakan bahan-bahan alami yang ramah lingkungan baik yang berasal dari tanaman maupun dari makhluk hidup.
  5. Teknik Pengendalian Kimiawi
    Teknik ini menggunakan pestisida kimia. Teknik penanggulangan secara kimia tetap digunakan, tetapi sebagai alternatif terakhir jika semua teknik pengendalian non kimiawi tidak mampu dan pada taraf yang merugikan.

Pengendalian HPT dengan pestisida kimia harus memperhatikan efektifitas dengan mempertimbangkan:

  1. Tepat Jenis
  2. Tepat Dosis
  3. Tepat konsentrasi
  4. Tepat waktu
  5. Tepat cara
  6. Tepat sasaran

Konsep Pengendalian Hama Terpadu

Hal terpenting dalam konsep PHT adalah Monitoring [pengamatan] yang dilakukan minimal satu kali dalam seminggu, sehingga petani dapat memutuskan secara tepat kapan dan dimana penggunaan pestisida kimia harus dilakukan. Pengamatan tersebut meliputi keadaan hama, populasi hama, musuh alami, pertumbuhan tanaman, cuaca, iklim, dan lain-lain.

Produk NASA berfungsi dan digunakan pada tahap Pengendalian Hayati, sehingga lebih diprioritaskan sebelum penggunaan pestisida kimia yang merupakan alternatif terakhir dalam Pengelolaan Hama Terpadu.

hama pengendali penyakit tanaman

2 Desember 201510 Desember 2015

Pengendalian Hama Terpadu [PHT] yang tertuang dalam UU No. 12 Tahun 1991 tentang budidaya tanaman dan PP No. 5 tahun 1996 tentang perlindungan tanaman adalah usaha untuk mengoptimalkan hasil pengendalian hama secara ekonomik dan ekologik, yang dapat dicapai dengan menggunakan berbagai taktik secara kompatibel agar tetap mempertahankan kerusakan akibat hama di bawah aras kerusakan ekonomi, dan melindungi terhadap ancaman atau bahaya bagi manusia, binatang dan lingkungan.

Pengendalian hama terpadu adalah kombinasi beberapa metode, strategi teknik pengendalian yaitu : dengan kultur teknis, varietas resisten, pengendalian biologi, pengendalian fisik dan pestisida sebagai alternatif terakhir. Pestisida digunakan jika populasi dari hama dan penyakit di lapangan sudah melewati ambang kerusakan ekonomi yang pada akhirnya tanaman tidak dapat berproduksi dengan baik.

Konsep Pengendalian Hama Terpadu yang terakhir adalah pendekatan ekologi merupakan pendekatan ekologi merupakan pengendalian yang dilakukan dengan menggunakan pertimbangan untung dan ruginya.

Komponen dasar sistem PHT :

  • Ambang batas hama yang ditolerir [Acceptable pest levels] : Populasi hama pada posisi yang aman sehingga tidak terjadi ledakan ham di lapangan.
  • Teknik pencegahan dengan kultur teknis [Preventive cultural practices] : Melalui pemilihan varietas yang tahan untuk ditanam.
  • Monitoring : Pengamatan yang teratur merupakan hal penting dari PHT. Pengamatan visual, perangkap serangga, dan yang lainnya digunakan untuk memonitor populasi hama.
  • Pengendalian Mekanik [Mechanical controls] : Pengendalian mekanik biasanya disarankan pertama kali untuk mengendalikan hama. Termasuk dengan handpicking, penggunaan perangkap dan lainnya.
  • Pengendalian biologi [Biological controls] : Pengendalian biologi secara alami tersedia di alam dan biayanya lebih murah. Contohnya : Trichoderma koningii untuk pengendalian Ganoderma boninense.
  • Pengendalian Kimiawi [Chemical controls] : Pengendalian dengan menggunakan bahan kimia.

PESTISIDA

 Pestisida merupakan bahan kimia atau non kimia racun yang digunakan untuk mengendalikan sekaligus membunuh organisme hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan yang menjadi usaha hidup manusia untuk kesejahteraannya. Jasad hidup yang mengganggu tanaman disebut juga OPT [organisme pengganggu tanaman].

Pestisida sesuai dengan Keputusan MENTAN No. 434.1/Kpts/TP.270/7/2001 masih mengacu pada PP No. 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan, dan Penggunaan Pestisida. Pestisida merupakan semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :

  • Mengendalikan hama dan penyakit yang merusak bagian-bagian atau hasil-hasil tanaman pertanian.
  • Mengendalikan gulma
  • Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian.
  • Mengendalikan atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak.
  • Memberantas atau mencegah hama-hama air
  • Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan, dan dalam alat-alat pengangkutan.
  • Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.

Oleh :I Made Budiana,SP

POPT Muda

Pembangunan sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam pengadaan sumber devisa negara, penyediaan lapangan kerja, pemerataan pembangunan dan sebagai bahan baku industri. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sampai saat ini masih tetap dikembangkan. Pendapatan yang diperoleh dari komoditas ini telah dapat menambah penghasilan bagi petani, pengusaha maupun negara. Salah satu faktor utama yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan produktivitas hasil budidaya pertanian, khususnya pada sektor perkebunan baik secara kualitas maupun kuantitas adalah adanya Organisme Pengganggu Tumbuhan [OPT]. Penurunan produktivitas yang diakibatkan adanya serangan OPT rata-rata mencapai 30%, disamping itu dapat juga menurunkan kualitas produksi sehingga berdampak terhadap rendahnya nilai tukar produk tersebut dan mengakibatkan produk perkebunan kita tidak dapat diterima di pasaran ekspor.

                  Beberapa OPT utama  yang apabila tidak dikendalikan akan berpotensi menurunkan produksi secara signifikan pada komoditas kakao diantaranya adalah : Kepik Pengisap Buah Kakao [Helopeltis sp.], Penggerek Buah Kakao / PBK [Conopomorpha cramerella], Busuk Buah Kakao [Phytophthora sp], Pemakan Daun Ulat Jengkal [Hyposidra talaca], Ulat Kantung, Kumbang Adoretus sp., Exopolis sp.,  Belalang [Valanga sp.],  Penggerek Batang [Zeuzera sp.], Bajing [Callosciurus notatus], VSD, Colletotrichum sp., Jamur Upas [Corticiumsalmonicolor], dan Gulma.

                  Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, pelaksanaan perlindungan tanaman terhadap serangan OPT haruslah praktis, efektif, ekonomis, sosiologis dan aman terhadap lingkungan atau disebut dengan Pengendalian Hama Terpadu [PHT]. Pengendalian yang cocok, tidak saling menekan dan tidak saling membatasi dalam suatu sistem pengendalian yang sesuai dengan pola usaha tani setempat. Dalam hal ini OPT bila dapat dikelola dengan baik, maka  kerugian secara ekonomis dapat dihindarkan dan pengaruh samping yang buruk dapat ditekan seminimal mungkin dengan cara memadukan berbagai teknik pengendalian seperti kultur teknis, mekanis, biologis dan kimiawi sebagai alternatif  yang terakhir.

  • DISKUSI BERSAMA KABID PROTEKSI [BBPPTP SURABAYA]
  • FOTO BERSAMA SETELAH SELESAI MONEV DI KEBUN UJI COBA

Pada tahun 2020 ini, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan [UPTD Laboratorium Perlindungan Tanaman Perkebunan Provinsi Bali dengan pelaksana kegiatan Seksi OPT  melalui anggaran Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan[BBPPTP] Surabaya melakukan kegiatan penerapan teknologi Pengendalian Hama Terpadu [PHT] Kakao. Adapun pengendalian yang dilakukan yaitu PBK [Penggerek Buah Kakao] Conopomorpha cramerella, Kepik penghisap buah kakao [Helopeltis sp], Busuk buah kakao[Phytopthora palmivora] pada tanaman kakao, disamping itu juga dilakukan kegiatan pemangkasan serta pembuatan biopori untuk berkembangnya cacing. Harapan utama dalam kegiatan ini agar petani pelaksana dapat terus menerapkan dan menularkan ilmu terapan teknologi pengendalian yang paling efektif ke petani lainnya sesuai dengan pelaksanaan pada kegiatan ini.

Kegiatan dilakukan selama 9 bulan yakni dari bulan Maret hingga November 2020. Kegiatan dilaksanakan oleh anggota Subak Abian Pangkung Sakti I yang berlokasi di Desa Angkah, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.

Alat dan Bahan :

NOURAIANVOLUMESATUAN
1MS B.bassiana10liter
2Pupuk Organik350kg
3Pestisida Organik Cair5botol
4Pupuk Organik Cair25liter
5MS Trichoderma10liter
6Alat-alat irigasi tetes5set
7Plastik10pak
8Karet Gelang5buah
9Perlengkapan Sarungisasi5buah
10Bahan Rakitan Shaker Mini1buah
11Isolat Trichoderma10buah
12Isolat B.bassiana10buah

Di samping bahan yang sudah jadi seperti POC dan Metabolit Sekunder baik yang berasal dari Trichoderma maupun Beauveria bassiana petani peserta juga diajak langsung mempraktekan cara pembuatannya. Kegiatan tambahan juga diberikan yaitu pengembangan Jakaba.[jamur keberuntungan abadi]. Adapun kegiatan kegiatan yang dilakukan meliputi 4[empat] perlakuan yaitu :

  1. Aplikasi spraying MS APH+ Pestisida Nabati + Pupuk Organik Cair + Pemangkasan [P1].

Metabolit Sekunder APH merupakan senyawa organik yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian OPT. Fungsi Metabolit Sekunder APH adalah untuk menghambat perkecambahan spora patogen, melindungi pertumbuhan awal, membersihkan lingkungan, melindungi dan memperkuat jaringan, menyediakan pasokan nutrisi, merangsang pembentukan zat pengatur tumbuh. Metabolit Sekunder APH bersifat mudah larut dalam air, tidak meninggalkan residu, tidak mudah menguap, mudah diaplikasikan, dapat dipadukan dengan pupuk organik cair dan pestisida nabati, efektif dan efisien untuk mengendalikan OPT. Penyemprotan/spraying merupakan cara aplikasi Metabolit Sekunder APH yang paling umum dalam pengunaannya.

  1. Aplikasi Instalasi Tetes + Pembuatan Biopori + Pemangkasan [P2]

Instalasi tetes adalah sistem irigasi untuk pengoptimalan air dan pupuk dengan membiarkan air menetes secara periodik ke media dengan cara dibuatkan lubang disekitar pohon/perakaran dengan ditambahkan media pupuk untuk berkembangnya cacing yang dilanjutkan dengan pemangkasan.

  1. Sarungisasi pada Kakao [P3]

Teknologi penyarungan buah kakao ini terbukti efektif untuk mencegah serangan PBK pada saat populasi PBK tinggi yang biasanya terjadi pada saat musim buah sedikit. Untuk itu, penyarungan buah sebaiknya dilaksanakan setelah muncul buah dengan ukuran 8-15 cm. Pola panen dan pola pertumbuhan pentil atau bakal buah di setiap daerah harus diketahui dengan baik agar pelaksanaan penyarungan dapat dilaksanakan tepat pada waktunya. Pembungkusan buah kakao dengan plastik dapat dilakukan pada pagi hari dan sore hari dengan menggunakan kantong plastik dan ukuran plastiknya disesuaikan dengan ukuran buah kakao yang akan disarungi. Prinsipnya, besaran kantong untuk sarung harus lebih besar dari ukuran buah, sehingga memudahkan dalam penyarungan. Penyarungan buah relatif mudah dilaksanakan, demikian juga alat untuk penyarungan relatif mudah di dapatkan.

Pada blok ini tanaman kakao tidak di aplikasikan perlakuan apa – apa.

KEGIATAN SPRAYING PADA PERLAKUAN 1[P1]

Kegiatan penerapan teknologi Pengendalian Hama Terpadu[PHT] kakao inisangat dirasakan sekali manfaatnya oleh petani terutama kombinasi penggunaan Metabolit Sekunder baik itu yang bahannya Trichoderma sp maupun Beauveria bassiana dengan pesnab maupun POC karena sudah dirasakan langsung hasilnya yaitu dapat meningkatkan pembungaan serta menurunkan serangan hama maupun penyakit pada tanaman kakao. Sedangkan pada perlakuan irigasi tetes banyak menumbuhkan akar-akar baru.

  • PERLAKUAN IRIGASI TETES[P2]
  • PERLAKUAN SARUNGISASI[P3]

Pada kegiatan monev yang dilakukan bersama Kabid Proteksi dari BBPPTP Surabaya bapak Wahyu Irianto sangat mengapresiasi kegiatan ini serta akan terus mendukung kegiatan perkebunan yang ada di Provinsi Bali.

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề