Mengapa perusahaan lebih memilih untuk refinancing utang bank dengan obligasi

Pada tahun 2012, Perseroan melakukan Penawaran Umum Berkelanjutan [PUB] Obligasi Berkelanjutan I SMART dengan jumlah pokok obligasi berkelanjutan sebesar Rp 3 triliun. Dalam rangka PUB Obligasi Berkelanjutan tersebut, pada tanggal 4 Juli 2012, Perseroan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I SMART Tahap I Tahun 2012 dengan jumlah pokok sebesar Rp 1 triliun. Seluruh obligasi ini telah dilunasi pada tanggal 22 Juni 2017 dan 2 Juli 2019.

Pada bulan Maret 2020, Perseroan kembali melakukan PUB Obligasi Berkelanjutan II SMART dengan jumlah pokok obligasi berkelanjutan sebesar Rp 3 triliun. Sehubungan dengan hal ini, Perseroan menerbitkan obligasi dalam tiga tahapan.

1. Pada tanggal 3 April 2020, Perseroan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II SMART Tahap I Tahun 2020 dengan jumlah pokok sebesar Rp 775 miliar. Berikut adalah seri obligasi yang diterbitkan:

  • Seri A: nilai nominal Rp 608,5 miliar, suku bunga 8,5%, jangka waktu 3 tahun, jatuh tempo tanggal 3 April 2023; dan
  • Seri B: nilai nominal Rp 166,5 miliar, suku bunga 9%, jangka waktu 5 tahun, jatuh tempo tanggal 3 April 2025.

Seluruh dana hasil penerbitan obligasi tersebut telah digunakan untuk belanja modal dengan alokasi sebesar 67% untuk meningkatkan kemampuan pabrik rafinasi Perseroan menghasilkan produk berkualitas tinggi dan sisanya 33% untuk penambahan kapasitas pabrik biodiesel Perseroan di Kalimantan Selatan.

2. Pada tanggal 22 Oktober 2020, Perseroan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II SMART Tahap II Tahun 2020 dengan jumlah pokok sebesar Rp 1,4 triliun. Berikut adalah seri obligasi yang diterbitkan:

  • Seri A : nilai nominal Rp 572 miliar, suku bunga 8%, jangka waktu 370 hari, jatuh tempo tanggal 2 November 2021;
  • Seri B : nilai nominal Rp 280 miliar, suku bunga 9,75%, jangka waktu 3 tahun, jatuh tempo tanggal 22 Oktober 2023; dan
  • Seri C : nilai nominal Rp 548 miliar, suku bunga 10,5%, jangka waktu 5 tahun, jatuh tempo tanggal 22 Oktober 2025.

Dana hasil penerbitan obligasi tersebut akan digunakan sekitar 42% untuk membiayai penyelesaian penambahan kapasitas pabrik biodiesel Perseroan yang berlokasi di Kalimantan Selatan, sekitar 29% untuk pembayaran angsuran pokok utang bank jangka panjang Perseroan pada saat jatuh tempo yang merupakan pembayaran sebagian pokok utang bank jangka panjang, dan sisanya sekitar 29% untuk kebutuhan modal kerja Perseroan.

3. Pada tanggal 19 Februari 2021, Perseroan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II SMART Tahap III Tahun 2021 dengan jumlah pokok sebesar Rp 825 miliar. Berikut adalah seri obligasi yang diterbitkan:

  • Seri A : nilai nominal Rp 225 miliar, suku bunga 7,25%, jangka waktu 370 hari, jatuh tempo tanggal 1 Maret 2022;
  • Seri B : nilai nominal Rp 380 miliar, suku bunga 9%, jangka waktu 3 tahun, jatuh tempo tanggal 19 Februari 2024; dan
  • Seri C : nilai nominal Rp 220 miliar, suku bunga 9,5%, jangka waktu 5 tahun, jatuh tempo tanggal 19 Februari 2026.

Dana yang diperolah dari penerbitan obligasi tersebut seluruhnya telah dipergunakan untuk pembayaran sebagian pokok utang bank jangka pendek dan pokok utang bank jangka panjang Perseroan yang merupakan angsuran pokok pada saat jatuh tempo.

Pada bulan Juni 2021, Perseroan melakukan PUB Obligasi Berkelanjutan III SMART Tahun 2021 dengan jumlah pokok obligasi berkelanjutan sebesar Rp 5 triliun. Terkait dengan PUB ini, Perseroan telah menerbitkan obligasi dalam tiga tahapan.

1. Pada tanggal 10 Juni 2021, Perseroan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan III SMART Tahap I Tahun 2021 dengan jumlah pokok sebesar Rp 1,5 triliun. Berikut adalah seri obligasi yang diterbitkan:

  • Seri A: nilai nominal Rp 600 miliar, suku bunga 6,75%, jangka waktu 370 hari, jatuh tempo tanggal 20 Juni 2022; dan
  • Seri B: nilai nominal Rp 600 miliar, suku bunga 8,75%, jangka waktu 3 tahun, jatuh tempo tanggal 10 Juni 2024.
  • Seri C: nilai nominal Rp 300 miliar, suku bunga 9,25%, jangka waktu 5 tahun; jatuh tempo tanggal 10 Juni 2026.

Dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi tersebut telah dipergunakan Perseroan untuk pembayaran sebagian pokok utang bank jangka pendek, sebagian pokok utang bank jangka panjang yang merupakan angsuran pokok pada saat jatuh tempo dan sebagian pokok utang obligasi pada saat jatuh tempo.

2. Pada tanggal 19 Oktober 2021, Perseroan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan III SMART Tahap II Tahun 2021 dengan jumlah pokok sebesar Rp 2,5 triliun. Berikut adalah seri obligasi yang diterbitkan:

  • Seri A: nilai nominal Rp 477 miliar, suku bunga 6,00%, jangka waktu 370 hari, jatuh tempo tanggal 29 Oktober 2022;
  • Seri B: nilai nominal Rp 1,065 triliun, suku bunga 8,50%, jangka waktu 3 tahun, jatuh tempo tanggal 19 Oktober 2024; dan
  • Seri C: nilai nominal Rp 958 miliar, suku bunga 9,00%, jangka waktu 5 tahun, jatuh tempo tanggal 19 Oktober 2026.

Dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi tersebut akan dipergunakan sekitar 66% untuk pembayaran sisa setoran modal Perseroan dalam PT Sumber Indahperkasa [pihak terafiliasi], dan sisanya sekitar 34% akan digunakan untuk pembayaran sebagian pokok utang bank jangka panjang Perseroan yang merupakan angsuran pokok dan pelunasan pokok utang bank jangka pendek pada saat jatuh tempo.

3. Pada tanggal 16 Februari 2022, Perseroan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan III SMART Tahap III Tahun 2022 dengan jumlah pokok sebesar Rp 1 triliun. Berikut adalah seri obligasi yang diterbitkan:

  • Seri A: nilai nominal Rp 100 miliar, suku bunga 5,00%, jangka waktu 370 hari, jatuh tempo tanggal 26 Februari 2023;
  • Seri B: nilai nominal Rp 625 miliar, suku bunga 7,25%, jangka waktu 3 tahun, jatuh tempo tanggal 16 Februari 2025; dan
  • Seri C: nilai nominal Rp 275 miliar, suku bunga 8,25%, jangka waktu 5 tahun, jatuh tempo tanggal 16 Februari 2027.

Dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi seluruhnya akan dipergunakan oleh Perseroan untuk pembayaran sebagian pokok utang bank jangka panjang Perseroan yang merupakan angsuran pokok pada saat jatuh tempo dan sebagian pokok utang obligasi pada saat jatuh tempo.

Pada bulan Juni 2022, Perseroan melakukan PUB Obligasi Berkelanjutan IV SMART Tahun 2022 dengan jumlah pokok obligasi berkelanjutan sebesar Rp 6 triliun. Terkait dengan PUB ini, pada tanggal 6 Juli 2022 Perseroan telah menerbitkan Obligasi Berkelanjutan IV SMART Tahap I Tahun 2022 dengan jumlah pokok sebesar Rp 1,5 triliun. Berikut adalah seri obligasi yang diterbitkan:

  • Seri A: nilai nominal Rp 560 miliar, suku bunga 4,75%, jangka waktu 370 hari, jatuh tempo tanggal 16 Juli 2023;
  • Seri B: nilai nominal Rp 538 miliar, suku bunga 7,00%, jangka waktu 3 tahun, jatuh tempo tanggal 6 Juli 2025; dan
  • Seri C: nilai nominal Rp 402 miliar, suku bunga 8,00%, jangka waktu 5 tahun, jatuh tempo tanggal 6 Juli 2027.

Dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi seluruhnya akan dipergunakan oleh Perseroan untuk pembayaran sebagian pokok utang bank jangka panjang Perseroan yang merupakan angsuran pokok pada saat jatuh tempo dan sebagian pokok utang obligasi pada saat jatuh tempo.

Hasil pemeringkatan atas Obligasi Berkelanjutan II, III dan IV SMART tersebut oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia [PEFINDO] di bulan Maret 2022 adalah idAA- [Double A-], termasuk untuk SMART dengan prospek Stabil.

JAKARTA, investor.id – PT Sarana Menara Nusantara Tbk [TOWR] melalui anak usahanya, PT Profesional Telekomunikasi Indonesia [Protelindo], memperoleh pinjaman sebesar Rp 500 miliar dari Bank of China [Hong Kong] Ltd cabang Jakarta [BOCHK]. Perseroan bakal memanfaatkan pinjaman tersebut untuk memenuhi kebutuhan umum [general corporate purpose] Protelindo.

Wakil Direktur Utama Sarana Menara Nusantara Adam Gifari menjelaskan bahwa general corporate purpose tersebut berarti pinjaman bisa digunakan sebagai modal kerja, mendanai belanja modal dan me-refinance pinjaman dengan syarat dan kondisi yang lebih baik untuk perusahaan.

“Kebetulan, pinjaman dari Bank of China ini digunakan untuk me-refinance pinjaman dengan syarat dan kondisi yang lebih baik untuk perusahaan,” ucap Adam kepada Investor Daily, Rabu [26/1].

Dengan demikian, secara umum dan kebijakan, pinjaman-pinjaman yang TOWR jalin dengan perbankan ataupun pasar modal dilakukan untuk alasan refinance pinjaman.

Baca juga: Sarana Menara [TOWR] Optimistis Raih Pendapatan Rp 8 Triliun dari Bisnis Organik

Sedangkan secara khusus, apabila pinjaman dilakukan dengan alasan tersebut, maka biasanya bertujuan untuk memperbaiki maturity profile dari pinjaman-pinjaman perseroan, mengurangi biaya bunga, dan/atau meningkatkan fleksibilitas pendanaan perseroan dan anak-anak perseroan. “Jadi, pendanaan dari Bank of China ini khusus untuk manajemen neraca, pinjaman, dan beban bunga,” jelas Adam.

Hal senada juga disampaikan Sekretaris Perusahaan Sarana Menara Nusantara atau TOWR Irfan Ghazali. Irfan mengatakan, Protelindo dan anak usahanya, PT Iforte Solusi Infotek [Infotek], telah menandatangani perjanjian kredit dengan BOCHK untuk memperoleh pinjaman sejumlah Rp 500 miliar guna mendukung kebutuhan umum Protelindo.

Pinjaman tersebut lanjut Irfan memiliki jangka waktu selama 48 bulan terhitung sejak perjanjian kredit yang ditandatangani pada 21 Januari 2022. Dalam hal ini, Iforte yang 99% sahamnya dikuasai Protelindo bakal memberikan jaminan kewajiban Protelindo terkait dengan perjanjian kredit dan penanggungan perusahaan yang diatur dan tunduk pada hukum RI.

“Struktur pemberian pinjaman dengan konsep pemberian pertanggungan oleh Iforte ini akan memungkinkan Protelindo memperoleh pembiayaan dengan syarat dan kondisi yang lebih baik,” tutur Irfan dalam keterangan resmi.

Baca juga: Intip Sengitnya Persaingan Emiten Menara Telekomunikasi

Menurut dia, fasilitas pembiayaan dari BOCHK tersebut tidak akan tercapai bilamana Iforte bukan pihak afiliasi Protelindo. Karena itu, pemberian fasilitas pinjaman ini diharapkan dapat menunjang kegiatan usaha yang mana secara konsolidasi juga akan memberikan dampak positif terhadap perseroan.

Sebelumnya, Protelindo melalui anak usahanya, PT Iforte Solusi Infotek [ISI], PT Komet Infra Nusantara [KIN], PT Solusi Tunas Pratama Tbk [SUPR], dan PT Sarana Inti Persada [SIP] juga telah menuntaskan transaksi jual beli seluruh saham PT Platinum Teknologi [Platinum] dengan total harga Rp 1,9 triliun.

Irfan menjelaskan, transaksi jual beli saham tersebut merupakan bagian dari restrukturisasi internal Protelindo yang dilakukan setelah Protelindo menyelesaikan proses akuisisi SUPR pada 4 September 2021.

Transaksi tersebut tidak menyebabkan perubahan pengendalian dalam Platinum mengingat SUPR dan SIP sebagai penjual maupun ISI dan KIN sebagai pembeli merupakan pihak-pihak yang dikendalikan oleh perseroan. “Tujuan transaksi ini dalam rangka menyelesaikan secara internal kegiatan usaha Platinum atau anak perusahaannya dengan ISI dan KIN,” ujar Irfan.

Editor : Jauhari Mahardhika []

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề