Mengapatahun kelahiran Nabi Muhammad SAW dikatakan sebagai Tahun Gajah

Tahun gajah bisa dimulai dari fakta bahwa Yaman adalah sebuah negeri yang dikuasai oleh orang-orang Himyar yang musyrik dengan Zu Nuwas sebagai raja terakhirnya. Dia membunuh kaum Nasrani dengan memasukkan mereka ke dalam parit yang berapi. Jumlah mereka yang menjadi korban pembunuhan tersebut kurang lebih dua puluh ribu orang. Namun diantara kaum Nasrani tersebut ada satu orang yang berhasil melarikan diri, ia bernama Daus yang dijuluki Zu Sa’labain.

Daus akhirnya meminta pertolongan kepada Kaisar raja di negeri Syam, yang masih menganut agama yang sama [Nasrani]. Maka Kaisar mengirim surat perintah kepada Raja Najasyi di negeri Habasyah [sekarang Ethiopia], mengingat Habasyah lebih dekat menuju Yaman. Menindaklanjuti surat tersebut, Raja Najasyi mengirimkan dua orang panglima perangnya yang bernama Aryat dan Abrahah bin Sabah Abu Yaksum. 

Keduanya membawa pasukan yang sangat banyak sehingga tiada satu kota pun di Yaman kecuali terdapat pasukannya. Aryat dan Abrahah pun akhirnya merebut negeri Yaman dari kekuasaan orang-orang Himyar. Namun setelah perebutan negeri Yaman tersebut, keduanya malah berselisih dan saling berebut untuk menjadi raja. Keduanya pun perang tanding, namun Atudah Maula [bekas budak Abrahah] membelanya dan menyerang Aryat hingga terbunuh. Abrahah pun akhirnya memimpin semua tentara Habasyah dan menjadi raja di negeri Yaman.

Abrahah membangun sebuah gereja yang sangat besar di kota Shana’a [masuk dalam wilayah Yaman] dengan bangunan yang tinggi sekali lagi dipenuhi dengan ukiran dan pahatan. Karena ketinggiannya tersebut, orang-orang menamainya dengan sebutan al-qulais. Penamaan tersebut disebabkan saking tingginya bangunan tersebut sehingga membuat qalansuwah [peci] orang yang memandangnya hampir jatuh dari kepalanya.

Setelah bangunan tersebut berdiri tegak, Abrahah mengintruksikan kepada Asyram agar memalingkan para peziarah dari kalangan orang-orang Arab untuk mengunjunginya. Jelaslah Abrahah membangun al-qulais lantaran iri kepada Ka’bah dimana orang-orang rela berkorban untuk mendatanginya. Asyram pun sesuai instruksi Abrahah segera menyebarluaskan pengumuman di seluruh penjuru negeri.

Namun hal di atas tetaplah sulit untuk memalingkan penghormatan dari Ka’bah [monumen bersejarah] kepada al-qulais. Seruan Abrahah justru membuat orang-orang Arab tertutama keturunan ‘Adnan dan Qahthan tidak suka. Mereka yang mendapat nisbat Quraisy pun marah terhadap perilaku Abrahah yang sudah kelewat batas.

Kemarahan tersebut pada akhirnya membuat sebagian dari mereka bertekad menyusup ke dalam al-qulais. Mereka pun berbuat kerusuhan di dalamnya, atau dalam riwayat lain mereka mengotori gereja Abrahah tersebut. Hal tersebut pun segera diketahui oleh para pelayan gereja dan segera mengadukannya kepada raja mereka [Abrahah].

Dalam riwayat yang lain, Muqatil bin Sulaiman menyebutkan bahwa ada seorang pemuda dari kalangan Quraisy memasuki gereja al-qulais Yaman. Kemudian ia membakarnya, sedangkan pada hari tersebut cuaca sangatlah panas sehingga gereja dengan mudahnya terbakar hingga ambruk.

Mendengar aduan tersebut, Abrahah pun bersumpah bahwa dirinya benar-benar akan menuju ke Ka’bah yang mulia dan ingin menghancurkannya. Ia pun segera melakukan perjalanannya ke Ka’bah dengan menunggangi gajah. Mendengar rencana kedatangan Abrahah, Bangsa Arab bagaikan mendengar gelegar petir yang begitu mengejutkan.

Ketika perjalanan Abrahah sampai di al-Magmas [yakni suatu tempat yang terletak tidak jauh dari Makkah] ia turun untuk beristirahat. Di sisi lain, bala tentaranya merampas semua ternak penduduk Makkah dan sekitarnya atas perintah Abrahah sendiri. Dan di antara ternak unta yang dirampas terdapat 200 ekor unta milik Abdul Muthalib [kakek Nabi Muhammad Saw].

Abrahah mengirimkan Hannatah al-Himyari ke Makkah dan memerintahkan kepadanya untuk kembali membawa orang Quraisy yang paling terhormat. Ia pun menyampaikan kepadanya bahwa dia datang bukan untuk memerangi kamu, terkecuali jika kamu menghalang-halangi dari Baitullah. Maka pergilah Hannatah ke Makkah, lalu segera ditunjukkan rumah Abdul Muthalib bin Hasyim dan menyampaikan apa yang dikatakan Abrahah.

Maka Abdul Muthalib berkata kepadanya, “Demi Allah, kami tidak berniat untuk memeranginya, juga kami tidak punya kekuatan untuk itu. Ini adalah Baitullah yang disucikan dan merupakan bait [rumah] kekasih-Nya, yakni Ibrahim. Maka jika Dia mempertahankannya, sudah wajar karena ia adalah rumah-Nya yang disucikan. Dan jika Dia membiarkan antara bait-Nya dan Abrahah, maka tiada kemampuan bagi kami untuk mempertahankannya.”

Kemudian Abdul Muthalib bersama Hannatah pergi untuk menemui Abrahah yang telah menunggu kedatangannya. Namun diluar dugaan Abrahah, keperluan Abdul Muthalib bukan untuk menghalanginya menghancurkan Ka’bah. Kedatangannya hanya untuk meminta kembali dua ratus ekor unta miliknya yang dirampas sebelumnya.

Sekilas kepentingan Abdul Muthalib seolah-olah mengabaikan tempat ibadahnya [Ka’bah] yang hendak dihancurkan. Namun, Abdul Muthalib menjelaskan dengan keimanan yang kuat terhadap sang pemilik Ka’bah, Allah Swt. “Sesungguhnya aku adalah pemilik unta itu dan sesungguhnya bait itu mempunyai Pemiliknya sendiri yang akan melindunginya.”

Abdul Muthalib kemudian kembali ke Makkah dan menemui orang-orang Quraisy untuk memerintahkan mereka agar keluar dari Makkah. Mereka diperintahkan untuk berlindung di atas puncak-puncak bukit karena takut akan serangan Abrahah. Setelah itu, Abdul Muthalib pergi ke Ka’bah dan memegang daun pintu Ka’bah dengan diikuti beberapa orang dari kaum Quraisy. Mereka semuanya berdoa kepada Allah Swt. dan memohon pertolongan kepada-Nya dari serangan Abrahah dan bala tentaranya.

Abrahah bersiap-siap memasuki kota Makkah pada keesokan harinya untuk menghancurkan Ka’bah. Ia menunggangi gajahnya yang diberi nama Mahmud sebagai kendaraannya diikuti bala tentaranya. Namun di perjalanan ketika sudah mendekati Makkah gajah tersebut berhenti dan berlutut enggan melanjutkan perjalanan.

Mereka pun memukuli gajah itu supaya berdiri akan tetapi gajah itu membangkang tetap tidak mau berdiri. Namun ketika mereka mengarahkannya pulang menuju Yaman, gajah itu bangkit dan berlari kecil pulang. Jika gajah tersebut diarahkan lagi menuju Makkah, maka seketika itu gajah itu berlutut lagi.

Pada saat itulah, Allah Swt. mengirimkan burung-burung dari laut yang masing-masing membawa batu-batu kerikil. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa bentuk dari burung tersebut [dalam beberapa riwayat disebut burung ababil seperti pada Al-Qur’an] seperti burung walet dan burung balsan. Tiada seorang pun dari mereka yang terkena batu itu melainkan pasti akan binasa [namun dalam peristiwa ini tidak semua pasukan terkena batu].

Ketika Allah Swt. menolak kehadiran tentara Habasyah ke Makkah dan mereka mendapatkan sesuatu yang pantas bagi mereka [sebagai balasan], bangsa Arab semakin menaruh rasa hormat kepada suku Quraisy. Mereka mengatakan, “Mereka ialah keluarga Allah. Allah berperang untuk mereka dan melindungi mereka dari musuh.”

Peristiwa agung di atas juga diberitakan Al-Qur’an untuk mengingatkan kembali bagaimana ketika mereka berlindung atas nama Allah Swt. Ketika Nabi Saw. telah diutus malah mereka berpaling darinya dan menjadikan Ka’bah sebagai sesembahan. Ayat tersebut terdapat dalam surah al-Fiil sebagai berikut:

“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka [untuk menghancurkan Ka’bah] itu sia-sia? Dan, Dia mengirimkan kepada mereka burung-burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu [yang berasal] dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan [ulat].” [QS. Al-Fiil [105]: 1-5]

Ibnu Katsir mengomentari perkataan mereka bahwa sesungguhnya Allah Swt. menolong kaum Quraisy bukan karena mereka lebih baik daripada orang-orang Habasyah. Tetapi Allah Swt. memelihara Baitul ‘Atiq untuk mempersiapkan lahirnya Muhammad yang merupakan penutup para Nabi. Pada tahun yang sama itulah Nabi Muhammad Saw. dilahirkan seperti pendapat umum di kalangan masyarakat bahwa Peristiwa Tahun Gajah terjadi 40 tahun sebelum diutusnya Rasulullah Saw.

Ilustrasi Nabi Muhammad SAW. 2.bp.blogspot.com

Merdeka.com - Tahun kelahiran nabi Muhammad SAW bertepatan dengan 12 Rabiul Awal atau 571 Masehi sekitar 1449 tahun lalu. Biasanya, umat Islam memperingati kelahiran Rasulullah dengan nama Maulid Nabi.

Dalam khazanah Islam, tahun lahir Rasulullah itu juga dikenal dengan istilah Tahun Gajah. Momen ini menjadi tanda ketika raja vasal Ethiopia di Yaman, Abrahah berencana akan meratakan bangunan Ka'bah.

Pasukan raja Abrahah ini bertolak menuju Makkah dengan menunggangi gajah seperti diceritakan dalam Alquran surah Al-Fiil. Berikut sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW dilansir dari berbagai sumber, Rabu [29/6/2022]:

2 dari 5 halaman

Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa Nabi Muhamaad SAW lahir pada Tahun Gajah terpatnya pada 12 Rabiul Awal atau 571 Masehi, sekitar 1449 tahun lalu. Waktu kelahiran Rasulullah bertepatan dengan penyerangan ka'bah.

Pada saat itu seorang raja vasal Ethiopia di Yaman, yakni Abrahah berencana akan meratakan bangunan ka'bah. Ia pun datang ke makkah bersama pasukannya dengan menunggangi gajah. Kemudian, atas izin Allah SWT pasukan Abrahah pun kemudian dihujani batu yang dilempar burung ababil dalam perjalanannya.

Di 'Tahun Gajah' itulah Rasulullah SAW lahir dari rahim seorang wanita bernama Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhra. Selepas Aminah melahirkan, bayi yang baru lahir itu dibawa ke ka'bah, dan diberi nama Muhammad.

Dalam bahasa Arab, nama 'Muhammad'd diambil dari kata sifat yang berarti 'orang yang terus-menerus terpuji'. Harapan Abdul Muthalib dengan menyematkan nama tersebut pun terkabul.

Sebab, Nabi Muhammad SAW menjadi sosok yang demikian berpengaruh, berbudi pekerti luhur hingga dijuluki Al-Amin [orang terpercaya], dan memperoleh tempat khusus di sejarah Islam.

Baca juga:
Fungsi Hipotalamus Bagi Tubuh, Memastikan Sistem Organ berjalan Stabil
Apa Manfaat Hutan Bakau? Ini Penjelasannya dari Kementerian Kelautan & Perikanan

3 dari 5 halaman

Dilansir dari NU Online, dikisahkan bahwa pada malam kelahiran Nabi Muhammad, istana kisra di Persia berguncang hingga 14 ruangannya roboh. Bahkan, api kaum Zoroaster yang disembah penganut Majusi pun padam. Padahal, api tersebut telah menyala selama 1000 tahun.Sehingga, kelahiran Nabi Muhammad SAW ini pun diyakini telah memadamkan api penganut Majusi, dan menandai kemunculan penyampai pesan "ketuhanan" di tengah impitan imperium Romawi dan Persia.

Kelahiran Nabi Muhammad juga diyakini membawa berkah bagi orang-orang di sekitarnya. Halimah As-Sa'diyah, diriwayatkan terus menerima keberuntungan, sejak pertama kali ia mengambil bayi Muhammad bin Abdullah sebagai bayi susuannya.

4 dari 5 halaman

Sejumlah Peristiwa luar biasa terjadi menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dilansir dari laman moeslimchoice, disebutkan beberapa peristiwa luar biasa menjelang kelahiran Rasulullah, seperti:

1. Pada malam tanggal pertama Rabi’ul Awwal, Aminah mendapatkan kedamaian dan ketenteraman dari Allah, sehingga merasa begitu tenang dan damai.

2. Malam tanggal kedua, Aminah menerima seruan berita dari Allah bahwa ia akan segera mendapatkan anugerah yang agung dan mulia

3. Malam ketiga, Aminah kembali menerima pesan dari Allah bahwa ia sebentar lagi akan melahirkan nabi paling agung dan mulia, Nabi Muhammad SAW

4. Malam keempat, suara dzikir malaikat terdengar jelas hingga ke telinga Aminah

5. Malam kelima, Aminah mimpi bertemu dengan Nabi Ibrahim. Dalam mimpi itu, Ibrahim meminta Aminah untuk bergembira karena akan melahirkan nabi pemilik kemuliaan. 'Bahagialah engkau, wahai Aminah dengan lahirnya Nabi yang agung ini, Nabi pemilik cahaya yang terang benderang, Nabi pemilik keutamaan, Nabi pemilik kemuliaan, dan Nabi pemilik segala bentuk pujian,' kata Nabi Ibrahim kepada Aminah

6. Malam keenam, Aminah melihat cahaya memenuhi sudut-sudut alam semesta, hingga tidak ada kegelapan

7. Pada malam ketujuh, Aminah melihat malaikat berbondong-bondong mendatangi rumahnya. Mereka menyampaikan kabar gembira bahwa waktu kelahiran Rasulullah semakin dekat

8. Malam kedelapan, Aminah mendengar berita yang menyerukan kepada seluruh penghuni alam, untuk berbagi karena kelahiran Rasulullah semakin dekat

9. Di malam kesembilan, Aminah merasakan ketenangan dan kedamaian, sehingga tidak merasa sedih sedikit pun

10. Malam kesepuluh, Aminah melihat tanah Mina dan Khaif bergembira menyambut kelahiran Muhammad

11. Malam ke-11, Aminah melihat seluruh penghuni langit begitu senang menyambut detik-detik kelahiran sang Rasul

12. Malam-12, Aminah yang ada di rumah melihat langit begitu cerah. Awalnya ia menangis tersedu-sedu karena sendirian di rumah. Saat itu, Abdul Muthalib, kakek Rasulullah, sedang bermunajat di Ka’bah. Namun saat proses persalinan tiba, Allah mengutus empat wanita utama untuk menemani Aminah selama proses melahirkan. Mereka adalah Hawa istri Nabi Adam, Sarah istri Nabi Ibrahim, Asiyah binti Muzahim, dan Maryam binti Imran ibunda Nabi Isa.

5 dari 5 halaman

Momen kelahiran Rasulullah SAW ini sampai saat ini diperingati oleh umat Islam dan dikenal sebagai Maulid Nabi. Dikutip dari laman MUI, tercatat bahwa Raja Al-Mudhaffar Abu Sa'id Kukburi ibn Zainuddin Ali bin Baktakin menjadi orang pertama yang memperingati Maulid Nabi SAW.Sejak saat itulah peringatan Maulid Nabi mulai dilakukan oleh umat Islam. Perayaan Maulid Nabi dinilai sebagai momen untuk mengingat, mengahayati dan memuliakan kelahiran Rasulullah SAW.Sementara itu, peringatan Maulid Nabi di Indonesia pertama kalinya dibawa oleh Wali Songo sekitar tahun 1404 masehi. Perayaan tersebut dilakukan demi menarik hati masyarakat untuk memeluk agama Islam.Sebab itulah, perayaan Maulid Nabi juga dikenal dengan nama perayaan Syahadatin. Nama lainnya yang dikenal masyarakat Indonesia adalah Gerebeg Mulud dengan menggelar upacara nasi gunungan.

Wafatnya Nabi Muhammad SAW

Rangkaian kisah Maulid Nabi diakhiri dengan wafatnya Nabi Muhammad SAW. Hari-Hari terakhir Rasulullah ditandai dengan turunnya surat Al Maidah ayat 3:

ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَٰمَ دِينًا ۚ فَمَنِ ٱضْطُرَّ فِى مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Artinya: "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Baca juga:
Fungsi Hipotalamus Bagi Tubuh, Memastikan Sistem Organ berjalan Stabil
Apa Manfaat Hutan Bakau? Ini Penjelasannya dari Kementerian Kelautan & Perikanan

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề