Musik keroncong apakah termasuk jenis musik tradisional nusantara?

Dalam dunia permusikan di Indonesia, kita mengenal jenis musik yaitu Musik Keroncong. Musik ini memang tidak begitu terkenal atau populer dibandingkan dengan musik dangdut atau pop.

Namun dalam perjalanannya, saat ini mulai naik kembali tren orang melantunkan lagu-lagu dengan iringan musik keroncong. Apa sebenarnya musik keroncong itu? Bagaimana sejarah dan jenis-jenisnya serta siapa saja tokohnya?

Di artikel berikut ini kami akan mengulas secara lengkap tentang Musik Keroncong dengan pembahasan ringan dan mudah dipahami. Untuk itu simak secara seksama artikel dibawah ini.

Pengertian Musik Keroncong

Dalam Wikiedia, Musik Keroncong adalah jenis musik khas Indonesia yang menggunakan instrumen musik dawai, flute dan vokal.

Definisi keroncong lainnya yaitu aliran musik di Indonesia yang mencampurkan antara musik daerah dan musik kolonial dari masa Portugis dan Belanda. Keroncong mempunyai tanda dengan pemakaian alat musik ukulele [gitar kecil], gitar, biola, piano dan seruling.

Jenis Musik Keroncong

Musik keroncong mengarah kepada proses akord dan jenis alat yang dipakainya. Dari pertengahan abad ke-20 sudah diketahui sedikitnya tiga jenis keroncong yang bisa dikenali dari pola progresi akordnya.

Untuk orang yang bermain musik yang sudah tahu alurnya, mengiringi lagu-lagu keroncong tidak begitu kesulitan, karena cukup menyesuaikan dengan pola yang ada.

Improvisasi dilakukan dengan tetap konsisten dengan pola itu. Selain itu juga ada bentuk-bentuk campuran dan juga adaptasi.

Sejarah Asal-Usul Keroncong

musik keroncong

Musik keroncong atau disebut juga dengan keroncong berasal dari jenis musik negara Portugis yang disebut dengan “Fado”. Fado sendiri dikenalkan oleh kalangan pelaut dan budak kapal niaga sekitar abad ke-16 ke Nusantara.

Musik ini masuk pertama kali di Malaka dan dimainkan oleh para budak dari Maluku. Karena pengaruh Portugis ketika itu melemah di abad ke-17, namun tidak membuat musik keroncong ini hilang.

Musik keroncong yang berasal dari Tugu disebut “Keroncong Tugu”. Seiring waktu berlalu, masuk beberapa unsur tradisional Nusantara, seperti adanya pemakaian alat musik Seruling dan juga perangkat Gamelan.

Sekitar abad ke-19 bentuk musik yang hasil campuran ini telah terkenal di banyak daerah di Nusantara, hingga sampai ke Semenanjung Malaya. Lalu berlanjut ke tahun 1960-an musik ini mengalami masa keeamasan, lalu meredup karena masuk jenis musik populer [musik rock yang berkembang sejak 1950, dan terus berjayanya grup musik Beatles dan semacamnya dari tahun 1961 sampai sekarang.

Walaupun musik jenis lain terus muncul, musik keroncong tetap dimainkan dan dinikmati masyarakat Indonesia dan Malaysia sampai sekarang.

Alat Musik Keroncong

Saat ini Keroncong menggunakan alat musik yang meliputi:

  • Ukulele cuk, yang memiliki dawai 3 bahan nilon. Merupakan alat musik paling penting yang mengeluarkan suara crong-crong sehingga disebut dengan keroncong.
  • Ukulele cak, yang memiliki dawai 4 bahan baja.
  • Gitar akustik yang menggantikan gitar melodi, cara memaikannya dengan gaya kontrapuntis [anti melodi].
  • Biola [Pengganti Rebab].
  • Flute [pengganti Suling bambu].
  • Selo, betot menggantikan kendang.
  • Kontrabas [pengganti Gong].

Dalam musik keroncong, agar irama tetap terjaga maka ada pada ukulele dan bas. Gitar yang dimainkan secara kontrapuntis dan selo yang ritmis mengatur peralihan akord. Biola berperan untuk menuntun melodi, dan juga sebagai ornamen bawah.

Sedangkan fluit mengisi hiasan atas, yang melayang-layang mengisi ruang melodi yang kosong. Perkembangan teknologi saat ini dapat menggabungkan bentuk keroncong dengan musik populer yang memakai Organ Tunggal yang serba bisa memainkan keroncong, dangdut, rock, polka dan mars.

Tokoh Keroncong Indonesia

  • Gesang dengan lagu yang terkenal yaitu Bengawan Solo
  • Waldjinah
  • Hetty Koes Endang
  • Andjar Any
  • Manthous
  • R. Pirngadie

Contoh Musik Keroncong

  • Bengawan Solo
  • Dewi Murni
  • Di Bawah Sinar Bulan Purnama
  • Kota Solo
  • Jembatan Merah
  • Dinda Bestari
  • Sapu Tangan
  • Mengapa Kau Menangis
  • Bunga Sakura
  • Aryati
  • Bandar Jakarta
  • Kr. Telomoyo
  • Sapu Lidi
  • Lambaian Bunga
  • Mengapa Harus Jumpa
  • Hasrat Menyala
  • Kr. Air Mata Berlinang
  • Kr. Rindu Malam

Perkembangan Musik Keroncong

  • Masa keroncong tempo dulu [tahun 1880 hingga 1920]
  • Masa keroncong abad i [tahun 1920 hingga 1960
  • Masa keroncong modern [1960 hingga 2000]
  • Masa keroncong millenium [tahun 2000 hingga sekarang]

Berikut ini adalah jenis musik yang termasuk ke dalam jenis musik tradisional nusantara adalah?

  1. musik dangdut
  2. musik keroncong
  3. musik jazz
  4. musik seriosa
  5. musik karawitan

Jawaban yang benar adalah: E. musik karawitan.

Dilansir dari Ensiklopedia, berikut ini adalah jenis musik yang termasuk ke dalam jenis musik tradisional nusantara adalah musik karawitan.

Pembahasan dan Penjelasan

Menurut saya jawaban A. musik dangdut adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali.

Menurut saya jawaban B. musik keroncong adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan lain.

Menurut saya jawaban C. musik jazz adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut sudah melenceng dari apa yang ditanyakan.

Menurut saya jawaban D. musik seriosa adalah jawaban salah, karena setelah saya coba cari di google, jawaban ini lebih cocok untuk pertanyaan lain.

Menurut saya jawaban E. musik karawitan adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di google.

Kesimpulan

Dari penjelasan dan pembahasan serta pilihan diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa jawaban yang paling benar adalah E. musik karawitan.

Jika anda masih punya pertanyaan lain atau ingin menanyakan sesuatu bisa tulis di kolom kometar dibawah.

Selain jenis aliran musik modern diatas, masih terdapat bentuk dan jenis musik non tradisional Nusantara, yakni musik keroncong, musik perjuangan dan musik campursari.

1. Musik Keroncong

Keroncong adalah sejenis musik Indonesia yang memiliki hubungan historis dengan sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado. Sejarah keroncong di Indonesia dapat ditarik hingga akhir abad ke-16, di saat kekuatan Portugis mulai melemah di Nusantara. Keroncong berawal dari musik yang dimainkan para budak dan opsir Portugis dari daratan India [Goa], Tugu [Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal|Sunda Kelapa} serta Maluku. Bentuk awal musik ini disebut moresco, yang diiringi oleh alat musik dawai. Musik keroncong yang berasal dari Tugu disebut keroncong Tugu.

Didalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur tradisional Nusantara, seperti penggunaan seruling serta beberapa komponen gamelan. Pada sekitar abad ke-19 bentuk musik campuran ini sudah populer di banyak tempat di Nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung Malaya[1]. Masa keemasan ini berlanjut hingga sekitar tahun 1960-an, dan kemudian meredup akibat masuknya gelombang musik populer [musik rock yang berkembang sejak 1950, dan berjayanya musik Beatle dan sejenisnya sejak tahun 1961 hingga sekarang]. Meskipun demikian, musik keroncong masih tetap dimainkan dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia dan Malaysia hingga sekarang.

Sejarah Keroncong

Keroncong adalah merupakan salah satu musik rakyat Indonesia yang berkembang sejak Abad XIX, dibagi dalam 3 masa perkembangan: Keroncong Tempo Doeloe [1880-1920], Keroncong Abadi [1920-1960], Dan Keroncong Modern [1960-sekarang].

KERONCONG TEMPO DOELOE [1880-1920] berlangsung sejak kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia sekitar tahun 1600-an tetapi baru berkembang sebagai Musik Keroncong pada akhir Abad XIX [ditemukan Ukulele di Hawai pada tahun 1879 hingga sekitar setelah Perang Dunia I [sekitar 1920]. Pada waktu itu disebut dengan lagu-lagu stamboel: Stamboel I, Stamboel II, dan Stamboel III dengan standar lagu panjang 16 birama. Contoh lagu Stamboel I Potong Padi, Stamboel I Nina Bobo, Stamboel I Soleram, dsb.; contoh lagu Stb II Jali-Jali, Stamboel II Si Jampang, dlsb.; dan contoh lagu Stamboel III Kemayoran. Masa ini Keroncong berkembang sejak dari desa Toegoe [Cilincing, Jakarta sekarang], kemudian hijrah ke Kemayoran dan Gambir, sehingga tidak heran kalau cengkok dan irama menjadi cepat dan lincah. Banyak kelompok musik pada masa ini [seperti Lief Indie] yang memainkan lagu stamboel selain komedi stamboel itu sendiri.

KERONCONG ABADI [1920 - 1959] berlangsung sejak setelah Perang Dunia I [1920] hingga setelah Kemerdekaan [1959]. Pada waktu hotel-hotel di Indonesia dibangun seperti Hotel Savoy Homan dan Hotel Preanger di Bandung, jaringan Grand Hotel di Cirebon, Yogyakarta, Sala, Madiun, Malang, dsb., di mana pada hotel-hotel tersebut diadakan musik dansa, maka lagu Keroncong mengikuti musik dansa asal Amerika, terutama dengan panjang 32 birama [Chorus: Verse-Verse-Bridge-Verse atau A-A-B-A]. Pada masa ini dikenal dengan 3 jenis Keroncong, yaitu: Langgam Keroncong, Stambul keroncong, dan Keroncong Asli. Contoh lagu Langgam Bangawan Sala, Langgam Tirtonadi, Langgam Di Bawah Sinar Bulan Purnama, Langgam Sala Di Waktu Malam; Stambul Rindu Malam, Stambul Jauh Di Mata, Stambul Dewa-Dewi; Keroncong Purbakala, Keroncong Sapulidi, Keroncong Moresko. Pada waktu itu juga lahir Langgam Jawa: Yen Ing Tawang [1935]. Pada perjalanan juga menjadi terkenal oleh penyanyi Waljinah [1963]. Pada masa ini Keroncong berpindah ke Sala, sehingga dengan irama yang lebih lambat dan lemah gemulai. Pada Pekan Raya [Yaar Beurs] di Sala penyanyi legendaris adalah Miss Any Landauw dan Abdullah, sedangkan pemain biola legendaris asal Betawi adalah M. Sagi.

KERONCONG MODERN [1959-sekarang]. Pada tahun 1959 Yayasan Tetap Segar Jakarta pimpinan Brijen Sofyar memperkenalkan Keroncong Pop atau Keroncong Beat, yaitu sejalan dengan perkembangan musik pop pada waktu itu dengan pengaruh Rock 'N Roll dan Beatles. Lagu-lagu Indonesia, Daerah maupun Barat diiringi dengan Keroncong Beat. Misalnya Na So Nang Da Hito [Batak], Ayam Den Lapeh [Padang], Pileuleuyan [Sunda], dsb, Pada tahun sekitar 1968 di daerah Gunung Kidul Yogyakarta musisi Manthous memperkenalkan apa yang disebut Campursari, yaitu keroncong dengan gamelan dan kendang. Selain itu juga dipakai instrumen elektronik seperti bass guitar, electric bass, organ, sampai juga dengan saxophon dan trompet. Musisi yang gencar memainkan Campursari adalah Didi Kempot: dengan lagunya Stasiun Balapan, Tanjung Emas, Terminal Tirtonadi, dsb.

Alat-alat musik

Dalam bentuknya yang paling awal, moresco diiringi oleh musik dawai, seperti biola, ukulelel, serta selo. Perkusi juga kadang-kadang dipakai. Set orkes semacam ini masih dipakai oleh keroncong Tugu, bentuk keroncong yang masih dimainkan oleh komunitas keturunan budak Portugis dari Ambon yang tinggal di Kampung Tugu, Jakarta Utara.

Pem-"pribumi"-an keroncong menjadikannya seni campuran, dengan alat-alat musik seperti:

  • gendang, kenong, dan saron sebagai satu set gamelan

Saat ini, alat musik yang dipakai dalam orkes keroncong mencakup

  • ukulele cuk, berdawai 3 [nilon], urutan nadanya adalah G, B dan E;
  • ukulele cak, berdawai 4 [baja], urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C, cak bermain pada tangga nada F [dikenal dengan sebutan in F];
  • gitar akustik [Ukulele dan Gitar menggantikan Sitar];
  • biola [menggantikan Rebab];
  • flute [mengantikan Suling Bambu];
  • kontrabas [menggantikan Gong]

Penjaga irama dipegang oleh ukulele dan bas. Gitar dan selo mengatur peralihan akord. Biola berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasan/ornamen. Flut mengisi hiasan, yang melayang-layang mengisi ruang melodi yang kosong.

Bentuk keroncong yang dicampur dengan musik populer sekarang menggunakan organ serta synthesizer untuk mengiringi lagu keroncong.

Jenis-jenis keroncong

Musik keroncong lebih condong pada progresi akord dan jenis alat yang digunakan. Sejak pertengahan abad ke-20 telah dikenal paling tidak tiga macam keroncong, yang dapat dikenali dari pola progresi akordnya. Bagi pemusik yang sudah memahami alurnya, mengiringi lagu-lagu keroncong sebenarnya tidaklah susah, sebab cukup menyesuaikan pola yang berlaku. Pengembangan dilakukan dengan menjaga konsistensi pola tersebut. Selain itu, terdapat pula bentuk-bentuk campuran serta adaptasi.

Dahulu sebelum Perang Dunia I [1910], musik keroncong dikenal dengan nama Stambul, diambil dari Komedi Stambul Keliling yang menyuguhkan lagu2 keroncong. Adapun jenisnya adalah:

- STAMBUL I, misalnya: St I Potong Padi, St I Nina Bobo, dlsb. Struktur Stambul I [16 birama]: Bebas, tapi umumnya adalah sbb.[Potong Padi]:

  • |V , , , |I , , , |IV , V , |I , , , |
  • |I , , , |V , , , |V , , , |I , , , |
  • |I , , , |IV , , , |IV , V , |I , , , |
  • |I , , , |V , , , |V , , , |I , , , |

- STAMBUL II, misalnya: St II Si Jampang, St II Jali-jali, dlsb. Struktur Stambul II [16 birama]:

  • |I - - - |- - - -|IV , , , |IV , V , | [pada baris ini dibuka dengan broken chord I]
  • |I , , , |I , , , |V , , , |V , , , |
  • |I , , , |I , , , |IV , , , |IV , V , |
  • |I , , , |I , , , |V , , , |V , , , , |

- STAMBUL III, misal: St III Kemayoran. Struktur Stambul III [16 birama] sbb.:

  • |I , , , |I , , , | [baris ini menjadi prelude]
  • |V , , , |IV , , , | [baris ini menjadi interlude]

Ciri dari Lagu Stambul adalah panjang 16 birama.

Catatan: Banyak orang menyebut Keroncong Kemayoran, yang sebenarnya Stambul III Kemayoran [lihat tulisan Amir Pasaribu tentang Perkembangan Musik Indonesia, di mana beliau menyebutkan bahwa Lagu Stambul III Kemayoran]

Setelah Perang Dunia I [1910] dengan adanya inflitrasi lagu pop [akibat adanya pembangunan hotel-hotel di Indonesia tahun 1920-an seperti Hotel Savoy di Bandung, di mana hotel tersebut sering mengadakan musik dansa, sehingga musik keroncong saat itu juga dipengaruhi oleh lagu2 pop barat dg struktur panjang 32-birama: A-A-B-A], maka dikenal:

- Langgam Keroncong [32 birama], misalnya: Lg Bengawan Sala, Lg Di Bawah Sinar Bulan Purnama, dan lain sebagainya.

- Stambul Keroncong [16 birama x 2 = 32 birama], misalnya St Jauh Di Mata, St Dewa Dewi . dan lain sebagainya.

- Keroncong Asli [32 birama dg Prelude sebanyak 4 birama dan Interlude sebanyak 4 birama], misalnya Kr Sapu Lidi, Kr Purbakala, dan lain sebagainya.

Ciri dari Lagu Keroncong ini adalah panjang 32 birama.

Ada perbedaan lagu stambul dengan lagu keroncong; yang pertama dengan pantun, sedangkan yang kedua dengan syair.

Keroncong Asli

Keroncong asli memiliki bentuk lagu A - B - C. Lagu terdiri atas 8 baris, 8 baris x 4 birama = 32 birama, di mana dibuka dengan prelude 4 birama yang dimainkan secara instrumental, kemudian disisipi interlude standar sebanyak 4 birama yang dimainkan secara instrumental juga. Alur akordnya seperti tersusun di bawah ini:

  • |V , , , |I , I7 , |IV , V7 , |I , , , | prelude diambil dari baris ke-7 [C1]
  • [A1] | I , , , | I , , , | V , , , | V , , , |
  • [A2] |II# , , , | II# , , , | V , , , | modulasi merupakan ciri keroncong asli
  • |V , , , | V , , , | V , , , |IV , , , | interlude standar utk semua lagu
  • [B1] | IV , , ,| IV , , ,|V7 , , , | I , , , |
  • [B2] |I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , I7 , |
  • [C1] |IV , V7 , |I , I7 , | IV , V7 , |I , , , |
  • [C2] | I , , , | V7 , , , | V7 , , ,| I , , , |

Keroncong asli terkadang juga diawali oleh prospel terlebih dahulu. Prospel adalah seperti intro yang mengarah ke nada/akord awal lagu, yang dilakukan oleh alat musik melodi seperti seruling/flut, biola, atau gitar.

Langgam Keroncong

Bentuk lagu langgam ada dua versi. Yang pertama A - A - B - A dengan pengulangan dari bagian A kedua seperti lagu standar pop: Verse A - Verse A - Bridge B - Verse A, panjang 32 birama. Beda sedikit pada versi kedua, yakni pengulangannya langsung pada bagian B.

Meski sudah memiliki bentuk baku, namun pada perkembangannya irama ini lebih bebas diekspresikan. Penyanyi serba bisa Hetty Koes Endang misalnya, dia sering merekam lagu-lagu non keroncong dan langgam menggunakan irama yang sama, dan kebanyakan tetap dinamakan langgam. Alur akord-nya sebagai berikut:

  • Verse A | V7 , , , |I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |
  • Verse A |V7 , , , | I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |
  • Bridge B |I7 , , , |IV , , , | IV , V , | I , , , | I , , , | II# , , , | II# , , , | V , , ,|
  • Verse A |V7 , , , |I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |

Bentuk adaptasi keroncong terhadap tradisi musik gamelan dikenal sebagai langgam Jawa, yang berbeda dari langgam yang dimaksud di sini. Langgam Jawa yang pertama adalah Yen Ing Tawang [Tawang suatu desa di Magetan] ciptaan Anjar Any [1935].

Langgam Jawa memiliki ciri khusus pada penambahan instrumen antara lain siter, kendang [bisa diwakili dengan modifikasi permainan cello ala kendang], saron, dan adanya bawa atau suluk berupa introduksi vokal tanpa instrumen untuk membuka sebelum irama dimulai secara utuh. Tahun 1980 Langgam Jawa berkembang menjadi Campursari.

Stambul Keroncong

Stambul merupakan jenis keroncong yang namanya diambil dari bentuk sandiwara yang dikenal pada akhir abad ke-19 hingga paruh awal abad ke-20 di Indonesia dengan nama Komedi stambul. Nama "stambul" diambil dari Istambul di Turki.

Stambul memiliki tiga tipe progresi akord yang masing-masing disebut sebagai Stambul I, Stambul II dan Stambul III.

Stambul I merupakan lagu biasa seperi Potong Padi, Bolelebo, Kincir-kincir, Nina Bobo, dll. Stambul II diawali dengan akord terurai [broken chord, untuk mencari nada] kemudian masuk penyanyi itu sendiri dan masuk ke akord IV, dan baru iringan masuk. Struktur ringkas adalah: A - B - A - B. Stambul III dimulai dengan prelude [2 birama] instrumental kemudian diikuti dengan nyanyian, kemudian masuk interlude [2 birama]dan dilanjutkan dengan lagu seluruhnya. Struktur: prelude - A - B - interlude - C - D - E - D.

Dalam perkembangan Stambul I menjadi Langgam Keroncong [32 birama], Stambul II menjadi Stambul Keroncong [32 birama] sehingga Stambul II [16 birama] dimainkan 2x menjadi 32 birama; sedangkan Stambul III menjadi Keroncong Asli [32 birama] dg prelude 4 birama dan interlude 4 birama juga, sedangkan prelude diambil dari baris 7.

Alur akord Stambul Keroncong adalah sbb. [tanda - adalah tacet atau iringan tidak dibunyikan]:

  • |I - - - | - - - - | - - - - |IV , , , | dibuka dg broken chord I utk mencari nada
  • |IV , , , |IV , , , |IV , V ,|I , , , |
  • |I , , , |I , , , |I , , , |V , , , |
  • |V , , , |V , , , |V , , , |I , , , |
  • |I , , , |I , , , |I , , , |IV , , , |
  • |IV , , , |IV , , , |IV , V , |I , , , |
  • |I , , , |I , , , |I , , , |V , , , |
  • |V , , , |V , , , |V , , , |I , , , |

Tokoh Keroncong

Salah satu tokoh Indonesia yang memiliki kontribusi cukup besar dalam membesarkan musik keroncong adalah bapak Gesang. Lelaki asal kota Surakarta [Solo] ini bahkan mendapatkan santunan setiap tahun dari pemerintah Jepang karena berhasil memperkenalkan musik keroncong di sana. Salah satu lagunya yang paling terkenal adalah Bengawan Solo. Lantaran pengabdiannya itulah, oleh Gesang dijuluki "Buaya Keroncong" oleh insan keroncong Indonesia, sebutan untuk pakar musik keroncong.

Asal muasal sebutan "Buaya Keroncong" berkisar pada lagu ciptaannya, Bengawan Solo. Bengawan Solo adalah nama sungai yang berada di wilayah Surakarta. Seperti diketahui, buaya memiliki habitat di rawa dan sungai. Reptil terbesar itu di habitanya nyaris tak terkalahkan, karena menjadi pemangsa yang ganas. Pengandaian semacam itulah yang mendasari mengapa Gesang disebut sebagai "Buaya Keroncong".

contoh musik keroncong seperti dibawah ini :

Page 2

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề