Nilai nilai apakah yang dapat diambil dari para tokoh awal Muhammadiyah

Jakarta -

Buya Syafii Maarif, cendekiawan muslim mantan Ketua PP Muhammadiyah telah wafat pada Jumat [27/5/2022] pukul 10.15 di Yogyakarta. Ulama yang lahir pada 31 Mei 1935 itu diketahui mengalami serangan jantung ringan sejak bulan Maret lalu. Buya Syafii sempat dirawat di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman.

Sebagaimana diberitakan oleh detikjateng sebelumnya, Buya Syafii harus kembali dirawat di rumah sakit yang sama pada bulan Mei ini. Dia mengalami sesak napas yang diduga masih berkaitan dengan serangan jantung yang dialaminya pada dua bulan lalu.

Disebutkan dalam buku bertajuk Muazin Bangsa dari Makkah Darat yang ditulis Ahmad Najib Burhani dkk, Buya Syafii lahir di Kecamatan Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung, Sumatra Barat. Daerah itu mempunyai julukan Makkah Darat.

Semasa muda, Buya Syafii mengenyam pendidikan di banyak tempat, mulai dari Sekolah Rakyat [SR] Sumpur Kudus, Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Sumpur Kudus, FKIS IKIP [Universitas Negeri Yogyakarta], sampai Ohio University dan The University of Chicago.

Sebelum menjadi Ketua PP Muhammadiyah pada tahun 1998, dia pun memiliki riwayat yang amat panjang sebagai pengajar, baik sebagai guru, asisten dosen, sampai dosen senior. Awal karier Buya Syafii Maarif adalah sebagai guru bahasa Inggris dan Indonesia SMP di Baturetno, Surakarta pada tahun 1959-1963.

Kariernya pun menanjak hingga menjadi dosen senior di IKIP Yogyakarta, UII Yogyakarta, Universitas Sebelas Maret, dan lain sebagainya.

Nilai Keteladanan Buya Syafii Maarif

1. Sosok yang Sederhana

Sifat sederhana Buya Syafii Maarif pernah diceritakan oleh Direktur Maarif Institute Muhammad Abdullah Darraz melalui Facebooknya pada [12/8/2017] lalu. Melalui akun tersebut, terdapat foto di mana Buya Syafii naik KRL dan duduk dengan para penumpang lain.

"Pagi ini selepas subuh tadi, orang tua yang sudah menginjak usia 82 tahun 2 bulan ini bergegas berangkat meninggalkan penginapannya di kawasan Kuningan Jakarta Selatan menuju stasiun KRL Tebet. Dengan tujuan ke Bogor beliau bermaksud menghadiri Peluncuran Program Penguatan Pendidikan Pancasila yang diinisiasi oleh lembaga baru 'Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila'," ungkap Darraz dalam akun Facebooknya, sebagaimana dikutip ulang oleh detiknews.

2. Mandiri

Direktur Maarif Institute itu memuji sikap mandiri dan kesederhanaan Buya Syafii. Dia mengatakan sifat ini layak ditiru.

"Kesederhanaan, kesahajaan, dan sikap untuk tidak mau bergantung pada orang lain serta kemerdekaan jiwa manusia sepuh ini menjadi satu bentuk keteladanan yang harus ditiru, setidaknya bagi kami anak-anak ideologisnya," ucapnya.

3. Memiliki Pemikiran Moderat dan Menyejukkan

Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengingat sosok Buya Syafii Maarif sebagai orang yang berpemikiran menyejukkan dan dapat diterima lintas generasi.

"Keteladanan beliau wajib kita teruskan. Sebagai guru bangsa, pemikiran-pemikiran beliau sangat menyejukkan, moderat, dan dapat diterima lintas generasi," katanya kepada wartawan [27/5/2022].

4. Giat Mengembangkan Toleransi Aktif

Dikemukakan dalam buku Mata Air Keteladanan: Pancasila dalam Perbuatan karya Yudi Latif, penerima Penghargaan Magsaysay untuk kategori Perdamaian dan Pemahaman Internasional pada 2008 ini berkomitmen dan tangguh dalam meyakinkan umat muslim untuk menerima dan menerapkan budaya toleransi sebagai harmoni sosial dan kerukunan hubungan antaragama di Indonesia.

Dalam buku Titik-Titik Kisar di Perjalananku, Buya Syafii menuliskan:

Salah seorang sahabatku Sudhamek, Ketua Umum Majelis Buddhayana Indonesia, pada akhir masa jabatanku di PP Muhammadiyah pernah juga mengantarkan cek...untuk membantu pelaksanaan Muktamar Malang. Jadi, Muslim dan nonMuslim telah menjadi sahabat-sahabatku yang akrab dan tulus.

5. Berpedoman pada Pancasila

Saat melayat almarhum Buya Syafii di Masjid gede Kauman Yogyakarta, Presiden Joko Widodo [Jokowi] sempat mengungkapkan beberapa hal soal sosok cendekiawan muslim yang telah berpulang tersebut. Menurut Jokowi, Buya Syafii adalah guru bangsa, hidup dalam kesederhanaan, dan kader Muhammadiyah yang terbaik.

Tak hanya itu, Jokowi juga menyampaikan bagaimana sikap Buya Syafii terhadap Pancasila. Menurutnya, sosok itu kerap menyampaikan pentingnya Pancasila sebagai bapak bangsa.

"[Beliau] Kader terbaik Muhammadiyah yang selalu menyuarakan tentang keberadaan dan toleransi umat-umat beragama," kata Jokowi [27/5/2022] dikutip dari detikjateng.

"Beliau juga selalu menyampaikan pentingnya Pancasila sebagai bapak bangsa," lanjutnya.

Simak Video "Amien Rais: Saya Saksi Buya Syafii Banyak Jasanya Buat Bangsa Kita"



[nah/nwy]

Ada delapan sikap luhur berbasis nilai-nilai utama dalam Muhammadiyah. Nilai tersebut bisa diterapkan untuk menghadapi pandemi yang berlangsung hampir dua tahun ini.

Jumat, 19 November 2021 - 13:17 WIB Penulis: Ika Yuniati Editor: Damar Sri Prakoso | Solopos.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Muhammadiyah merayakan Hari Lahir [Harlah] ke-109 pada Kamis, [18/11/2021]. Puncak peringatan diadakan secara daring disiarkan di kanal YouTube resmi Muhammadiyah.

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, melalui pidatonya, Kamis, mengatakan sejak awal lahir, pendiri Muhammadiyah, Kiai Ahmad Dahlan, menghadirkan organisasi mereka sebagai gerakan untuk memberikan amal kebaikan.

Muhammadiyah tumbuh dengan karya-karya yang dapat membangun umat dan menyiapkan generasi untuk mengelola negara dengan ilmu.

Muhammadiyah sejak awal memperkenalkan Islam dalam dua ranah. Pertama, pemikiran untuk menjadikan umat Islam yang cerdas berilmu dan maju. Kedua, yakni menerjemahkan Islam dalam realitas kehidupan yang nyata melalui pendidikan, pelayanan sosial kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi sebagai cikal bakal gerakan amal usaha Muhammadiyah.

Pada Milad ke-109 Muhammadiyah mengusung tema Optimis Hadapi Pandemi Covid-19: Menebar Nilai Utama. Muhammadiyah, kata Haedar, ingin menyasar kesadaran kolektif bangsa bahwa pandemi Covid-19 memang membuat kita berduka dan mengalami hal-hal berat. Kendati demikian, kita semua harus selalu optimistis dalam menghadapinya.

Kaitannya dengan hal tersebut, Haedar mengatakan ada delapan sikap luhur berbasis nilai-nilai utama dalam Muhammadiyah. Nilai tersebut bisa diterapkan untuk menghadapi pandemi yang berlangsung hampir dua tahun ini.

Nilai pertama yakni ketauhidan untuk kemanusiaan. Berdasarkan teks pidato Haedar dikutip dari laman Muhammadiyah.or.id, tauhid merupakan asas paling mendasar dalam Islam. Kajiannya tidak terbatas menyangkut aspek iman hanya untuk mengesakan Tuhan. Bersamaan dengan itu tauhid maupun iman dan takwa terkait dengan urusan kemanusiaan dan kehidupan.

Dalam hal pandemi Covid-19, Haedar mengatakan dapat diambil hikmah terkait menguatkan keyakinan kaum beriman. Sikap bertauhid meniscayakan kepedulian pada persoalan kemanusiaan, termasuk menyelamatkan jiwa manusia.

“Kehidupan berbasis tauhid adalah realitas yang integral, holistik, monistik, dan universal. Tauhid itu multidimensi, baik vertikal dalam hubungan dengan Allah maupun horizontal dalam relasi kemanusiaan dan alam semesta,” kata Haedar.

Selanjutnya yakni nilai pemuliaan manusia. Pandemi Covid-19 memberikan pembelajaran penting untuk memuliakan manusia agar dihargai dan diselamatkan.

Ketinggian martabat manusia diawali dari penciptaannya sebagai makhluk terbaik. Hal itu tercantum dalam Quran Surat [QS] Al-Tin ayat 4. Manusia juga memiliki kedudukan dan tugas selaku abdullah atau mengabdi kepada Allah [QS Al-Dzariyat: ayat 56], serta khalifah f? al-ardh atau memakmurkan bumi [QS. Al-Baqarah: ayat 30, serta Hud: ayat 61].

Selanjutnya yakni nilai persaudaraan, kebersamaan, serta kasih sayang. Haedar mengatakan Islam mengajarkan tarahum atau welas asih dengan sesama. Al-Ma‘un memiliki arti kemanusiaan pro-duafa yang berwatak welas asih.

Mengutip tokoh Boedi Oetomo yang juga perintis Klinik PKU Muhammadiyah Surabaya pada 1924, Dokter Soetomo, nilai welas asih berbeda dengan pandangan tentang perjuangan manusia dalam seleksi alam versi Charles Darwin [The Origin of Species].

Charles menyatakan bahwa hanya organisme unggul yang mampu bertahan dalam perjuangan hidup.

“Sementara, ajaran welas asih dari Al-Ma’un justru mendasarkan perjuangan hidup secara bersama sehingga yang kuat mau berbagi dengan yang lemah, bukan sebaliknya mengorbankan yang lemah. Mereka yang lemah pun tetap berbuat baik terhadap sesama,” terang Haedar.

Nilai kelima yakni tengahan atau moderat. Muhammadiyah dalam menghadapi pandemi Covid-19 mengembangkan pendekatan wasathiyah. Setiap pengambilan langkah berdasarkan pertimbangan rasional-ilmiah dan spiritual-rohaniah. Ajaran wasathiyyah Islam dalam bersikap menghadapi sesuatu yang tidak menyenangkan agar tidak terjebak pada sikap ekstrem atau berlebihan.

Selanjutnya, Haedar mengatakan pandemi mengajarkan nilai kesungguhan dalam berusaha. Usaha mengatasi pandemi merupakan komitmen dan tanggung jawab bersama. Konsistensi melaksanakan kebijakan oleh pemerintah, disiplin menjalankan protokol kesehatan, melakukan vaksinasi, dan berbagai langkah lainnya merupakan keniscayaan dalam mengatasi pandemi ini.

Nilai selanjutnya yakni keyakinan pada ilmu dan keilmiahan. Muhammadiyah selalu mendorong manusia bersandar pada ilmu. Ilmu yang mencerdaskan dan mencerahkan kehidupan.

Hal terakhir yang harus ditekankan yakni nilai kemajuan. Haedar mengatakan bahwa manusia diajari Tuhan dengan berbagai cara. Setiap musibah bisa jadi salah satu cara Tuhan agar manusia terus mengungkap rahasia ciptaan-Nya yang sangat luas dan tak terbatas. Tujuannya agar manusia bersyukur atas segala nikmat-Nya, serta mengakui Kemahakuasaan-Nya.

“Di sinilah pentingnya membangkitkan nilai dan etos kemajuan bagi seluruh manusia atas musibah yang mewabah di seluruh dunia ini,” kata Haedar.

Kata Kunci : Muhammadiyah Tentang Islam Pandemi Covid-19

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề