Home / Sejarah / Soal
Untuk menumpas pemberontakan PRRI dilakukan dengan jalan damai, tetapi mengalami kebuntuan. Oleh karena itu, pemerintah terpaksa melakukan operasi militer. Terangkan tujuan umum dilakukan operasi militer tersebut!
Jawab:
Tujuan umum dilakukan operasi militer adalah menghancurkan kekuatan pemberontak dan mencegah campur tangan asing. Berikut operasi yang dilakukan untuk menumpas PRRI.
- Operasi Tegas dipimpin oleh Letkol Kaharudin Nasution.
- Operasi 17 Agustus dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani.
- Operasi Saptamarga dipimpin oleh Brigjen Jatikusumo.
- Operasi Sadar dipimpin oleh Letkol Ibnu Surowo.
----------------#----------------
Jangan lupa komentar & sarannya
Email:
Kunjungi terus: masdayat.net OK! :]
Newer Posts Older Posts
Pernyataan berikut yang bukan merupakan tujuan digelarnya Operasi Tegas adalah …
A. Menghancurkan gerakan Permesta di Sulawesi
b. Mencegah campur tangan asing
C. Mengamankan instalasi minyak asing
D. Menghancurkan gerakan PRRI di Riau
Jawaban
Operasi Tegas adalah operasi yang diluncurkan pada tanggal 22 Februari 1958 guna menumpas pemberontakan Pemerintah Revolusioner Rakyat Semesta [PRRI] khususnya di Riau. Operasi ini dibawahi langsung oleh Letnan Kolonel Kaharudin Nasution dengan mulai menyerang Pekanbaru. Serangan ini ditujukan untuk mengamankan wilayah Riau yang kaya minyak, dengan pertimbangan mengamankan instalasi minyak asing di daerah tersebut dan mencegah campur tangan asing dengan dalih menyelamatkan negara dan miliknya dan mencegah komplotan PRRI melarikan diri ke Singapura maupun Malaysia.
Dengan demikian, operasi Tegas bertujuan untuk mengamankan wilayah Riau yang kaya minyak sehingga tidak disalah gunakan oleh pihak asing.
Jadi, jawaban yang tepat adalah A.
Tanggapan dari pemerintah terhadap pemberontakan ini adalah dengan memecat beberapa orang militer yang terlibat, seperti Letkol Achmad Husein, Kolonel Zulkifli Lubis, Dachlan Jambek, Kolonel Vence Samuel dan Kolonel Maludin Simbolon. Kemudian komando daerah militer sumatera dibekukan dan langsung di bawah kepala staf angkatan darat. Selain itu juga dengan melaksanakan berbagai operasi militer, antara lain:
- Operasi Tegas dipimpin oleh Letkol Kaharudin Nasution dengan sasaran daerah Riau, tujuannya untuk mengamankan instalasi-instalasi dan berhasil menguasai kota Pekanbaru
- Operasi 17 Agustus di bawah pimpinan Kolonel Ahmad Yani dengan sasaran daerah Sumatera Barat dan berhasil menguasai kota Padang pada tanggal 17 April selanjutnya menguasai Bukittinggi pada tanggal 12 Maret 1958.
- Operasi Saptamarga dibawah pimpinan Brigjen Jatikusumo untuk mengamankan daerah Sumatera Utara
- Operasi Sadar dibawah pimpinan Letkol. Ibnu Sutowo untuk menguasai daerah Sumatera Selatan
Untuk menumpas gerakan Permesta, dilancarkan operasi gabungan dengan nama Operasi Merdeka yang dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendradiningrat, yang terdiri dari berbagai operasi, yakni:
- Operasi Saptamarga I dipimpin oleh Letkol Sumarsono dengan daerah sasaran Sulawesi Utara bagian tengah
- Operasi Saptamarga II dipimpin oleh Letkol Agus Prasmono dengan sasaran Sulawesi Utara bagian selatan
- Operasi Saptamarga III dipimpin oleh Letkol Magenda dengan sasaran kepulauan sebelah utara Menado.
- Operasi Saptamarga IV dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendradiningrat dengan sasaran Sulawesi Utara
- Operasi Mena I dipimpin oleh Letkol Pieters dengan sasaran Jailolo
- Operasi Mena II yang dipimpin oleh Letkol KKO Hunholz untuk merebut lapangan udara Morotai, sebelah utara Halmahera.
Buku Sejarah TNI-AD, 1945-1973: Peranan TNI-AD dalam mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia
Kolonel A Yani dan Letkol Udara Wiriadinata menyaksikan pendaratan APRI di Padang, 17 April 1958.
KOMPAS.com - Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia [PRRI] merupakan gerakan pertentangan antara pemerintah RI dan daerah yang terjadi pada 1950 di Sumatera.
Latar belakang munculnya gerakan PRRI adalah rasa tidak puas di daerah terhadap kebijakan pemerintah pusat pada saat itu.
Ketidakpuasan di daerah dipicu oleh adanya kesenjangan pembangunan di Pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya.
Akibatnya, terjadi berbagai revolusi di daerah. Untuk menumpas pemberontakan PRRI, pemerintah melancarkan serangkaian operasi militer.
Baca juga: PRRI: Latar Belakang, Tuntutan, Anggota, Penumpasan, dan Dampaknya
Penumpasan PRRI
Pascakemerdekaan, kondisi pemerintahan di Indonesia masih belum stabil, sehingga kesejahteraan dan pemerataan pembangunan pun terasa sulit.
Kesenjangan pembangunan yang terjadi di Pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya kemudian memicu munculnya sentimen bahwa daerah dikesampingkan.
Sentimen ini kemudian mengakibatkan terjadinya upaya-upaya revolusi di daerah.
Buntut dari upaya-upaya tersebut adalah diklaimnya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia [PRRI] oleh Letkol Ahmad Husein pada 15 Februari 1958.
Dalam pemberontakannya, PRRI mengajukan beberapa ultimatum. Salah satu ultimatum yang diberikan PRRI/Permesta kepada pemerintah pusat adalah presiden harus mencabut mandat Kabinet Djuanda.
Semenjak gerakan PRRI semakin gencar dilakukan, pemerintah pusat menganggap hal ini harus segera dihentikan.
IPPHOS
Ventje Sumual dalam penyelesaian PERMESTA, sedang menyampaikan pidatonya pada Rapat Umum di Minahasa pada tanggal 10 September 1957
KOMPAS.com - Perjuangan Semesta atau Perjuangan Rakyat Semesta [Permesta] adalah gerakan militer yang dideklarasikan oleh pemimpin militer Negara Indonesia Timur.
Gerakan ini dibentuk pada tanggal 2 Maret 1957 yang mulanya terjadi di Makassar, namun kemudian berpindah ke Manado, Sulawesi Utara.
Gerakan ini dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual, seorang perwira militer yang terlibat dalam Revolusi Nasional Indonesia.
Baca juga: Sejarah Koperasi Indonesia
Latar Belakang
Munculnya pemberontakan Permesta di Indonesia Timur disebabkan oleh beberapa alasan.
Salah satunya adalah berkembangnya sentimen di Sulawesi dan Sumatera Tengah yang merasa kebijakan yang dibentuk pemerintah pusat di Jakarta telah menghambat perekonomian lokal.
Para perwira daerah merasa kecewa karena pemerintah pusat dianggap terlalu mengistimewakan Pulau Jawa dibandingkan pulau lain.
Politik dan perekonomian Indonesia pada saat itu terpusat di Pulau Jawa. Padahal sumber-sumber perekonomian negara lebih banyak berasal dari pulau lain.
Dengan hambatan tersebut, proses pengembangan daerah juga jadi terbatas dan terganggu.
Adanya perselisihan ini kemudian memunculkan aspirasi untuk memisahkan diri dari Indonesia.
Baca juga: Kabinet Indonesia Maju: Latar Belakang, Susunan, dan Program Kerja
Awal Mula Gerakan
Pada 1957, Gubernur Sulawesi Andi Pangerang Pettarani bertemu dengan Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo dan Menteri Dalam Negeri R. Sunarjo.