Pembangkit listrik tenaga batubara di Indonesia terdapat di Provinsi

Daftar isi

PLN: PLTU Jawa 7 Menjadi yang Terbesar

Indra Gunawan Feb 11, 2020 7:04 am 12368 0

Pembangkitan Jawa-Bali Investasi /Sumber: PJBI

Sejak akhir tahun 2019, Pasokan listrik di Jawa Bali semakin meningkat dengan telah beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Uap [PLTU] Jawa 7 Unit 1. PLTU berbasis batubara yang terletak di Serang, Provinsi Banten merupakan PLTU terbesar di Indonesia dengan total kapasitas sebesar 2×1.000 Megawatt [MW].

“Saat ini beroperasi satu unit dengan kapasitas daya listrik yang dihasilkan mencapai 1.000 MW. Untuk unit 2 berkapasitas 1.000 MW juga, akan masuk tahun ini. PLTU ini sementara menjadi PLTU terbesar di Indonesia,” jelas Direktur Bisnis Regional Jawa, Madura dan Bali PLN, Haryanto WS dalam keterangan resmi, Senin 10 Februari 2020.

Daya listrik pembangkit PLTU Jawa 7 akan disalurkan untuk memperkuat sistem interkoneksi Jawa-Bali melalui jaringan Suralaya-Balaraja 500 kV menuju interkoneksi Jawa-Bali. Dengan demikian peningkatan kebutuhan listrik yang terus meningkat dari tahun ke tahun bisa ditopang.

Dari sisi teknologi, PLTU ini merupakan pembangkit besar pertama di Indonesia yang menggunakan boiler Ultra Super Critical [USC] yang dapat meningkatkan efisiensi pembangkit hingga 15 persen lebih tinggi dibandingkan non USC. Teknologi USC juga membuat emisi yang dihasilkan menjadi lebih rendah sehingga lebih ramah lingkungan.

Selain teknologi boiler, PLTU Jawa 7 dalam operasinya juga menggunakan SWFGD [ Sea Water Fuel Gas Desulfurization ] sehingga sangat ramah lingkungan karena penyaluran batu bara dari tongkang menggunakan coal handling plant sepanjang 4 kilometer sehingga tidak ada batu bara yang tercecer hingga coal yard.

Dengan kapasitas yang besar dan penggunaan teknologi terkini, biaya pokok penyediaan [BPP] dapat ditekan. Adapun BPP PLTU Jawa 7 adalah senilai US$4,2 sen per kWh. Nilai tersebut jauh lebih rendah dibanding BPP PLTU lama yang mencapai US$5 sen hingga US$6 sen per kWh.

Dalam pengerjaannya, PLTU ini juga menyerap tenaga kerja hingga lebih dari 4.000 orang. Selain itu, dengan PLTU ini juga turut aktif membantu kelestarian lingkungan dengan mengadakan berbagai kegiatan seperti normalisasi sungai Terate dan gerakan bersih laut dan pantai.

“Alhamdulillah PLTU ini selalu mendukung kegiatan kemasyarakatan, mulai dari kegiatan keagamaan, hingga kegiatan bersih lingkungan,” ucap Agus salah satu warga yang tinggal di Sekitar PLTU.

Adapun proyek PLTU Jawa 7 merupakan hasil kerja sama antara anak usaha PLN yaitu PT Pembangkitan Jawa Bali dengan China Shenhua Energy Company Limited.

Baca juga: PLN Miliki Pasokan Listrik yang Surplus

Kalsel: Kaya batubara, miskin listrik

Keterangan gambar,

Pembangkit Listrik bertenag diesel terbesar di Kalimantan Selatan

Kalimantan Selatan adalah satu satu propinsi penghasil batubara terbesar di Indonesia, tapi masih juga kekurangan listrik.

PLN hanya mampu menyediakan daya sebesar 250 Megawatt, sementara beban puncak untuk Kalimantan Selatan dan Tengah mencapai 320 Megawatt.

Sejak tahun 1999-2000 ketika PLTU Asam-Asam berkapasitas 2 x 65 MW dibangun, praktis tidak ada pembangunan pembangkit listrik berskala besar di Kalimantan Selatan.

"Sejak tahun 2000 hingga sekarang ini, kondisi kita memang sangat terbatas sekali," kata Ir Sukahar, deputy manajer operasi pembangkit PLN Kalimantan Selatan dan Tengah.

Akibatnya pada masa-masa beban puncak di petang dan malam hari, pelanggan industri seperti pabrik dan hotel harus keluar dari sistem listrik PLN dan menggunakan generator sendiri.

Ini Dia 2 Provinsi 'Raja' Batu Bara Terbesar di Indonesia

- detikFinance
Rabu, 19 Feb 2014 16:22 WIB
0 komentar
SHARE URL telah disalin
Samarinda -

Produksi batu bara Indonesia tercatat terus tumbuh dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Dua provinsi di Kalimantan masih menjadi penyumbang terbesar produksi batu bara nasional. Siapa saja?

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia [BI] Perwakilan Kaltim, Ameriza M Moesa mengatakan, dua provinsi tersebut adalah Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.

"Bahkan share [porsi produksi batu bara] Kaltim terus mengalami tren meningkat dalam 3 tahun terakhir hingga 54 persen, sementara Kalsel cenderung menyusut," kata Ameriza dalam sebuah diskusi di kantor BI Perwakilan Kaltim, Jl Gadjah Mada, Samarinda, Rabu [19/2/2014].

Ameriza menerangkan, pemerintah pada tahun ini menargetkan produksi batu bara sedikit lebih menurun dari target, namun Kaltim diperkirakan masih akan stabil pada level produksi 220 juta ton. Secara historis, pangsa pasar ekspor batu bara Indonesia ke China dalam 3 tahun terakhir tercatat konstan, dibanding porsi ekspor batu bara ke India yang semakin besar.

"Namun demikian dari permasalahan infrastruktur, lemahnya mata uang India dan tingginya inflasi, serta belum pulihnya sektor industri otomotif dan konstruksi, diproyeksi membawa impor batu bara India melemah triwulan I-2014," ujar Ameriza.

"Optimisme datang dari pasar China yang kembali melakukan pembelian batu bara Indonesia pasca tahun baru Imlek. Bahkan selain itu, badai salju, cukup ekstrem yang melanda beberapa distrik di China pada awal tahun membuat konsumsi listrik lebih tinggi dari level normalnya dan berpotensi menambah permintaan batu bara," tambahnya.

Sementara untuk pemenuhan kebutuhan domestik, dalam catatan BI, kebutuhan batu bara nasional diperkirakan masih akan stabil pada 95 juta ton di 2014. Mayoritas kebutuhan batu bara sebesar 82,4% digunakan oleh pembangkit listrik, baik milik negara maupun swasta.

"Meski harus diakui bahwa terdapat kekhawatiran terhadap penyerapannya akibat kendala yang dihadapi dalam proyek PLTU misalnya, antara lain aksi penolakan dari masyarakat dengan dalih faktor lingkungan," ungkap Ameriza.

Ameriza membeberkan, masih dalam catatan BI terkait proyeksi prospek ekonomi di 2014, PLTU milik PT PLN [Persero] memiliki kebutuhan 57,4 juta ton batu bara [60,1%], Independent Power Plant [IPP] membutuhkan 19,91 juta ton [20,8%], PLTU Non PLN dan IPP membutuhkan 1,39 juta ton [1,5%].

Sementara industri semen memerlukan 9,8 juta ton batu bara [10,3%], sektor metalurgi 3,23 juta ton [3,4%], sektor tekstil dan produk tekstil 2,06 juta ton [2,2%], industri pupuk memerlukan 1,16 juta ton [1,2%], serta industri pulp membutuhkan 0,6 juta ton [0,6%].

"Tercatat total kebutuhan batu bara domestik sebesar 95,55 juta ton di 2014," tambahnya.

Masih menurut Ameriza, tahun 2013 lalu juga menjadi catatan tersendiri bagi industri batu bara akibat rendahnya harga. Ameriza menyebutkan, Harga Batubara Acuan [HBA] telah menyentuh level terendah di Oktober 2013 lalu, yakni US$ 76,61 per ton, di mana pemulihan ekonomi sejumlah negara maju seperti China dan India yang menjadi tujuan ekspor yang terhambat, membuat kebutuhan industri terhadap energi batu bara tidak seperti yang diperkirakan banyak kalangan.

"Tahun lalu produksi batu bara nasional diestimasi meningkat 9,1% year on year menjadi 412 juta ton di 2013, melenceng dari target pemerintah sebanyak 368 juta ton. Sementara produksi Kaltim justru naik menjadi 218 juta ton," terang Ameriza.

[dnl/dnl]
0 komentar
SHARE URL telah disalin

Video liên quan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề