Seperti yang kita ketahui, pandemi ini menyebabkan banyak hal-hal berubah. Mulai dari kita yang seharusnya bisa beraktivitas di luar rumah kini harus terbatas di kamar saja hingga sekolah yang harusnya menggunakan media tulis bergeser menggunakan media digital. Ada perubahan yang signifikan pada pola hidup tiap orang dan hal tersebut bukanlah sesuatu yang dapat dipungkiri.
Salah satu yang berubah berkat pola aktivitas diam di rumah ini adalah pola tidur. Pola tidur yang awalnya normal berubah menjadi abnormal dikarenakan kebiasaan begadang.
Bisa karena mengerjakan tugas, bisa juga karena merasa bahwa tidak ada kewajiban untuk bangun pagi sehingga tak perlu takut untuk begadang. Banyak orang mengacaukan pola tidur mereka dan pada akhirnya menggantikan tidur malam dengan tidur di pagi atau siang hari. Kian hari muncullah sebuah pertanyaan, akankah tidur siang mampu menggantikan tidur normal atau tidur malam.
Tidur sendiri merupakan aktivitas yang tak bisa dipungkiri adalah sebuah kebutuhan bagi tubuh manusia. Tidur memiliki dua fase yaitu NREM [Non-rapid Eye Movement] dan juga REM [Rapid Eye Movement]. NREM merupakan fase tidur ringan yang nantinya akan secara bertahap berubah menjadi tidur lelap atau REM.
Manusia butuh tidur untuk bertahan hidup dan kurangnya tidur mampu menuntun pada menurunnya kesehatan seseorang. Manusia dewasa membutuhkan setidaknya 7,5 sampai 8,5 jam tidur setiap harinya [Banks & Dinge, 2011] dan banyak dari kita yang menambal atau mengganti beberapa jam dari kebutuhan waktu tidur tersebut dengan tidur siang--atau mungkin justru secara keseluruhan mengganti waktu tidur tersebut dengan tidur siang.
Banyak yang beranggapan bahwa tidur siang sama dengan tidur malam dan menyimpulkan bahwa tidur di siang hari mampu menggantikan tidur di malam hari. Namun, apakah hal ini benar adanya? Menurut Howard ME, Radford L, Jackson ML, Swann P, dan Kennedy GA, tidur siang lebih dari tiga puluh menit sifatnya adalah impractical atau bisa dibilang tidak bermanfaat karena tidur siang ini justru akan menuntun pada sleep Inertia [Lovato, 2009].
Apakah sleep inertia itu? Sleep inertia merupakan kondisi di mana seseorang akan merasa gelisah atau resah saat bangun tidur. Waktu tidur siang yang ideal adalah antara kisaran 30 hingga 40 menit. Sehingga bisa dibilang tidur siang dalam waktu lama justru merugikan bagi tubuh kita. Memang benar jika tidur di siang hari mampu mengurangi rasa ngantuk yang kita rasakan.
Namun, penelitian masih menunjukkan bahwa orang-orang yang mengganti tidurnya dengan tidur siang masih menunjukkan gejala kurang tidur. Karena pada dasarnya tidur yang cukup dilihat tak hanya dari segi kuantitatif [jumlah jam tidur] melainkan juga dari segi kualitatif [dalamnya tidur]. Hal-hal itu meliputi lamanya jam tidur, waktu yang dibutuhkan untuk jatuh tertidur, hingga kepuasan tidur.
Jadi pada dasarnya tidur siang tidaklah bisa menggantikan tidur malam. Selain itu, tidak tidur malam atau kurang tidur juga bisa berdampak buruk bagi kesehatan kita. Tidak tidur malam menyebabkan kita mengalami kurang tidur dan kurang tidur ini akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi.
Hal ini tentu saja berpengaruh besar bagi siswa maupun mahasiswa yang tengah mengenyam pendidikan. Kurangnya konsentrasi mampu menghambat proses belajar. Hal ini bisa terjadi karena rasa mengantuk dan juga lelah yang disebabkan oleh kurang tidur. Lelah ini bisa jadi dialami seseorang bukan secara fisik tetapi juga secara mental. Karena selain menurunkan kemampuan otak untuk berkonsentrasi, kurang tidur juga bisa memicu ketidakstabilan emosional dan juga impulsif yang berlebihan [marah berlebihan, sedih dan resah, dan lain lain.].
Selain itu, kurangnya tidur juga bisa berdampak fisiologis yang salah satunya adalah memicu penyakit seperti hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang amat sering kita temui karena penyakit ini adalah penyakit yang bisa dibilang cukup umum. Hipertensi adalah keadaan dimana terjadi peningkatan pada tekanan darah seseorang.
- 1
- 2
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
Video Pilihan
Reporter
Minggu, 24 April 2022 02:49 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Begadang telah menjadi gaya hidup sebagian orang. Sulitnya tidur di malam hari membuat seseorang lebih memilih bekerja saat malam dibanding pagi atau siang hari. Sebagai gantinya, tak jarang seseorang menukar jam tidur menjadi pagi hari karena malamnya digunakan untuk bekerja. Tapi, bolehkan hal ini dilakukan?
Idealnya, orang dewasa membutuhkan waktu tidur sekitar tujuh sampai sembilan jam setiap harinya. Sayangnya, masih banyak yang kesulitan tidur berkualitas atau bahkan terlalu banyak tidur. Tentu saja hal ini tidak baik bagi kesehatan. Dikutip dari Everyday Health, tidak memiliki tidur yang berkualitas dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung, diabetes, darah tinggi, stroke, obesitas, dan lain sebagainya.
Studi yang dilakukan oleh Proceedings of the National Academy of Sciences menunjukkan bahwa menukar jam tidur dari malam menjadi pagi atau siang pun ternyata besar risikonya. Meskipun itu hanya terjadi dalam satu hari, efeknya bisa merubah lebih dari 100 protein dalam darah, termasuk yang berdampak pada gula darah, metabolisme, dan kekebalan tubuh. Apabila dilakukan dalam jangka waktu lama, perubahan biokimia dalam kadar protein darah dapat menyebabkan bertambahnya berat badan, diabetes, bahkan kanker.
Mengapa menukar jam tidur dapat sangat berbahaya? Mengutip dari Sleep Foundation, terdapat istilah yang dinamakan circadian rhythm atau ritme sirkadian. Ritme ini mengatur keseimbangan antara jam tidur dan terjaga. Paparan sinar merupakan komponen penting dalam ritme sirkadian yang kemudian kaitannya sangat erat dengan siang dan malam.
Pada siang hari, cahaya yang didapatkan oleh tubuh lebih banyak sebab ada sinar matahari. Kemudian saat malam, sinar yang masuk ke mata lebih sedikit dan otak mengirimkan sinyal untuk tidur. Mengutip WebMD, hormon melatonin dan kortisol juga berperan dalam ritme sirkadian. Hormon melatonin menimbulkan rasa kantuk, sedangkan kortisol membuat kita lebih waspada dan terjaga.
Apabila ritme sirkadian tidak berjalan dengan semestinya, akan sangat berdampak pada kualitas tidur. Padahal, tidur berkualitas sama pentingnya dengan makan makanan bergizi dan rajin berolahraga. Singkatnya, kualitas tidur yang buruk berbahaya bagi kesehatan tubuh, bahkan memicu sleep disorder atau gangguan tidur seperti insomnia, apnea, serta rasa lelah terus-menerus.
VIOLA NADA HAFILDA
Baca juga: Pentingnya Tidur Siang Setengah Jam, Cek Manfaatnya
Rekomendasi Berita
Inilah 5 Manfaat Teh Matcha bagi Kesehatan
11 jam lalu
Teh matcha, yang memiliki kandungan kafein dan antioksidan lebih banyak daripada teh hijau, memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Apa saja?
Berapa Lama Tidur yang Dibutuhkan untuk Membantu Turunkan Berat Badan?
19 jam lalu
Tidur dalam waktu yang kutang memadai cenderung meningkatkan rasa lapar pada orang dewasa.
5 Cara Sehat Menaikkan Berat Badan untuk Anak-anak dan Dewasa
20 jam lalu
Sama seperti menurunkan berat badan, menaikkannya pun perlu dilakukan dengan cara yang sehat.
3 Anggapan Keliru soal Menaikkan Berat Badan
22 jam lalu
Banyak mitos yang beredar tentang cara menaikkan berat badan yang tidak akurat. Simak faktanya.
DKI Jakarta Janji Turunkan 41 Persen Partikel Polusi Udara Berbahaya buat Kesehatan
1 hari lalu
DKI Jakarta menargetkan penurunan 41 persen polutan berbahaya PM2,5 pada 2030 melalui tiga strategi dan 75 rencana aksi pengendalian pencemaran udara.
Kebiasaan untuk Menjaga Memori dan Kebahagiaan Seiring Bertambahnya Usia
1 hari lalu
Banyak yang bisa berubah seiring bertambahnya usia, dari kebiasaan tidur hingga rutinitas sehari-hari
5 Manfaat Minum Kopi bagi Kesehatan
2 hari lalu
Selain efek energinya, kopi telah dikaitkan dengan daftar panjang manfaat kesehatan potensial sehingga memberi lebih banyak alasan untuk menyeduhnya.
Tertidur Berselang Aktivitas Bekerja, Apa Itu Inemuri?
3 hari lalu
Tertidur di tempat kerja atau inemuri karena seseorang kelelahan bekerja terlalu keras
Berbagai Pendapat tentang Astral Projection
3 hari lalu
Pengalaman visual di luar tubuh kejadian ini disebut astral projection
Masalah Fisik yang Paling Banyak saat Pandemi Covid-19
4 hari lalu
Masalah yang paling umum pada sebagian besar orang di masa pandemi Covid-19 adalah kenaikan berat badan karena berkurangnya aktivitas.