Selasa, 10 April 2018 | 08:34 WIB
Mengapa adonan roti bisa mengembang?
Bobo.id – Apakah teman-teman pernah melihat proses pembuatan roti?
Saat adonan roti dimasukkan ke dalam oven, lama-lama adonan tersebut bisa mengembang sampai menjadi roti yang siap dimakan.
Mengapa adonan tersebut bisa mengembang, ya?
Ada Ragi dalam Adonan Roti
Ternyata adonan roti bisa mengembang karena dicampur dengan ragi.
Ragi itu mengandung makhluk hidup bersel satu atau yang sering kita sebut dengan mikroorganisme, yang masuk dalam kelompok fungi atau jamur.
BACA JUGA : Inilah 5 Makanan yang Dilarang di Beberapa Negara
Ragi yang biasa kita lihat adalah berbentuk cair atau butiran.
Lalu, apakah mikroorganisme tersebut memang bisa berubah bentuk menjadi cairan atau butiran?
Jawabannya adalah tidak bisa, teman-teman.
Sebab, sebenarnya yang berbentuk cair atau butiran tadi itu hanyalah media atau tempat, yang digunakan untuk mengembangbiakkan ragi.
Adonan Roti Bisa Mengembang Karena Adanya Fermentasi
Page 2
Page 3
Hanna Vivaldi
Mengapa adonan roti bisa mengembang?
Bobo.id – Apakah teman-teman pernah melihat proses pembuatan roti?
Saat adonan roti dimasukkan ke dalam oven, lama-lama adonan tersebut bisa mengembang sampai menjadi roti yang siap dimakan.
Mengapa adonan tersebut bisa mengembang, ya?
Ada Ragi dalam Adonan Roti
Ternyata adonan roti bisa mengembang karena dicampur dengan ragi.
Ragi itu mengandung makhluk hidup bersel satu atau yang sering kita sebut dengan mikroorganisme, yang masuk dalam kelompok fungi atau jamur.
BACA JUGA : Inilah 5 Makanan yang Dilarang di Beberapa Negara
Ragi yang biasa kita lihat adalah berbentuk cair atau butiran.
Lalu, apakah mikroorganisme tersebut memang bisa berubah bentuk menjadi cairan atau butiran?
Jawabannya adalah tidak bisa, teman-teman.
Sebab, sebenarnya yang berbentuk cair atau butiran tadi itu hanyalah media atau tempat, yang digunakan untuk mengembangbiakkan ragi.
Adonan Roti Bisa Mengembang Karena Adanya Fermentasi
Mungkin beberapa orang tidak menyadari bahwa roti yang sangat akrab kita temui dan konsumsi merupakan salah satu produk hasil fermentasi. Umumnya, fermentasi pada roti dilakukan dengan menambahkan ragi. Ragi untuk roti dibuat dari Saccharomyces cereviceae yang dapat mengubah gula menjadi gas karbondioksida untuk pengembangan adonan roti. Gula yang diubah dapat berasal dari tepung maupun gula yang sengaja ditambahkan dalam adonan. Pada ragi terdapat enzim yaitu protease yang dapat memecah protein, lipase yang dapat memecah lemak, invertase yang memecah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, maltase yang memecah maltosa menjadi glukosa-glukosa, serta zymase yang memecah glukosa menjadi alkohol dan karbondioksida [Koswara, 2009].
Pembuatan roti diawali dengan proses pencampuran yang sebenarnya terdiri dari beberapa teknik. Salah satunya adalah straight dough yaitu teknik pencampuran paling sederhana yang dilakukan dengan mencampur semua bahan sekaligus hingga menjadi adonan lalu dilakukan fermentasi sebagai tahapan selanjutnya. Adapun teknik lain yaitu sponge and dough yang dilakukan dengan cara mencampur sebagian besar tepung dan air, ragi, garam, serta zat pengemulsi kemudian difermentasi terlebih dahulu lalu ditambahkan dengan bahan lain yang belum ikut tercampur. Walau terdapat berbagai teknik pencampuran yang dapat dilakukan, namun tahap pencampuran ini memiliki tujuan utama yaitu untuk membuat dan mengembangkan sifat daya rekat atau gluten. Tepung mengandung protein yang sebagian besarnya akan membentuk gluten apabila dibasahi, diaduk-aduk, ditarik, dan diremas-remas. Gluten inilah yang akan bertanggungjawab menahan gas CO2 . Tahapan proses selanjutnya adalah fermentasi atau peragian. Ragi yang telah ikut tercampur di dalam adonan roti didiamkan selama 3-6 jam untuk memberi waktu terjadinya proses fermentasi. Selama fermentasi, enzim pada ragi akan bereaksi dengan pati dan gula untuk menghasilkan gas karbondioksida. Gas karbondioksida yang terbentuk akan menyebabkan adonan roti menjadi mengembang sehingga adonan menjadi lebih ringan dan lebih besar. Suhu dan kelembaban kondisi saat fermentasi akan mempengaruhi adonan roti hasil fermentasi yang dihasilkan. Umumnya suhu yang digunakan untuk memperoleh adonan roti yang mengembang seragam adalah pada suhu kurang lebih 26˚C dan kelembaban 70-75%. Hasil dari proses fermentasi akan menyebabkan penurunan pH dari 5,3 menjadi 4,5. Hal ini disebabkan karena selama fermentasi terjadi pembentukan asam seperti asam asetat dan asam laktat. Tahapan proses selanjutnya adalah pembentukan. Pada proses ini adonan dibagi dan dibulatkan, didiamkan, dipulung, dan dimasukkan ke dalam loyang untuk fermentasi akhir sebelum dipanggang. Adonan dapat dibagi menggunakan pemotong adonan. Adonan yang telah dibagi dan dibulatkan kemudian didiamkan pada ruang dengan suhu hangat selama 3-25 menit. Proses pendiaman ini bertujuan untuk memberikan waktu fermentasi agar dihasilkan gas karbondioksida lagi sehingga adonan bertambah elastis dan dapat mengembang setelah banyak kehilangan gas karbondioksida akibat pembagian/pemotongan. Kemudian adonan dipulung yang antara lain terdiri dari pemipihan dan penggulungan. Lalu adonan diletakkan dalam loyang yang telah dioles dengan margarin ataupun mentega agar adonan tidak lengket pada loyang. Selanjutnya adonan didiamkan lagi agar terjadi proses fermentasi akhir pada suhu sekitar 38˚C yang bertujuan agar adonan mencapai volume dan struktur remah yang optimum. Setelah itu, tahapan terakhir dari proses pembuatan roti adalah pemanggangan [Koswara, 2009].
Sumber:
Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Roti. //tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/sites/1208/2013/07/Teknologi-Roti-Teori-dan-Praktek.pdf diakses tanggal 21 Oktober 2018
Pembuatan roti memanfaatkan proses fermentasi yang dibantu oleh Saccharomyces cerevisiae. Fermentasi tersebut menghasilkan banyak gas karbon dioksida dan sedikit alkohol. Gas karbon dioksida akan membuat adonan roti mengembang, sedangkan alkohol akan menghasilkan aroma khas pada adonan roti. Gas karbon dioksida yang terperangkap dalam adonan akan memuai saat adonan roti dimasukkan ke oven, sehingga membuat roti semakin mengembang dan meninggalkan rongga dalam roti.
Jadi, peristiwa yang membuat roti mengembang pada saat dipanggang adalah pemuaian gas karbon dioksida yang merupakan hasil fermentasi dengan bantuan Saccharomyces cerevisiae.
Benda dengan massa 4 kg berada pada ketinggian 90 m dari atas tanah jika gaya gravitasi bumi 10 m/s berapa energi potensialnya
Seseorang mengangkat peti ke atas meja dalam 10 detik jika usaha 200 Joule hitunglah daya orang tersebut
Tolong bantu kerjain pake diketahui, ditanya, jawab! Jawab asal auto report!
Sebuah benda massanya 3 kg bergerak dengan kecepatan 4 m/5 hitunglah energi genetik
sebuah gaya besarnya 50 newton.mengenai 10 meter hitunglah usaha pada benda tersebut
8. Jika Anda memecahkan sebuah termometer raksa atau menumpahkan raksa, Anda sebaiknya.... a. membiarkannya ditemukan oleh teman lain b. mengambil beb …
daun teh dan bunga melati zat adiktif apa?
Tolong y kak, besok dikumpulkan soalny
Tuliskan reaksi dan nama reaksi, lalu beri nama produk yang dihasilkan jika senyawa 2-metil-2 pentena direaksikan dengan: d. HBr [dengan H2O2]e. HBr [ …
6. Tiga gaya bekerja pada benda seperti gambar berikut!