Rumah panggung keunikannya apa?

KAYU-KAYU itu disusun. Bukan dari sembarang kayu, sebab harus dipilih kayu dari pohon yang punya karakteristik khusus. Kayu tersebut harus punya struktur kuat dan mampu bertahan sampai puluhan, bahkan ratusan tahun sebab yang bakal dibangun bukan gubuk, melainkan rumah keluarga.

Bentuknya seperti rumah panggung dari wilayah lain. Ada satu tangga dengan dua kaki pada bagian depan. Ditanam jauh menghujam bumi ialah fondasi. Di atasnya tersambung erat pilar yang terbuat dari kayu ataupun batu. Beberapa di antara balok kayu tersebut bersambung utuh tidak terputus.

Balok kayu sekitar berdiameter 50 cm berdiri kukuh menyokong pancang rangka yang saling terkait. Di atasnya, hampir semua kerangka pemberi bentuk saling terpaut. Rumah itu berdiri kukuh. Sebelah bawah terdapat kolong yang biasa dimanfaatkan untuk menyimpan barang hasil panen.

Rarampoan, begitu istilah untuk menunjuk dapur, tidak bergabung dengan rumah utama. Rarampoan menempel ke belakang dari rumah induk. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kebakaran. Melongok ke dalam, ada lorong panjang yang seolah membagi rumah menjadi dua sisi sama besar. Sisi kanan-kiri terdapat beberapa kamar tidur. Kamar paling depan, dekat dengan pintu masuk biasa ditempati oleh anggota keluarga lebih tua seperti orangtua. Semakin ke dalam, kamar ditempati oleh anggota keluarga lebih muda, semisal anak.

Indonesia memang dikenal dengan kebudayaan yang beragam. Hampir semua provinsi mempunyai rumah adat yang khas. Ragam bentuk rumah adat tersebut bersumber dari suku yang berdiam di wilayah tersebut. Memang terdapat beberapa kemiripan bentuk antara rumah adat satu dan yang lain. Namun jangan khawatir, konsep dan nilai budaya di setiap rumah adat pastilah berbeda. Tak terkecuali rumah adat suku Minahasa. Berbentuk panggung, rumah adat suku yang mendiami Provinsi Sulawesi Utara itu agak berbeda dengan rumah panggung lain. Misalnya, Rumah Panjang ala Suku Dayak. Sama-sama rumah panggung, tetapi punya perbedaan dari penghuninya. Rumah Panjang Suku Dayak didiami oleh banyak kepala keluarga, sedangkan rumah panggung Suku Minahasa didiami oleh satu kepala keluarga.

Rumah Wale, begitu sebutan untuk rumah adat Minahasa. Secara sederhana, merupakan rumah panggung yang dibangun di atas tiang dan balok yang di antaranya terdapat balok yang tidak boleh disambung. Terdapat beberapa yang unik dari rumah adat ini. Pada bagian depan terdapat satu tangga dengan dua kaki. Kedua kaki tangga berhulu satu dan bertemu pada sisi emperan rumah. Satu kaki mengarah ke kanan, satu lagi mengarah ke kiri.

Ritual Rumamba
Ternyata ada maksud tersendiri dari kaki tangga yang mengarah ke dua arah, kanan dan kiri. Ini sehubungan dengan upacara khusus yang dilakukan saat mulai menempati rumah yang baru. Upacara tersebut bernama Rumamba.

Ritual Rumamba dimaksudkan untuk melindungi rumah dari segala gangguan, baik dari roh halus maupun manusia yang berniat jahat. Menurut salah seorang warga Suku Minahasa, Edwien Rumbajan, 56, masyarakat Minahasa juga memercayai adanya kehidupan lain di luar kehidupan nyata. Mereka juga meyakini adanya kekuatan gaib yang bisa dipakai untuk mencelakai maupun menolong. "Jadi, masyarakat Minahasa juga ada magis, tapi magis putih yang bermaksud untuk melindungi keluarga dan menolong orang lain," terang Edwien.

Itulah sebabnya ada perbedaan fungsi dan guna dari kedua tangga. Tangga sebelah kiri digunakan untuk para tamu yang datang berkunjung. Seusai berkunjung, para tamu akan keluar dan meninggalkan rumah lewat tangga sebelah kanan. Jika tamu tersebut turun dari tangga sebelah kiri, itu pertanda tamu tidak diharapkan oleh tuan rumah atau dengan kata lain, ditolak. Bahkan, bisa juga berarti tidak diizinkan masuk oleh sang empunya rumah. Ketika ada orang berniat buruk, semisal pencuri, maka orang itu turun dari sisi tangga sebelah kiri.

Dahulu rumah adat Suku Minahasa tidak berdiri di atas fondasi, tetapi diikat pada pohon besar. Tangga pun hanya ada satu yang terbuat dari bambu. Tangga tersebut dibuat tidak mati. Artinya, ketika semua anggota keluarga telah naik masuk rumah, tangga akan ditarik ke atas. Desain tersebut dimaksudkan untuk menghindari gangguan binatang buas.

Pada zaman dahulu, rumah adat Minahasa hanya terdiri dari satu ruangan. Jika dibutuhkan pembatas ruang, tali rotan atau ijuk bakal dibentang. Rotan tersebut kemudian digantungi tikar. Namun, lambat laun rumah adat Minahasa tidak lagi diikat pada pohon besar. Rumah didirikan di atas tanah. Begitu pun satu ruangan besar telah berubah menjadi berkamar-kamar. Namun yang pasti, upaya untuk membuat suasana aman dan nyaman bagi keluarga di dalamnya tetap dilakukan baik dengan ritual Rumamba maupun dengan menaikkan tangga yang telah usai digunakan. Itulah kearifan lokal yang dapat dimaknai sebagai upaya untuk mewujudkan konsep 'rumahku surgaku'.

Ternyata konsep itu telah berlaku sejak masa para leluhur. Namun, saat ini konsep 'rumahku surgaku' agaknya mulai luntur. Bukan masalah keamanan, melainkan lebih pada kenyamanan. [M-2]

Video

Bài mới nhất

Chủ Đề